EXTRA PART

145 10 4
                                    

Terlihat wanita itu tengah tersadar dari tidurnya, beberapa kali ia mengedipkan matanya agar rasa kantuknya hilang. Ia menoleh ke sebelah kanan, tersenyum sejenak menatap Afnan. Laki-laki masa lalunya yang kini telah menjadi suaminya.

Afsin menatap jam dinding yang berada diatas televisi, jam menunjukkan pukul 1 pagi. Ia segera melangkah menuju kamar mandi untuk berwudhu, setelahnya ia membangunkan Afnan yang tengah tertidur.

"Kak bangun, kita sholat tahajud bareng yuk." Belum ada respon apapun dari lelaki itu, Afnan malah semakin mengeratkan selimutnya.

"Kak ayo bangun," ucap Afsin seraya mengguncangkan tubuh Afsin.

Beberapa kali belum juga ada respon, Afnan memeluk guling dengan sangat erat. Afsin memiliki ide agar suaminya itu cepat bangun, ia berjalan menuju kamar mandi lalu mengambil air ke dalam lalu membawanya ke kamar. Ia memercikkan air di wajah suaminya itu, dengan cepat lelaki itu bangun dan menatap tajam Afsin.

"Dek basah semua kaos nya ih," Afsin tertawa melihat tingkah Afnan yang seperti anak kecil.

"Makanya kalau dibangunin ya bangun, lha ini malah enak-enak tidur sambil meluk guling lagi." Ketus Afsin kesal.

"Iya iya ini udah bangun, bentar ya." Afnan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, sementara Afsin mempersiapkan sajadah, sarung, dan baju Koko untuk Afnan.

Setelah lelaki itu selesai, ia memakai sarung dan baju Koko yang Afsin siapkan. "Udah yuk," Afsin menganggukkan kepalanya lalu menempatkan diri di belakang suaminya.

Ini kali Afsin ataupun Afnan pertama kali sholat tahajud menjadi imam dan makmum, biasanya mereka hanya melakukannya sendiri (maklum dulu masih jomblo). Hati mereka berdesir secara bersamaan, hati mereka tenang dan damai

Setelah selesai Afnan membacakan do'a dan di Aamiin kan oleh Afsin lalu memutar tubuhnya menghadap Afsin yang tengah mengusap wajahnya. Gadis itu menatap heran kearah Afnan, "kenapa mas?" Spontan Afsin menutup mulutnya dengan cepat.

Afnan yang mendengar hal itu tersenyum jahil, "coba ulangi dek."

"Kenapa kak?"

Afnan memajukan bibirnya merajuk, "tadi nggak bilang kak. Ulangi yang tadi."

"Emang aku bilang apa tadi kak?" Afsin menatap lelaki itu heran.

"Nggak usah pura-pura dek, ulangi yang tadi. Mas, gitu." Afnan yang gemas langsung melontarkan kalimat itu.

"Emang tadi aku panggil mas ya?" Tanya Afsin dengan wajah jahilnya, beberapa kali ia mengedipkan sebelah matanya menatap Afnan.

"Dek,,, ayo ulangi lagi." Ucap Afnan memohon.

"Iya mas kenapa?" Finally, Afsin mengalah dan akhirnya mengatakan kata itu.

"Nah gitu dong, jadi gimana ya lebih enak aja didengerin." Afsin hanya tersenyum lalu menganggukan kepalanya.

Mereka tak melanjutkan waktunya untuk tidur, namun memilih untuk ber tilawah bersama. Hal-hal kecil dengan mudahnya menjadi bahagia dalam waktu yang tak terduga. Setelah adzan berkumandang Afnan pergi ke masjid yang jaraknya tak jauh dari rumah, sedangkan Afsin memilih untuk sholat di rumah.

Setelah selesai sholat subuh, Afsin memilih untuk ke dapur. Memasak makanan untuk sarapan mereka, Afsin memakai celemek yang menggantung di sebelah lemari es dan mulai memasak.

"Assalamu'alaikum," Afnan pulang dari masjid lalu menemui istrinya yang tengah memasak.

"Wa'alaikumussalam kak," sahut Afsin yang tengah menyuci beras dibawah air yang mengalir.

"Ih kok pake kak lagi si dek," ucap Afnan kesal.

"Iya mas, Astaghfirullah hal'azim gitu aja cemberut." Ucap Afsin terheran-heran, bagaimana bisa Afnan kesal karena ia memanggilnya kak? Memang salah? Perasaan nya mengatakan tidak, sama saja kak dan mas. Bukankah begitu?

