Hallucinate | 24

92 14 6
                                    

Sebelum baca, puter mulmednya, yaa.

HAPPY READING!

•••

"Kamu, siapa?"

•••

Vier menatap Augys prihatin. Andai saja, malam itu ia tidak bersama Dyla, tidak akan mungkin kejadian ini akan terjadi.

"Hey! Kok bengong?" ucapan Augys membuyarkan lamunannya.

"Eh, iya kenapa?" Augys mendengus sebal. Cowok didepannya ternyata baru konek.

"Kamu, siapa?"

"Javier Julliard. Panggil aja Vier" ucap Vier memperkenalkan diri. "Lo enggak inget gue?" namun, Augys hanya menggeleng.

"Keluarga aku mana? Kamu siapa aku?" tanya Augys polos.

Gue calon pacar lo! Batin Vier mendengus.

Dengan sabar, Vierpun membantu Augys mengingat-ingat keluarga melalui foto yang ada di handphone miliknya.

"Ini abang lo. Namanya Aufar. Kalo yang ini, bokap lo. Dan kalo ini, nyokap lo. Yang terakhir ini, itu lo" jelas Vier.

Saat sedang membantu Augys mengingat, tiba-tiba Auzeer datang.

"Assalamualaikum" ucap Auzeer.

"Waalaikumsalam" jawab mereka serempak. Auzeerpun langsung memeluk Augys. Tangisnya pecah saat itu.

"Kalo ini siapa?"

"Ini papa, sayang. Papa kamu" saat mengetahui itu adalah papanya, Augys sontak membalas pelukan tersebut. Vier yang melihat kejadian hanya diam. Terharu.

Vier keluar ruangan, membiarkan om Auzeer melepas rindu kepada anak bungsunya itu.

Diluar, Vier iseng berjalan-jalan keliling rumah sakit. Iapun berhenti disebuah taman yang terdapat banyak sekali anak kecil.

Mata Vier tertuju pada anak perempuan berkursi roda. Ia sedang termenung. Vierpun mendekati anak tersebut lalu mengajaknya berbicara dengan posisi, Vier berjongkok.

"Hai, adik cantik" sapanya.

"Nama kamu, siapa?"

"Aku, kak?" tanyanya sambil mengarahkan telunjuknya kearah wajah. Vierpun mengangguk.

"Nama aku Cika, kak" Vier kembali mengangguk.

"Kok kamu sendirian?"

"Iya, kak. Suster Rifa lagi ambilin obat aku. Jadi, aku ditinggal sendiri"

Tanpa sadar, obrolan mereka mengalir bagaikan air. Cika merasa senang ketika berbincang dengan Vier.

Sesekali, Vier juga mengeluarkan joke agar Cika tertawa.

"Cika sakit apa, emang?"

"Hmm, Cika nggak tau, kak. Yang jelas, waktu itu pas papa lagi ngomong sama dokter, aku gak akan hidup lama. Aku juga capek, kak. Liat papa, suster Rifa, dokter Rizfan sedih bahkan nangis liat kondisi aku yang seperti ini. Tapi. Aku tetap berusaha senyum didepan mereka. Aku capek, kak. Sakit kayak gini" Vier tersentuh mendengar penjelasan Cika.

Hallucinate | COMPLETEDWhere stories live. Discover now