Chap 6: Tangisan Kehilangan

33.6K 1K 21
                                    

Kelopak mata Milly terbuka. Hari sudah pagi, itu terlihat dari cahaya yang menelusup di balik tirai di ruangan keluarga. Ia tertidur di sofa, menunggu kepulangan Clara. Merenggangkan tangannya ke atas, ia kemudian beranjak.

Matanya menatap di setiap penjuru rumah, tampak sepi. Sepertinya semalam Ibunya tidak pulang.

"Mom sepertinya kau telah lupa padaku," gumam Milly cemberut.

Lalu tanpa merasa keanehan apapun ia menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Menarik nafas singkat dan menuju dapur. Membuka lemari kecil di atas, mengambil sekotak sereal, juga mangkok kemudian meletakkannya di meja bar.

Namun tidak lama suara ketukan pintu mengagetkannya, sangat heboh. "Milly. Apa kau ada di dalam?" Itu adalah suara Bibi Rachel, terdengar rentan dan rapuh.

Bergegas, Milly melangkah menuju pintu, tapi sebelum itu ia menggeser sedikit tirai, memastikan sejenak sebelum membuka pintu itu. "Ada apa Bibi?"

"Kau harus lihat ini Milly," Rachel yang telah menua dengan garis keriput yang tampak jelas di wajahnya itu memandang sedih ke arah Milly.

"Lihat? Tentang apa?"

"Oh, Clara. Bibi tidak tahu kenapa Ibumu tidak menyediakan TV di rumahmu," dengus Rachel bersandiwara, padahal ia tahu jelas alasan di balik semua itu.

Tentu saja agar tidak ada sesuatu yang menghubungkan kembali ingatan Milly dengan masa lalu. Apalagi waktu itu pemberitaan tentang seorang gadis hilang bernama Evelyn Blossom sempat marak di seluruh media.

"Ayo. Ikutlah ke rumahku, Milly."

Kemudian tergopoh-gopoh wanita tua itu membawa Milly menuju rumahnya, sementara Milly hanya menampilkan raut penasaran di sela derap langkahnnya mengikuti Rachel di belakang.

Setiba di sana, Rachel terdiam dan sejenak Milly mengernyit. Sebelum matanya terfokus pada layar TV yang memuat sebuah berita, "Kami ingin memberitahukan bahwa pagi ini telah ditemukan seorang wanita di tempat tidur di salah satu hotel di Los Angeles yang meninggal tanpa busana. Dari identitas yang diperoleh melalui dompet korban, wanita itu bernama Clara Kincaid. Berusia 40 tahun.

"Selain itu ditemukan juga obat penenang berserakan sehingga diduga wanita ini meninggal karena mengalami overdosis—"

Telinga Milly tidak lagi memusingkan suara reporter di sana. Ia begitu shock. Wajahnya memucat dan matanya memanas. Tangannya membekap mulut. "Tidak..." bisiknya menolak kenyataan.

Namun mata Milly masih terpaku pada layar itu, dimana kini sebuah kantong jenazah sedang dimasukkan ke dalam ambulans.

"Bibi juga tidak percaya ini, Milly."

Perlahan Milly memandang Rachel dan wanita tua itu berkata lagi dengan getir. Wajahnya menampilkan kesedihan yang pekat. "Bibi sudah menghubungi nomor ponselnya. Tidak ada apapun."

"Ponselnya mati."

***

"Aku harus menemuinya..." isak Milly pada Rachel karena wanita tua itu bersikeras melarang Milly menemui Clara. Biar bagaimanapun Rachel cemas jikalau kematian Clara bisa saja terselip rencana jahat yang tersembunyi.

Entah untuk apa maksudnya, tapi instingnya menunjukkan kewaspadaan yang begitu kuat. Mengingat seberapa pelik masalah Clara semasa hidup.

Milly meraih gelas berisi air yang diberikan Rachel, meletakkannya di meja, tidak berniat meminumnya. "Tolong Bibi. Mengertilah..."

Saat ini ia masih berada di rumah Rachel dan wanita tua itu tengah duduk di sebelahnya. Sesekali Milly menyeka air mata di pipi. "Aku tidak mengerti mengapa kau melarangku Bibi? Atau mungkin kau tahu sesuatu tentang kematian Mom?"

End Game [complete]Where stories live. Discover now