"Nah gitu, udah enak dipanggil mas daripada kak. Jadi untuk sekarang dan seterusnya pake mas. Okey?" Afsin hanya mengangguk sebagai tanda setuju.

-o0o-

Setelah selesai memasak, Afsin membersihkan diri dan membuatkan kopi susu untuk Afnan. Afsin masuk ke dalam ruang kerja suaminya, ia mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban dari Afnan. Ia mencoba membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.

Afsin tercekat saat melihat Afnan yang tertidur pulas diatas meja kerjanya dengan keadaan laptopnya menyala, ia membangunkan Afnan pelan hingga pria itu terbangun.

"Mas bangun," karena posisi tidur yang kurang benar dan tidak nyaman, dengan mudah Afsin membangunkan Afnan. Ia meletakkan kopi itu diatas meja, lalu mengusap punggung Afnan dan menepuknya pelan.

"Aku udah buatin mas kopi," Afnan yang mendengar kopi secara cepat menegakkan tubuhnya dan menyesap kopinya. Pria itu sangat menyukai kopi, apalagi yang membuat adalah istrinya. Itu sama saja dengan membangkitkan semangat Afnan yang semula lemas.

"Alhamdulillah, adek paling tahu apa yang mas suka. Terima kasih," ucap Afnan setelah meminum kopi, Afsin mengangguk lalu tersenyum hangat kearah pria itu.

Afsin kembali melangkah menuju dapur, namun langkahnya terhenti saat Afnan memanggilnya. "Kita bareng aja ke dapur, mas mau makan langsung."

Afsin yang mendengar hal itu langsung mendekati Afnan lalu menatap tajam pria itu, "mas belum mandi. Mandi dulu baru makan, nggak boleh jorok."

Afnan hanya menurut saja, ia tahu jika ia tak menggubris perkataan istrinya itu hal yang tak disangka akan terjadi. Misalnya tidur diluar dan tidak akan membuatkannya kopi, sungguh itu hal yang sangat ia takutkan.

Sementara Afnan masuk kamar mandi, Afsin menyiapkan pakaian, tas dan sepatu yang akan dipakai Afnan untuk pergi bekerja. Setelah Afnan berganti pakaian, dengan sigap Afsin memasangkan dasi di leher Afnan. Dengan telaten, Afsin menyiapkan semuanya dengan cepat.

Dasi sudah terpasang sempurna, tiba-tiba saja ide jahil Afnan bekerja.

Cup!

Afnan mencium kening Afsin secara diam-diam, gadis itu tersadar dan dengan cepat memukul punggung pria itu dan menyentil jidat Afnan dengan keras.

Hal itu tak dirasakan oleh Afnan, ia bahagia sekarang hidup dengan perempuan sederhana dan sejuta kejutan di dalam diri Afsin. Sifat dingin yang menyelimuti hati hangatnya kadang membuat seseorang menganggapnya buruk, ia beruntung mendapatkan gadis itu.

Afsin tak bisa menyembunyikan senyumnya, bibirnya terus saja membentuk garis lengkung dan juga maranya yang selalu menyipit seperti bulan sabit. Ia menarik tangan kanan Afnan menuju dapur.

Hidangan sederhana yang mampu menggugah selera makan Afnan yang begitu tak sabar, Afsin menggiring Afnan untuk duduk lalu mengambilkan seporsi nasi goreng yang ia masak dengan campuran ayam, telur, dan potongan sosis. Menyuguhkan sepiring hidangan itu didepan Afnan.

Afnan menatap Afsin dalam diam, wanita di depannya tidak tampak berlebihan dalam dirinya ketika kali pertama melihatnya. Tetapi setelah berinteraksi secara intens dengannya, ia menampakkan sebagai pribadi yang luar biasa. Dia berjiwa besar, pemaaf, dan mudah melupakan kesalahan orang lain, dan suka membalas kebaikan. Semua itu adalah karakter dasarnya yang tertutup dengan penampilan yang biasa saja. Sungguh ia bersyukur karena telah memilikinya.

"Aku mencintaimu karena Allah," Afsin yang mendengar kata itu kembali tersenyum.

"Aku bahagia mas dan aku pun mencintaimu karena Allah."

-TAMAT-

Jika engkau tidak ditakdirkan dengan orang yang namanya sering kau sebut dalam do'a mu. Mungkin kau akan disatukan dengan orang yang kau sebut dalam do'a nya.

-anonim

Itsnani A [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now