BAB 1

1.2K 84 45
                                    

A good marriage is the union of two good forgivers

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A good marriage is the union of two good forgivers. - Ruth Bell Graham

|

|

Pagi sudah menjelang dan matahari sudah keluar dari sarangnya. Sinarnya baru terlihat sedikit, tetapi di sebuah apartemen bernomor 209, terdengar keramaian. Atau, lebih tepatnya, kehebohan.

Seorang gadis kecil menangis karena ngompol di ranjang setelah bangun tidur. Tak lama berselang, seorang lelaki kecil berhidung mancung berteriak marah karena kaus kaki kesayangannya yang bergambar karakter film Cars ternyata dicuci. Padahal, dia ingin sekali memakainya hari itu. Belum lagi seorang pria dewasa berambut rapi ribut mencari dasi keberuntungannya. Dia memiliki bentuk hidung yang mirip dengan anak lelaki pecinta Cars tadi.

"Jiji, kamu yakin nggak lihat dasiku? Dimainin sama Haneul, ya?" Dia berseru dengan suara tertelan lemari. Maklum, kepalanya terbenam diantara baju-baju dalam lemari pakaian.

"Mam... aku sudah bilang, kaus kakiku itu jangan dicuci!!"

"Huaaa!!! Eommaaa... aku basah!!"

Seorang perempuan hanya bisa menggelengkan kepala melihat kericuhan yang terjadi di apartemennya. Sebenarnya, dia berparas cantik, tetapi penampilannya pagi ini sama sekali tidak ada cantik-cantiknya. Rambutnya tergelung keatas dan dijepit asal dengan jepitan bebek berwarna hitam. Dua gigi jepitan itu patah. Seorang gadis kecil dengan keingintahuan yang tinggi memainkannya. Dia hanya penasaran, apakah dengan hilangnya beberapa gigi jepitan itu masih bisa menjepit rambut ibunya. Untung saja teorinya benar.

Perempuan itu adalah.... Park Jiyeon.

Panggilannya banyak, mulai dari Eomma, Mama, Jiyeon, Jiji, sampai Sayang. Dua panggilan terakhir hanya oleh suaminya, Kim Myungsoo. Morning chaos seperti ini sudah menjadi bagian setia dari setiap paginya.

"Eomma!!!" Kim Haneul, gadis kecil yang baru berumur empat tahun, kembali berteriak sambil menangis. Jiyeon berjalan mendekatinya. Kali ini dia mendelik. Eh, Ya Tuhan, Haneul sudah telanjang saja. Sepertinya, dia sudah terlebih dahulu berinisiatif membuka sendiri pakaian tidurnya.

Jiyeon menarik napas panjang. Baru juga melangkah hendak menghampiri Haneul, dia malah berteriak kembali kembali. Kali ini si gadis cilik tukang ngoceh itu tidak lagi menangis. Dia menjerit-jerit girang sambil berlari kencang seperti celurut kecil. Ya, ampun.... kalau melihat kelakuannya sekarang ini, Jiyeon yakin bahwa dia sudah mengambil keputusan yang salah dahulu sewaktu hamil Haneul. Dahulu Jiyeon ngotot serta merengek ingin makan kepiting. Mau tahu hasilnya? Itu, yang sedang berlarian tanpa henti mengelilingi ruang keluarga, kemudian berlanjut ke ruang makan, dapur hingga.... buk!

"Huaaa!!! Eommaaa! Sakittt!"

Jiyeon menghela napas dan memberikan cengiran yang lebar kepada Myungsoo, yang sedari tadi masih mencari dasi keberuntungan berwarna biru. Namun, sepertinya lelaki itu sudah menemukannya. Dia mengangkat Haneul yang masih terduduk sambil menangis karena tersandung mainannya sendiri.

For Better or WorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang