BAB 31 - Nelangsa

23.1K 2.2K 177
                                    

Hola selamat sore, aku balik lagi. Untuk cerita MCB masih setengah jalan. Mudah-mudahan besok malem bisa up yaa 😊😊

Hari ini ditemenin sama Kiara dkk dulu. Jangan lupa follow ig @indahmuladiatin untuk info cerita-ceritaku.

Happy reading guys! 🤗🤗🤗

☁️☁️☁️

Kiara mengusap sikunya yang terkena goresan besi saat tadi menaiki tangga gudang. Awalnya dia ingin mengambil sapu, tapi dia tidak hati-hati sampai jadi luka begini. Lebih baik dia ke UKS untuk minta plaster.

Karena ini jam pelajaran, koridor depan kelas sepi. Semua murid sibuk belajar. Kadang, Kiara melongok dari jendela, memperhatikan suasana kelas-kelas yang dia lewati. Suasanya kondusif. Sampai akhirnya dia sampa di depan ruang UKS.

Kiara berjinjit, ada suara orang sedang ngobrol. Karena terhalang tirai, Kiara tidak bisa tahu siapa orang di dalam. Tapi kalau pun kelihatan belum tentu juga dia kenal. Bahunya terangkat, cuek saja, dia kan cuma mau ambil plaster.

"Permisi Bu," sapa Kiara pada bu Amel penjaga UKS.

"Oh iya Kiara, ada apa? kamu sakit?" tanya bu Amel.

Kiara tersenyum ramah dan menggelengkan kepala. "Saya mau minta plaster aja Bu."

"Oh yaudah, ada di tempat biasa yaa," kata bu Amel.

Yaa Kiara tahu, dia sering kemari. Bukan karena sakit, tapi kadang setiap senin dia membantu anggota PMR mengurus siswa yang sdakit saat upacara. Kiara membuka lemari besar itu dan mengulurkan tangannya tinggi-tinggi.

"Bisa nggak?" bisik suara tepat di dekat telinga Kiara.

Kiara menoleh kaget. "Dim?"

"Hem?" tanya Dimas. Yang kembali menegakan punggungnya. Berdiri menjulang di hadapan Kiara. Tangannya terulur mengambil kotak berisi plaster. Sudah berapa hari dia tidak melihat cewek ini karena sedang mendapat dispen untuk tanding basket di sekolah lain. "Lo abis jatoh?"

"Enggak, gue cuma mau minta aja buat jaga-jaga," elak Kiara. Dia melongok ke belakang Dimas. Tempat yang tertutup tirai. "Siapa yang sakit?"

"Risa," jawab Dimas. "Mana liat tangan lo!"

"Kan gue bilang nggak kenapa-kenapa," jawab Kiara.

Dimas menarik tangan Kiara. "Udah lo bersihin lukanya?"

"Udah, ngapain sih Dim? Gue bisa sendiri tau!" protes Kiara saat Dimas mau memasang plaster itu. "Dim!"

"Bawel banget sih lo," balas Dimas dengan santai. Dia meniup luka di siku Kiara. "Lo ngapain bisa luka gini?"

"Mau ambil sapu di gudang, sapu kelas gue ilang terus," jawab Kiara.

"Piket kelas sempet, bales chat gue nggak sempet," keluh Dimas. Wajahnya kelihatan bete berat. Jelaslah, diabaikan dua hari, katanya sibuk tapi sempat-sempatnya piket. Murid teladan sekali Kiara ini.

"Kalau nggak piket kan nanti dihukum Dim," tanggap Kiara. "Lagian lo chat apaan sih?"

"Yaudah, gue males rebut," jawab Dimas.

Kiara cemberut kesal. "Risa sakit apa? lo doang yang nemenin dia?"

"Ya sendiri, kalo rame-rame namanya tauran," balas Dimas sengit. "Kepo ya?"

Pukulan mendarat di tangan Dimas. Siapa yang kepo. Anak ini benar-benar menyebalkan. "Awas!" Kiara menyibak tirai untuk melihat kondisi Risa. Dia memang kesal tapi kan tidak ada salahnya basa-basi menyapa. Melihat wajah pucar Risa, rasa simpatinya muncul. "Lo sakit yaa? sekarang gimana?"

High School Hits List (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang