Best Friend

44 5 0
                                    

Terima kasih karena selalu menemaniku dalam segala keadaan


Seminggu sudah Rehan menjalani harinya tanpa Farhan. Meskipun masih sering berbagi kabar, tapi itu belum cukup untuknya. Ia takut kalau nanti kakaknya akan pergi lagi. Dan ia akan kembali menjalani harinya yang sunyi ini sendirian, untuk kesekian kalinya.

Sehari sejak kejadian itu, Faisal selalu menyempatkan diri untuk mengantar jemput Rehan sekaligus sang adik, Devano. Ia secara pribadi meminta ijin kepada Tuan Adijaya untuk mengantar jemput Rehan. Itu juga merupakan permintaan Farhan padanya, karena ia tau kalau adiknya tidak akan nyaman jika bersama orang lain. Hal ini juga baik untuknya setidaknya ada Faisal yang akan menggantikan posisinya sebagai kakak, sampai semua keadaan membaik.

Di sekolah juga ada Darell dan Devano yang selalu menemaninya. Mereka tidak pernah membiarkan Rehan sendirian. Seperti saat ini, bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit lalu. Namun pemuda yang masih berkutak dengan tugasnya itu belum mau beranjak, sekedar untuk mengganjal perut yang sedari pagi belum terisi. Bahkan ia mengabaikan sahabatnya yang selalu menanyakan hal yang sama.

"Ayolah Rey, lanjutkan tugasmu nanti lagi. Aku tau kau perutmu belum terisi." Darell mulai jengah karena selalu diabaikan.

"Kalau kau mau makan pergilah dulu, nanti aku menyusul." Akhirnya Rehan menimpali ucapannya. Meski menolak tapi ia tak akan menyerah.

"Tidak akan jika kau tak ikut, lagipula dari tadi anak kelincimu selalu menerorku." Darell menyodorkan ponselnya yang menampakan beberapa panggilan tak terjawab dan pesan dari Devano, anak kelinci yang ia maksud.

Rehan menghela nafas sejenak, sebelum beralih pada tugas yang beberapa saat lalu ia abaikan demi menyahuti Darell. Ia menutup bukunya dan meletakkannya ke dalam laci.

Kemudian beranjak tanpa mengatakan apapun, meninggalkan Darell yang tersenyum puas karena usahanya berhasil kali ini. Lalu mengikuti langkah Rehan yang sudah menghilang di balik pintu.

*****

Suasana di kantin masih sangat ramai, Darell mengedarkan padangan kesegala arah untuk menemukan meja yang kosong. Merasa kurang beruntung saat tidak menemukan satupun deretan meja yang kosong, Darell memberengut kesal.

"Lihat jika kau tidak keras kepala, kita pasti sudah makan dengan nikmat sekarang," sungut Darell pada Rehan.

"Kenapa menyalahkanku? Lagipula tadi aku sudah memintamu ke kantin duluan, bukan?" protes Rehan.

"Sudahlah, bicara denganmu tidak akanada habisnya." Darell lalu melangkah lurus kembali mencari meja yang kosong.

"Kenapa dia yang marah?" monolog Rehan lalu mengikuti langkah Darell.

Setelah berjalan beberapa langkah mereka menoleh serentak saat merasa ada yang memanggil. Itu Devano yang memanggil mereka sambil melambaikan tangannya, seolah mengatakan kemarilah.

Darell dan Rehan mendekat ke arah meja Devano. Memang ada tempat kosong, namun hanya cukup untuk mereka berdua. Sebenarnya itu tidak menjadi masalah, karena yang duduk dibarisan itu hanyalah teman-teman sekelas Devano.

"Hai Kak Rehan! Kak Darell!" sapa mereka setelah Rehan dan Darell mendudukan dirinya di kursi yang kosong.

"Hai kembali!" Jawab Darell dan Rehan yang tersenyum menanggapi.

"Kenapa kakak baru datang? Aku sampai kelelahan menolak mereka yang mau menduduki kursi ini."

"Tanyakan pada kakak sepupumu ini, jika dia tidak keras kepala menolak ajakanku kami pasti sudah selesai makan sekarang," sungut Darell.

[END] Butterfly : Hope For HappinessWhere stories live. Discover now