Part 49

4.2K 224 15
                                    

" Terbongkar "

Maxi menelan ludahnya, jantungnya terasa ingin copot saat nama itu terpanggil dari bibir Zoe.

" Apakah itu kau?" Tanya Zoe lagi.

Zoe perlahan berjalan mendekati Maxi dan kembali memanggilnya, " Maxi..."

Maxi masih terdiam mematung dan air matanya mulai mengalir.

Zoe yang semakin mendekat meletakkannya pada pundak Maxi, membuat Maxi berbalik menatapnya.

" Kau ... benar Maxi?" Tanyanya lagi.

Zoe kini mengeluarkan air matanya dan memeluk Maxi, " Beritahu aku, jika aku sedang tidak bermimpi" ujar Zoe.

Yap Maxi akhirnya luluh, ia menghela nafas setelah tidak tahan menutupi semua ini. Ia merindukan zoe sangat merindukannya. Melihat Zoe rapuh seperti ini membuat dirinya luluh dan menghancurkan rencananya untuk mengilang dari kehidupan Zoe.

Ia memeluk Zoe dan mengelus rambutnya, " Kau tidak sedang bermimpi. Aku Maxi"

" Maxi.... hikss..." ujar Zoe semakin menangisn kencang memeluknya.

Perasaan lega dan bahagia kini hadir diantara keduanya. Cinta yang sudah lama terpisah kini kembali dan saling bertemu.

Zoe melepaskan pelukannya, dan menatap Maxi bingung, " Bagaimana kau bisa hidup Max? Dan siapa jasad itu kalau bukan dirimu?"

Maxi sempat terdiam. Ia mengerutkan alisnya saat kembali mengingat kejadian itu.

* flashback on*

Maxi terus mencari keberadaan Zoe dirumah itu. Tapi tak satupun ia temukan dalam rumah itu.

Seseorang menarik tangannya dan memmbawanya kesebuah ruangan.

Seorang pria paruh baya kini menatapnya tajam. " Who are you?!" Tanya Maxi pada hari itu.

" Kau! Pergilah dari sini! Tempat ini berbahaya! Mereka sudah memasang bom disini!" Ujar pria itu lagi.

Maxi masih menatap bingung pria itu, tetapi setelah mendengar kata bom, ia bergegas mecari jalan keluar. " Semua pintu sudah terkunci, kau harus lewat jendela itu!" Pria itu kemudian menunjukkan sebuah jendela di sudut ruangan.

Perlahan Maxi menaiki sebuah tumpukan box dan mencoba mengeluarkan dirinya dari celah jendela yang kecil itu.

Dengan sekuat tenaga, ia akhirnya bisa keluar dari jendela itu dan bernafas lega. Ia kemudian kembali untuk menolong sang pria. " Sudah nak, kau harus pergi! Tidak ada waktu lagi!"

" Tetapi siapa kau?! Mengapa kau ingin menolongku?"

Ia kemudian memberikan Maxi sebuah kertas yang ada di kantongnya. " Datanglah ketempat ini! Kau akan tahu siapa aku. Aku minta maaf atas semua yang ku lakukan padamu"

Maxi hanya diam menatap kosong kertas itu, " Pergi! Jika kau mati, tidak akan ada yang menolong Zoe dan anakmu! Cepat! Aku akan berusaha keluar dari sini!"

Maxi mengangguk, ia harus mengejar Zoe yang mungkin sudah jauh dari sini. Maxi segera berlari menjauhi rumah itu hingga sejauh 10 meter ia berlari, ia menatap kembali rumah itu yang kini sudah meledak dan dipenuhi api yang membara.

Marry My BrotherOnde histórias criam vida. Descubra agora