1.

2.4K 51 5
                                    

Hari ini adalah hari libur, Samara menyambut hangat kedatangan kakaknya bersama suami beserta anaknya yang sudah cukup lama tidak pulang ke kota ini.

Dia sudah menganggap keluarga ini seperti kelurganya sendiri. Walau dia jelas tau kalau mereka semua bukanlah keluarganya yang sebenarnya.

Untuk keluarganya yang sesungguhnya Samara tidak tau siapa. Waktu kecil Samara pun tidak tau kalau dirinya hanyalah anak yang dipungut keluarga ini, Samara baru tau semenjak ia beranjak remaja.

Saat mendengar fakta itu tentu saja Samara sedih, tapi ia tetap harus bisa menerima faktanya.

Samara tersentak sadar dari lamunannya saat merasakan tepukan di bahunya. Ia menoleh dan melihat wajah tampan keponakannya. Kakaknya hanya memiliki satu orang anak saja.

"Jangan banyak melamun Tan, nanti kesambet loh." goda keponakannya seraya tersenyum.

"Gak melamun kok." tukas Samara mengelak dari ucapan Danish.

Ya, Danish adalah nama keponakannya Samara.

"Bohong banget, jelas-jelas tadi aku lihat Tante lagi ngelamun." Samara tak menanggapi ucapan keponakannya itu dan beranjak pergi meninggalkan Danish yang justru mengikutinya.

"Ngapain ngikutin?" tanya Samara menatap heran pada Danish yang tersenyum-senyum sembari mengikutinya ke kamar.

"Tante mau kemana?" tanya Danish saat melihat Samara memoleskan make up tipis ke wajahnya.

"Mau pergilah."

"Ya ampun, keponakannya baru datang juga main pergi-pergi aja."

"Mau gimana lagi? Tante ada janji sama teman-teman tante."

"Oh ya? Aku boleh ikut gak?"

"Mau ngapain ikut?"

"Ya, mau ikut aja emang gak boleh?"

"Bukan gak boleh, tapi yang ngumpul nanti cewek-cewek semua loh. Emang mau?"

"Gak masalah." tukas Danish santai.

Samara menghela nafas sabar, kemudian mengangguk setuju. "Oke, kalau memang kamu ngotot mau ikut."

"Sipp!" Danish mengacungkan jari jempolnya.

"Yaudah sana keluar!" usir Samara pada Danish yang masih disana. "Danish, Tante mau ganti baju loh."

"Kalau mau ganti baju ya ganti baju aja kali Tan, aku gak akan lihat." kata Danish enteng sembari memejamkan kedua matanya.

Samara tak lantas menurutinya karena ia tau keponakannya itu memanglah usil. Belum satu menit Danish membuka kedua matanya dan terkejut saat melihat Samara menatapnya dengan mata melotot.

Danish nyengir dan segera beranjak pergi dari sana, tapi sebelum benar-benar pergi Danish masih sempat membisikkan sesuatu di telinga Samara. Bisikkan itu tentu membuat Samara merasa merinding.

Tak menyangka kalau Danish bicara begitu padanya. Astaga! Sabar.

Mengenyahkan ucapan keponakannya itu Samara segera bersiap-siap dan kemudian pergi.

"Biar aku yang menyetir." kata Danish mengambil kunci mobil dari tangan Samara.

"Memang kamu masih ingat jalanan disini?"

"Masihlah."

"Oke. Jangan ngebut-ngebut ya." tukas Samara memperingati keponakannya itu yang suka ngebut kalau berkendara.

Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam, berulang kali Danish melihat ke arah Samara sekilas.

Samara sebenarnya tau kalau Danish memperhatikannya namun ia bersikap cuek saja dan lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya.

SAMARAWhere stories live. Discover now