Payung

65 7 0
                                    

Pagi itu Harly masih merasa kesal dengan kejadian kemarin pasalnya ia jadi kalah main game. Ia berniat menyelesaikan urusannya dengan Zahra dengan mengembalikan payung yang dipinjam kemarin. Dan juga Argi kalau bukan temannya dia sudah tak mau lagi merahasiakan ini.

Apa segitu gengsinya sih Cuma bantuin orang aja

Batin Harly dengan mendengus kesal. Matanya menatap tajam pada Argi yang sibuk mengetik di depan laptopnya. Kelas masih cukup sepi, ia sengaja berangkat lebih awal dari biasanya karena tahu pasti Argi sudah berada di kelas sebelum yang lainnya.

"Gi..." yang di panggil tak menengok ia masih sibuk dengan pekerjaanya yang entah apa itu. "Argi, kuping lo budeg apa ya." Kesal Harly dan hal itu berhasil membuat Argi menoleh.

"Apaan sih, tiba-tiba ngatain gue."

"Denger ya, lo itu gengsi apa gimana sih. Harusnya kemarin lo yang nemenin yang anterin dia." Dan ucapannya tak di respon sama Argi. "Harusnya kalau lo mau nolongin orang ya udah tolongin aja jangan malah nyuruh gue."

"Tapi udah kemaren, dan lo mau kan?"

"Yak, itu karena bujukan lo masalah game itu."

"Ya udah kan kejadiannya udah kemarin kenapa masih diributin lagi. Lama-lama lo kaya cewek itu."

"Cewek itu siapa? Maksud lo Zahra?" selidik Harly. "Dia punya nama kali gi, dan dia itu baik."

"Hem, terus maksud lo ngomong bahas yang kemarin kenapa toh lo bilang dia baik."

"Maksud gue supaya lo itu jangan nyuruh gue lagi, apalagi nyuruh buat nutupin kalau yang nolongin itu lo." Argi kembali diam sibuk dengan laptopnya, Harly mulai kesal dengan sikap Argi yang selalu cuek. Timbul keinginan untuk menggodanya. "Atau jangan-jangan lo naksir ya sama dia" sontak ucapan Harly membuat Argi melongo.

"Ha,,,iya lo suka kan sama dia tapi Cuma sebagai secret admirer. Makanya lo nggak mau semua orang tahu." Harly semakin menjadi setelah melihat ekspresi Argi yang terlihat kesal.

"Tenang aja gue nggak bakal bilang sama siapa-siapa asal lo jangan nyuruh gue lagi oke. Btw dia baik, cantik dan perhatian gitu lo sok nolak dia tapi ternyata lo suka sama dia. Dasar jaim lo." Kali ini Harly terkekeh sendiri dengan ucapannya.

"Dasar, gue tabok juga lo. Gue itu bukannya suka justru gue menghindari dia yang agresif gitu kalau dia tahu gue yang nolongin yang ada sikap dia makin parah gue males ama cewek yang begitu." Kali ini Argi justru terlihat tenang, ia sudah paham sifat Harly maka dari itu ia bisa mengatasinya.

"Halah ngeles lo, bilang aja suka sama dia gi."

"Suka sama siapa Har, si Argi?" tiba-tiba Aktsan muncul dari pintu dan masuk ke kelas. Membuat keduanya terkejut, yang lebih terkejut adalah Argi ia sedikit takut kalau Aktsan salah sangka. Sementara Harly seperti mendapat sesuatu yang mengasyikan dia tersenyum melirik Argi.

"Itu Argi suka sama..." belum sempat melanjutkan ucapannya Argi mulai buka suara.

"Har, ni game yang udah gue donwload buat lo dan ini gratis seru lah mainnya." Sontak kata 'game' membuat Harly lupa tentang apa yang ia akan katakan tadi. Ia segera menghampiri Argi dan laptopnya ia terlihat sumringah. Sementara Aktsan menatap penuh tanya pada Argi dan di jawab dengan mengedikan bahu. Seolah Argi tak mengerti apa-apa.

***

Zahra sedang sibuk di perpustakaan seperti kemarin meski badannya terasa tak enak, ia tak mau mengulang mata kuliah hanya karena tak mengumpulkan tugas. Ia mengumpulkan semua buku yang di butuhkan dan menaruhnya di dekat laptopnya, membaca kembali materi yang sempat ia pelajari. Ia duduk di samping orang yang sedang tertidur membelakanginya.

Love Is Delicious [END]Where stories live. Discover now