• Bagian 1 •

351 39 16
                                    

KENALI AKU RISA, BUKAN SHIN

-Yang jauh hanya jarak, bukan perasaan.
Yang memisahkan hanyalah raga, bukan rasa.-

-o0o-

Seorang gadis tengah menatap ke suatu arah namun serasa yang tatap seakan tak terlihat. Diam beberapa lama tak merasakan apa yang tengah dirasa, pikiran dan hatinya seperti kosong. Hatinya hampa seperti biasa, bahkan dirinya sudah bosan dengan rasa yang terus seperti ini tanpa ada perubahan yang kembali membuatnya ceria.

Ini tentang waktu, jarak, dan persahabatan. Awalnya ia berfikir ini adalah sebuah takdir ter sial yang tuhan berikan untuknya, seseorang yang pergi tanpa kabar, tanpa pamit. Argghhh memikirkannya saja membuatnya muak.

Afshin bangkit dari dudukku lalu melangkah pergi keluar kelas, tujuannya hanya satu 'kantin' perutnya tengah berdemo ingin diisi. Dari semalam sesuap nasi belum masuk ke dalam perutnya, bukan karena lupa atau lapar namun nafsunya turun untuk sekarang.

"Bu, pesen lontong sayur satu sama jus jambu ya." ucapnya pada wanita yang menjual berbagai makanan itu lalu duduk dibagian kursi paling pojok. Menatap kearah lapangan basket yang tengah dipenuhi para siswa siswi yang bersorak melihat atlet sekolahnya sedang berlatih.

"Ini neng pesenannya." Dengan cepat Afshin melahap makanannya.

"Permisi, boleh gabung?" suara bariton terdengar ditelinga Afshin begitu jelas, ia mendongak kearah pria itu lalu menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa dirinya mempersilakan, dan seperti biasa gadis itu tak mengeluarkan kata apapun selain anggukan dari kepalanya yang tertutup khimar segi empat berwarna putih.

Setelah makanannya habis, Afshin membayarnya lalu pergi meninggalkan pria tadi yang sekarang tengah menatap kepergiannya dengan tatapan yang tak sulit diartikan.

***

Menyembunyikan kepala dibalik tangan dan menutup matanya rapat memang sebuah kebiasaan saat gadis itu yang merasa jengah dan bosan, seperti saat ini kelas yang ricuh membuatnya malas. Banyak kegiatan teman kelasnya yang membuat kelasnya seperti pasar malam.

Masih dengan posisi yang sama, beberapa menit dirinya tersadar mengapa kelas seakan-akan sepi, tidak seperti biasanya. Afshin mengangkat kepalanya dan sorot matanya terfokus pada laki-laki yang ia temui tadi di kantin dengan guru BK disebelahnya.

'Apa dia murid baru?' tanyanya pada diri sendiri.

Afshin menatap pria itu sinis, sebab instingnya mengatakan pria itu akan duduk disebelahnya. Dan benar saja, pria yang ia temui tadi sudah duduk dengan santainya disebelahnya. Katakan saja dirinya egois, sebab ia tidak suka duduk berdua. Ia lebih senang duduk sendiri. Menurutnya teman yang benar-benar teman bukan hanya mendekat saat mereka butuh, tapi suka daan duka yang kita lakukan bersama-sama.

Jika kalian mengatakan Afshin tak memiliki teman kalian salah besar, ia punya dua sahabat dekat namun sayangnya mereka tidak satu kelas. Jadilah mereka akan bersama hanya pulang sekolah dan istirahat, jika bertemu.

'Mengapa dia harus duduk dikursi sebelahku si? kenapa ngga guru sediakan kursi sama meja lagi? Ya aku tahu kursi kosong hanya satu disebelahku, tapi argh entahlah terserah mereka saja.' batin gadis itu menggerutu.

"Hai kita ketemu lagi." sapanya senang terlihat matanya menyipit dan senyum yang terlihat sangat senang. Namun ia tak menghiraukannya, Afshin kembali menyembunyikan kepalanya dan memakai earphone menutup telinga dari bisikan-bisikan teman kelasnya yang menganggap dirinya beruntung duduk dengan pria ini. Jika saja dirinya dengan suka rela mengeluarkan suara untuk menolak, pasti setidaknya pria itu akan tahu bagaimana sikap tidak sukanya.

Itsnani A [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now