zes

390 82 21
                                    

Seiring berjalannya waktu, Hitomi merasa tubuhnya kian melemah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seiring berjalannya waktu, Hitomi merasa tubuhnya kian melemah. Ia tidak tahu mengapa.

Terkadang matanya berkunang-kunang, bahkan Hyeongjun bilang, ia terkadang kesulitan untuk melihat Hitomi. Seperti ada sebuah kabut yang menutupinya.

Hitomi sedikit khawatir.

"Kenapa kamu gak coba jenguk badan kamu?" tanya Hyeongjun sambil memakan kuaci yang baru saja ia beli.

"Buat apa?" tanya Hitomi.

Hyeongjun menoleh ke Hitomi, menghela napas.

"Ya diliat lah? Kalau ternyata kamu kenapa-kenapa gimana?" kata Hyeongjun. Hitomi diam lagi.

"Ya kalau aku kenapa-kenapa?" Hitomi bertanya.

"Kamu kenapa sih? Laper?" tanya Hyeongjun kesal. Hitomi selalu berbalik bertanya padanya, dia kan juga bingung.

"Aku gapernah ngerasa laper tuh," sahut Hitomi sembari menatap langit-langit kamar Hyeongjun.

Pemandangan yang kini sudah akrab di matanya. Seprei abu-abu milik Hyeongjun, boneka babi di sudut ranjang, koleksi buku komik di rak meja belajarnya, serta bola dunia berwarna emas disana.

Hitomi sudah terlanjur akrab dengan suasana seperti ini. Ia sudah terbiasa dengan itu.

Melihat Hyeongjun setiap malam kesusahan mengerjakan pr nya, mau tidak mau Hitomi membantunya, hutang budi.

Atau melihat Hyeongjun yang kesal saat Hitomi mengikutinya ke sekolah.

"Kamu diem aja di rumah kenapasihhh?"

"Aku bosen. Aku janji gak bakal ganggu kamu."

Begitu terus. Sampai ia lupa, keadaan seperti ini menyusahkannya juga. Tapi ia tak pernah mau tahu.

Mungkin seperti, bersyukur?

Memang keadaannya sekarang sangat memprihatinkan. Tidak hidup, tidak juga mati. Tapi, ini adalah kesempatan untuk ia pergi kemanapun tanpa orang tahu.

"Aku serius. Mending jenguk dulu badanmu. Masa kamu gak kepo sih?" tanya Hyeongjun, lagi-lagi tak habis pikir.

Hitomi enggan menjawab perkataan Hyeongjun.

"Makasih ya," kata Hitomi tiba-tiba.

"uHUK! Hah?" Hyeongjun keselek kuaci.

"Makasih," kata Hitomi lagi.

"Buat?" tanya Hyeongjun.

"Makasih udah jadi temenku. Udah banyak bantuin aku," kata Hitomi sembari menepuk pelan bahu Hyeongjun.

Hyeongjun diam.

"Maaf juga, aku sering ngerepotin kamu. Bikin kamu ngerasa terganggu," lanjut Hyeongjun.

"Sama-sama. Enggak, aku gak ngerasa keganggu. Cuma heran aja kamu keras kepala banget soalnya," kata Hyeongjun.

Hitomi tertawa, "Maaf."

"Gausah minta maaf."

"Kalau kamu udah sadar nanti, tolong lebih percaya diri. Buat ngomong sama orangtua kamu. Buat ngutarain keinginan kamu," kata Hyeongjun.

Hitomi diam.

"Kalau kamu ingat sih," Hyeongjun tertawa.

Hitomi masih diam. Tidak tertawa mendengar lawakan tiba-tiba Hyeongjun.

Kalau dia bangun, semua kejadian yang ia alami selama koma tidak akan ada di ingatannya. Ia tidak akan mengingat semua ini.

Mungkin, ia tidak akan mengingat Hyeongjun. Hanya sekedar mengenalnya, seperti dulu.

Dan Hitomi, tidak ingin itu terjadi. Mungkin aneh, tapi ia merasa beruntung bisa berteman dengan Hyeongjun.

Dan, ia tidak ingin melupakan semua itu dengam mudahnya.

Tetapi, kalau seandainya ia tidak bisa selamat, tetap akan menyedihkan bukan?

Semua begitu menyedihkan, dan Hitomi benci itu.

Semua begitu menyedihkan, dan Hitomi benci itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ada yang masih menunggu work ini?

Out of Body ; Hitomi, HyeongjunWhere stories live. Discover now