Part 48

3.8K 166 4
                                    

Maxi mematung saat tatapan tajam Milan tertuju padanya. Ia bisa membohongi semua orang, tetapi ia tidak bisa membohongi pamannya yang satu ini.

" Kau... masih hidup... ternyata benar dugaanku" ucap Milan lagi.

" Jawab aku Maxi, mengapa kau melakukan ini semua?"

Maxi hanya diam seribu kata. Kejadian ini benar - benar diluar dugaannya.

" Aku mohon paman. Tolong jaga rahasia ini" ujar Maxi pada akhirnya. " Aku akan jelaskan padamu tetapi aku mohon, rahasiakan ini."

Maxi meraih tangan Milan dan mencoba meyakinkannya, " Aku mohon paman"

Milan memghela nafas dan memberikan tatapan tantangan pada keponakannya itu, " Baik, tetapi kau berhutang padaku untuk menjelaskan semuanya"

" Aku belum bisa melakukan itu" jawab Maxi layu.

" Apa kau sekarang ingin bermain - main dengan Zoe lagi?"

Maxi lantas menatap Milan membantah semua itu, " Tidak paman. Aku bahkan melakukan ini untuk kebaikannya dan putraku"

" Cih! Kebaikannya? Kau pikir selama ini keponakan tersayangku itu baik - baik saja? Cucuku juga baik - baik saja? Apa kau tahu mereka saat ini sampai depresi karena memikirkanmu! Terlebih Zoe juga harus menceraikan suaminya!" Ucap Milan dengan nada tinggi.

" Zoe... bercerai?"

Jadi.. ini sebabnya Billy tidak pernah datang selama ini? Batinnya.

" Billy.. dia anak dari ayahmu juga. Dia menikahi Zoe hanya untuk memuluskan jalan untuk balas dendam dengan kakaknya Christian."

Nafas Maxi menjadi tak karuan. Iabseketika teringat saat Maria datang untuk menyakiti Zoe. Mungkinkah ini ada hubungannya?

Maxi memijit dahinya yang terasa pening. Zoe memiliki banyak rintangan saat dirinya pergi.

Melihat iti, Milan menepuk pundak Maxi, " Kau tidak tahu apa yang dilalui Zoe Max"

" Aku akan menunggu penjelasanmu" kata terakhir Milan sebelum ia pergi meninggalkan Maxi sendiri.

Setelah mengetahui apa yang dilalui Zoe, Maxi kini lebih memiliki alasan, mengapa ia kini harus kembali meliahat Zoe.

☆☆☆

Hari yang sangat berat untuk Maxi. Ia terus berjaga di depan kamar Zoe dan terus terganggu oleh fakta yang ia ketahui hari ini. Entahlah apakah dia harus senang atau sedih mengingat Zoe kini kembali berstatus janda.

Ia terus mengusap wajahnya dengan kasar, nampak wajah frustasi terbaca di wajahnya.

" Aaaaa!" Sebuah suara teriakan wanita dari dalam membuat Maxi terjaga kembali dan segera masuk melihat keadaan Zoe.

" There is someone there!!!" Ujar Zoe menunjuk sebuah jendela tepat berada disudut kamarnya. Maxi bergegas melihat jendela itu dan melihat bayangan wanita yang menghilang secepat kilat.

" Maria" batinnya. Maxi mencoba tenang dan kembali menghampiri Zoe yang nampak ketakutan. " There is no anyone mam" ujar Maxi meyakinkan.

Zoe menggelengkan kepalanya, " No! I know there is someone stare at me!" ( Tidak! Aku tahu ada seseorang yang menatapku!)

Maxi kembali mencoba meyakinkan Zoe. Ia refleks memegang pundak Zoe dan menatap Zoe lembut. " You are safe mam. I'm here. None is gonna hurt you" ( kau aman. Aku ada disini. Tidak ada yang akan menyakitimu)

Saat itu juga Zoe merasa sangat tenang. Rasanya ia seperti sedang ditenangkan oleh sosok Maxi saat mereka masih kecil.

Zoe mengunci tatapannya pada Maxi yang kini menghubungi seseorang dari divisi keamanan. Ia melihat sosok Maxi yang sangat melekat pada pria yang kini ada dihadapannya.

Hingga ia mengenal betul satu hal.

Sebuah bekas luka yang ada di pergelangan tangan Maxi. " Luka itu...."

Maxi menutup panggilannya dan menatap Zoe yang fokus pada dirinya. Ia kemudian menjadi salah tingkah dengan tatapan itu, " Halo mam?" Ujarnya mencoba meyakinkan Zoe.

Zoe tersadar dari lamunannya dan menatap Maxi sambil tersenyum, " Thank you for everything" ucapnya.

Maxi mengangguk dengan gugup, " My pleasure mom. Now you can have a rest" ( Dengan senang hati. Sekarang kau bisa istirahat )

Saat Maxi melangkah keluar Zoe kembali menahannya. " Sam, if you don't mind, would you like to stay here untill my brother comes?" ( jika kau tidak keberatan, bisakah kau disini sampai kakakku datang?" Pintanya.

Maxi yang lagi - lagi gugup menatap Zoe bingung, " i just feel secure when you are here" ( Aku hanya merasa aman saat kau ada disini). Maxi masih terdiam, tetapi alasan logikanya berkata bahwa tak apa ia tinggal dekat Zoe, bukankah tadi Maria kembali datang untuk membahayakan Zoe?

Maxi menarik nafas panjang - panjang dan mengangguk.

Ia duduk di sofa besar tepat berada 2 meter dari kasur Zoe. " Thank you. Now i'll have a rest" ucap Zoe yang kemudian berbaring membelakangi Maxi.

Waktupun menunjukkan jam 2 pagi. Zoe berbalik arah dan melihat Maxi yang sudah tertidur diatas sofa.

Perlahan - lahan, Zoe turun dari ranjang dan mencoba untuk tidak menghasilkan satu suara pun. Perlahan ia melangkah mendekati Maxi dan menatapnya.

" Mengapa kau sangat mirip dengan Maxi?" Ucapnya pelan. Zoe akhirnya memutuskan untuk melihat 1 lagi bukti yang bisa meyakinkan dirinya apakah Sam adalah Maxi atau bukan. Zoe dengan sangat pelan menyentuh topi Sam dan perlahan membukanya.

Zoe menutup mulutnya saat ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Sam benar - benar memiliki tanda lahir yang sangat mirip dengan Maxi.

Luka itu dan tanda lahir itu membuat Zoe kini yakin bahwa pria yang ada dihadapannya adalah Maxi. Pria yang selalu bersemayam dihatinya.

Kakinya melemas membuatnya terduduk di lantai. " Tidak mungkin. Aku bahkan melihat sendiri jasad Max. Pria ini benar - benar telihat seperti Maxi"

Nafasnya masih terengah. Ia masih menatap Sam dengan tatapan tak percaya. Jika dilihat wajah Sam dan Maxi tampak tak ada bedanya. Hanya sebuah tahi lalat dibawah mata Sam yang membedakannya.

Zoe menggelengkan kepalanya, mungkin saja ia saat ini sedang merindukan Maxi, hingga semua orang yang dilihatnya adalah Maxi.

Tak lama mata Sam terbuka, ia terduduk saat melihat Zoe ada di bawah menutup matanya. " Mam, are you okay?" Tanya Sam panik.

Zoe mengangguk perlahan, " You remind me of someone" ( Kau mengingatkan aku akan seseorang )

Deg.

Zoe kini mulai menyadarinya. Melihat itu Maxi mencoba mengalihkan perhatian Zoe dengan membantunya kembali ke tempat tidur. " Sorry mam, but i think it's not good if i'm still here " ( Maaf, tapi aku pikir ini bukan hal yang baik jika aku masih disini)

" I'll find something to eat now" ( aku akan membeli makanan) ujarnya kemudian melangkah menjauhi Zoe.

" Maxi!" Teriak Zoe lagi yang kini membuat langkahnya terhenti.

Marry My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang