3. Ketua OSIS

1.5K 175 46
                                    

Setelah seminggu berada di Bandung, anak bungsu dari Fattuhrohman Zain itu pun tidak trrlihat ada masalah. Sejauh ini, Fattah nampak senang dan nyaman dengan lingkungan barunya. Seminggu atau dua minggu sekali Zain sempatkan untuk menemani anaknta di Bandung, selebihnya Fattah hanya tinggal bersama pembantu yang menjaga rumah tersebut sejak ia kecil.

Senin pagi ini minggu ke dua setelah Fattah resmi menjadi murid di sekolah milik ayahnya. Pemuda itu tak pernah mempermasalahkan lingkungan baru tersebut, walau banyak perbedaan dengan tanah kelahirannya. Bagi Fattah, sekolah di mana saja tidak masalah, asal dirinya bisa belajar dengan nyaman dan identitas dirinya sebagai anak pemilik yayasan tidak diketahui teman-temannya.

Seorang siswa berjalan dengan gaya sok coolnya. Pemuda itu membawa ransel biru dengan baju seragam dikeluarkan dan kancing sedikit berantakan. Seluruh siswa yang melihatnya berjalan tentu merasa takjub dengan ketampanannya, terutama para siswi SMA Sabilul Huda. Pemuda tampan itu tak lain adalah Fattah, ia melangkahkan kakinya menuju kelas XI-IPA-3.

"Woy, Bro!" sapa Reza mengulurkan tangannya pada Fattah yang baru saja datang.

Fattah membalas uluran tangan Reza dengan tepukan khas para remaja laki-laki. "Woi!" sahut Fattah dan segera duduk di dekat Sahid.

"Eh, itu di luar mau pada ngapain?" tanya Fattah.

Tidak hanya indeks prestasi saja yang membuat SMA Sabilul Huda ini terkesan baik, tetapi lingkungan serta fasilitas yang ada di sini juga menduduki peringkat atas dari sekolah Islam lainnya. Selain keadaan sekolah, beberapa organisasi di dalam pun berjalan dengan baik, terlebih OSIS-nya.

Setelah OSIS periode tahun lalu memberikan inovasi membentuk ekstrakurikuler baru untuk SMA Sabilul Huda. Tak terasa, ternyata masa jabatan merwka di tahun ini telah selesai dan akan segera tergantikan dengan penerus yang tak kalah baikknya.

Lapangan upacara sekaligus area olahraga SMA Sabilul Huda, hari ini berubah menjadi tempat untuk pemilihan ketua OSIS. Seluruh siswa menggunakan haknya untuk memilih calon pemimpin yang akan menjabat selama satu tahun ke depan, tak terkecuali Fattah yang  berstatus sebagai murid baru.

"Kan, mau pemilihan ketua OSIS," ungkap Sahid.

"Oh, iya? Kok, gue nggak tahu, ya!"

"Bukannya waktu itu teh kamu godain Jamilah, pas lagi nyampein visi-misi?"

"Cuma godain doang, gue nggak tahu kapan pemilihannya."

"Ngomong-ngomong, kalian mau pilih siapa?" tanya Reza.

"Urang mah ngges pasti milih Jamilah atuh!"

"Gue lupa siapa aja calon-calonnya kecuali si Jamilah!"

"Udah, pilih Cinta aja! Gua juga mau pilih Cinta. Soalnya dia cantik!" ujar Reza.

"Jangan pilih Cinta! Nanti OSIS kita teh jadi lahan buat jualan skincare sama dia!"

Fattah seketika terkekeh. "Lu kenapa bisa mikir ke situ?" tanyanya.

"Lha, iya. Lihat aja, tuh, nggak cuma di Instagram dia promo skincare, di chanel youtube-nya juga suka ada tutorial make up. Mana nggak pakai kerudung lagi, nggak malu apa! Dia kan, siswi di sekolah Islam!" tutur Sahid.

"Ulah sirik ari maneh! Itulah tanda kecantikan yang hakiki!" ujar Reza.

"Kecantikan yang hakiki itu di sini." Sahid menyentuh dada sebelah kirinya. "Bukan di wajah!" imbuhnya.

"Lagian, dia mah orang Jakarta aslinya. Makanya, perilakunya gaul-gaul begitu. Nggak kayak kita yang ndeso!" ungkap Reza.

"Siapa bilang orang Jakarta perilakunya gaul-gaul?" tanya Fattah.

Sekolah SMA Za-Za [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang