Chapter 7

11 2 2
                                    

"Hei, Nadia!"

Aku menoleh, mendapati sosok Deka berada di belakangku. Akhirnya setelah 3 minggu aku mengikuti bimbel di sini, Deka dapat menyapaku dengan benar.

"Makan siomay, yuk?" ajaknya kemudian. Kami berdua sama-sama baru sampai di tempat bimbel dan masih memiliki banyak waktu sebelum bel berbunyi.

Aku tidak menjawab tapi mengikuti langkahnya menuju gerobak penjual siomay yang ada di pinggir jalan.

"Bang, siomay campur 2 porsi, ya!"

"Oke, siap, den."

Deka mengajakku duduk di kursi kayu panjang. Kemudian dia bercerita panjang tentang ilmu psikologi yang sangat dia suka. Aku mendengarkannya dengan perasaan takjub. Meski harus kusembunyikan.

Tidak lama, pesanannya tadi datang. Kami masing-masing menerima sepiring penuh siomay lengkap dengan bumbu kacang yang tumpah meruah.

"Kamu suka siomay, kan?" tanya Deka yang kubalas dengan anggukan. "Kalau kamu ingin tambah, bilang saja. Aku yang traktir."

Aku hanya tersenyum. Siapa yang tidak suka ditraktir?

Kemudian aku mulai menyuapkan satu sendok ke mulutku. Rasanya enak. Aku suka makanan dengan bumbu kacang.

Ketika aku kembali menyendokkan makannanku. Aku mendapati sebuah biji jeruk di piringku. Keringat dingin seketika muncul di tubuhku. Tanganku gemetaran.

"Nadia, ada apa?" Deka yang rupanya memperhatikanku meletakkan piringnya dan memegang bahuku.

Aku tidak menjawab. Lebih tepatnya aku tidak mampu menjawab.

Deka meraih keningku, setengah panik dia kembali bertanya, "Apa kamu punya ketakutan akan sesuatu?"

Aku menggangguk kuat. Hampir menangis.

"Kalau aku boleh tau, apa itu?"

Setengah ragu aku menjawab, "Je-jeruk...nipis."

Alih-alih ia menjahiliku seperti yang orang-orang lakukan kepadaku ketika mengetahui ketakutanku, nyatanya dengan segera ia membelikanku air mineral dan membawaku pergi dari situ. Deka berusaha membuatku tenang. Dan dia berhasil.

Tindakannya itu, benar-benar membuatku kagum.

Memories of Mr. DWhere stories live. Discover now