Chapter 8

12 2 1
                                    

"Hei, Nadia."

Deka membuka pintu kelas sambil membawa dua plastik berisi minuman berwarna biru. Setelah tadi ia mengantarkanku ke kelas. Ia kembali turun ke lantai satu. Katanya ia ingin membayar pesanan siomay kami tadi.

"Nih, coba minum ini." katanya sambil menyodorkan minuman di tangannya.

Aku meraih plastik minuman itu dan mencoba meminumnya. Rasanya bagiku luar biasa! Ini minuman paling enak yang pernah kucoba!

Deka tampak tersenyum melihatku meminum itu sampai habis.

"Bagaimana, sudah tenang?" tanya Deka sambil menatapku.

"Sudah." jawabku riang. Cowok itu mengangguk.

Dia mulai berbicara, "Aku tidak akan memaksamu untuk bercerita kenapa kamu bisa punya phobia dengan jeruk nipis, itu akan membuatmu kembali tertekan." dia memberi jeda, "Tapi phobiamu itu unik sekali." dilanjutkan dengan suara tawanya.

Aku mengerucutkan bibirku. Tapi syukurlah dia mengerti.

"Aku rasa, phobiamu itu perlu disembuhkan, Nad. Karena aku yakin itu mengganggumu, terlebih ada yang jahil kepadamu. Kamu pasti akan merasakan sesak nafas dan serangan panik seperti tadi. Kalau salah ditangani, itu akan membahayakan dirimu." 

"Sejak kapan kamu punya phobia itu?"

"Sejak aku masih TK."

"Wow sudah 6 tahun?" dia menatapku takjub dan menghela nafasnya, "Mungkin sebaiknya aku membawamu ke mamaku."

Aku menggeleng kuat. "Tidak perlu, aku baik-baik saja. Tidak perlu ke psikiater." aku kemudian mengalihkan pembicaraan, "ngomong-ngomong ini minuman apa? Aku belum pernah minum ini dan ini enak sekali."

Cowok di sebelahku ini tertawa renyah, "Ini minuman favoritku. Pop ice rasa vanilla blue. Sangat berguna disaat aku sedang sedih ataupun merasa stres. Minuman ini menenangkan bagiku."

"Vanilla itu punya efek yang menenangkan." kemudian dia menyesap minuman vanillanya dan melanjutkan, "Aku sangat suka vanilla."

Aku sangat suka vanilla.

Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. Hingga kini.

Memories of Mr. DМесто, где живут истории. Откройте их для себя