Memalukan

133 21 0
                                    

Banyak hal yang bisa membuatmu menyerah, namun Allah berkata, "setiap kesulitan pasti ada kemudahan.

-o0o-

"ARISA!!!"

Teriakan Clarissa mengalihkan perhatian semua orang, tak terkecuali Irsyad yang saat itu tengah asik mengobrol dengan temannya.

Melihat Clarissa berteriak nama Afsin, dengan cepat Afsin berbalik kearah gadis itu. Tapi terlambat kerudung yang dipakai gadis itu telah lepas dengan sempurna dari kepalanya, rambut panjang terikat itu sudah terlihat oleh banyak pasang mata.

Dengan spontan Afsin yang merasakan hal itu langsung menundukkan kepalanya lalu terduduk diatas lantai. Kalian tahu bagaimana rasa malunya? Rasanya keinginan menghilang dari dunia ini ingin disegerakan detik itu juga. Menangis, itulah yang Afsin lakukan.

 Menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menahan rasa malu yang tak surut menghilang. Ini adalah kali pertamanya seorang Afsin Arisa menangis ditempat umum, bahkan sampai menjadi  tontonan para murid sekolah yang tengah menyantap makanan mereka di Kantin.

Clarissa menatap tajam seorang gadis yang tengah berdiri tepat didepan Afsin, dengan penuh kebencian Clarissa menarik kuat rambut gadis itu. "Maksud lo apa hah?!"

"Lepasin!!" Gadis itu meneriaki Clarissa tepat didepan wajah gadis itu, dengan kasar Clarissa menghempaskan nya tanpa rasa kasihan. Tissa menegakkan tubuhnya penuh angkuh, dengan santai gadis itu berjalan didepan Clarissa. Namun naas tepat saat itu pula Tissa terjatuh, bibir nya mencium lantai keras.

"Kalo ada lo masalah bilang! Jangan asal bertindak! Lo ada masalah sama sahabat gue? Gue tanya, emang lo pernah diapain sama Risa hah??!!!"

Tissa kembali menegakkan tubuhnya lalu berbalik menghadap Clarissa, "Lo nggak perlu tahu apa urusan gue sama dia. Urusan hidup lo sendiri, nggak usah ikut campur!"

Clarissa membiarkan gadis itu pergi saat Tissa berjalan menjauh sebelum dirinya menjawab perkataannya tadi. Clarissa memutar tubuhnya kearah Afsin, tubuhnya menegang saat itu juga. Kalian bisa menebak apa yang terjadi?

Clarissa menatap pria yang tengah menutupi kepala Afsin dengan jaket, apakah Afsin tidak sadar akan kehadiran Irsyad disana? Setidaknya karena pria itu Clarissa bisa menghembuskan nafas lega, rambut gadis itu tertutup. Clarissa tersenyum senang, "makasih ya Syad."

Afsin mendongakkan kepalanya, ia mendengar sahabatnya itu menyebut nama Irsyad. Afsin terdiam saat melihat Irsyad yang berusaha menutupi kepalanya, mata coklat itu bertemu dengan tatapan tajam hitam pekat pria itu. Ia merutuki dirinya sendiri, mengapa ia terlalu cepat menangis dan tidak sadar akan kehadiran pria itu?

Clarissa memberikan kain putih berbentuk segiempat yang sempat tergeletak di lantai kepada Afsin, gadis itu menerima kain itu lalu memakainya dengan cepat. Afsin tersenyum senang, bagaimana tidak? Rambutnya tidak  sempat menjadi tontonan.

Irsyad membalas senyuman itu, tubuhnya merinding saat itu juga, hatinya berdesir hingga detak jantungnya kini tak beraturan. Pria itu sangat bersyukur setidaknya jaket yang ia pinjam dari Wafi dapat menyelamatkan rambut Afsin.

"Makasih Syad," Afsin menatap bola mata itu, pria itu lagi dan lagi membantunya di waktu yang tepat. Begitu pun dengan Afsin detak jantungnya kini telah menghambat nafasnya. 

"Ada masalah sama cewek tadi?" Irsyad memulai berbicara walaupun ia tengah menahan jantungnya agar tidak terdengar oleh gadis di depannya itu. 

Afsin menggelengkan kepalanya, "aku aja ngga kenal dia siapa."

"Itu Tissa, Risa. Anak kelas IPS kalau nggak salah sih. Aku tadi lihat di berjalan kearah kamu tapi gelagatnya aneh banget, makanya aku langsung teriakin nama kamu. Beruntung juga punya suara cempreng hahaha." Pembicaraan yang awalnya serius menjadi gelak tawa yang gadis itu ciptakan membuat Afsin merasa sedikit kesal.

"Simpan tatapan membunuhmu Ris, lagi pula aku hanya bercanda."

Clarissa berjalan meninggalkan gadis itu dengan pria disebelahnya, sebelum bel berbunyi dirinya harus terlebih dulu memasuki kelas. Clarissa berlari menjauhi kantin berlalu kedalam kelasnya.

Afsin melangkahkan kakinya memasuki kelas, diikuti Irsyad disampingnya. Gadis itu tak berbiacara banyak seperti biasa, hanya diam yang tercipta diantara mereka sampai duduk dikursi bagian belakang.

"Oh iya, minggu depan kita udah mulai pertandingan. Gimana? Udah siap fisik dan mental?" Tanya Irsyad memecah keheningan diantara mereka, Afsin menoleh kearah pria itu lalu menganggukkan kepalanya mantap. 

-o0o-

Sore ini terlihat langit tidak mendukung untuk latihan bulu tangkis, awan hitam menutupi matahari yang siang tadi sempat bersinar cerah. Air mata langit terjauh menyentuh tanah yang sebelumnya kering.

 Afsin menegak air minumnya hingga tak bersisa, latihan hari ini cukup menguras tenaganya bukan tanpa sebab palatihnya itu memberikan waktu yang panjang untuk latihan hari ini. Karena ini sore adalah jadwal latihan terakhirnya sebelum hari inti dari pertandingan.

Irsyad duduk disebelah gadis itu, "pulang naik apa?"

"Seperti biasa," pria itu manganggukkan kepalanya paham.

"Aku bawa mobil hari ini, mau bareng nggak? Lagi hujan juga kan? Gimana?" Harapannya gadis itu menyetujui tawarannya. Rasa khawatir tidak luput dari Tissa, gadis yang mengganggu Afsin tadi siang.

"Tidak perlu, makasih."

Irsyad menatap punggung gadis itu yang berjalan menjauh. Irsyad melangkah mengikuti gadis itu pergi, namun setelahnya ia berbelok kearah parkiran untuk mengambil mobilnya lalu memutuskan untuk pulang. 

Afsin duduk di halte dapan sekolah dengan susu kotak ditangan kanannya, jari kirinya menatap fokus ponselnya yang menyala, sesekali ia melirik kearah jalan untuk memastikan ia tidak melewatkan bus yang akan membawanya pulang. 

Afsin menyipitkan matanya, menatap kearah jalan yang tertutupi air hujan. Terlihat dua orang pria berjalan mendekat kearahnya dengan payung hitam yang salah satu pria itu bawa ditangan kanannya.

Irsyad tidak benar-benar pulang, sedari tadi ia menunggu Afsin menaiki  bus. Tapi sepertinya belum ada bus yang melintas hingga ia melihat dua orang pria mendekati gais itu. Dengan cepat Irsyad keluar dari mobilnya sebelum hal-hal yang tidak ia inginkan terjadi.

Sebelum pria berjaket hitam itu menggenggam tangan Afsin, dengan cepat Irsyad menarik kasar tangan pria itu lalu berdiri tepat didepan Afsin hingga pria itu tidak dapat menjangkau tangan gadis itu. "Ngapain bang?"

Irsyad terdiam sesaat, sungguh ia tidak memperhatikan siapa pria itu sejak tadi. Irsyad menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bwahahahaha," gelak tawa itu terdengar nyaring, bukan itu saja kini pria itu pun memegang perutnya.

"Astaga kakak, ayah nggak bisa nahan buat ketawa." Ucap pria paruh baya disebelah Arya yang tengah terkekeh disamping gadis itu. Terlihat Afsin ikut terkekeh melihat kejadian itu.

"Aduh bang, kalo mau ngapa-ngapain lihat dulu siapa." Ucap Arya menatap Irsyad yang tengah menahan malu.

"Maaf ya om," tungkas Irsyad salah tingkah.

"Nggak papa kok," balas Bashir menatap pria itu lalu tersenyum.

"Yaudah kita duluan ya Syad assalamu'alaikum," ucap Afsin yang melangkah pergi diikuti Arya dan Bashir.

"Wa'alaikumussalam," 

'Kenapa aku bisa sebodoh itu si, rasa malu nggak bisa hilang' ucap Irsyad merutiki diri sendiri lalu memutuskan untuk pulang.

-o0o-

Huuaaa alhamdulillah akhirnya bisa update juga, Jazakumullah Khairan yang sudah nyempetin mampir dan membaca ceritaku.

Saya harap kalian menyukai karya saya:*

 Jangan lupa tekan bintang dibawah sebagai tanda penyemangat saya:*

Itsnani A [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now