11. Masa Depan

896 91 23
                                    


Setelah perpisahan kelas dua belas. Tibalah ujian akhir semester bagi para kelas sebelas dan sepuluh. Dalam dua minggu ke depan akan sampai pada liburan kenaikan kelas.

Rohis SMA Sabilul Huda memiliki program, setiap liburan, anggotanya wajib untuk menghafal Al-Qur'an. Minimal yang harus di hafal adalah lima lembar atau lebih.

Bagi anggota yang tidak bisa menjalankan tugas tersebut akan di denda dalam bentuk uang per halamannya seratus ribu. Hasil dendaan tersebut akan dikumpulkan untuk santunan ke anak-anak yatim.

Hari terakhir sekolah ini, Reza dan Sahid berencana untuk main ke rumah Fattah. Tapi, sebelum pulang, mereka pergi ke kantin untuk menyantap semangkuk bubur ayam terlebih dahulu.

Di kantin, Fattah melihat ada Jamilah. Ia bersemangat untuk mendekat ke tempat duduk gadis tersebut.

"Hai, Jamilah!" sapa Fattah yang duduk tepat di hadapan Jamilah.

"Lu kenapa sih, makan bubur nggak diaduk? Nggak nikmat, tauuuu!" ujar Fattah.

Jamilah terdiam, ia berusaha untuk tak mendengarkan Fattah dan terus menyantap makanannya.

"Ya ela! Lu kenapa sih, kalau mgomong sama gue nggak pernah senyum? Beda kalau sama kak Alvin, senyum mulu! Lu suka yah?" goda Fattah.

"Jangan sembarangan kalau ngomong!" ujar Jamilah dengan tetap menunduk.

"Ya udah, lu sekali-kali senyum, kek. Buat gue!" ungkap Fattah.

"Pergi dari sini, Fattah! Kalau enggak, aku siram kamu pakai bubur ini!" Jamilah mengancam.

"Hih, Jah! Jangan! Nggak sopan!" lirih Alvani mengingatkan Jamilah.

"Ih, aku nggak serius! Biar dia pergi aja dari sini," balas Jamilah dengan suara pelan.

Sementara Fattah masih menggoda Jamilah, Reza dan Sahid sudah mendapatkan bubur pesanannya. Mereka duduk di bangku belakang tempat Fattah duduk.

"Ya udahlah, Jamilah. Gue boleh pegang tangan lu, nggak?" tanya Fattah dengan nada sedikit tinggi.

Seketika siswa yang sedang di kantin menyorot Fattah, tak terkecuali Reza dan Sahid.

"Gila nih anak!" ujar Reza.

"Astaghfirullah, Fattah! Dosa! Kamu itu ngerti dosa nggak sih?" pekik Jamilah.

"Mana peduli gue sama dosa kalau udah berhadapan sama cewek yang gue suka!" ungkap Fattah.

Cinta yang baru saja datang ke kantin, tak sengaja mendengar ungkapan Fattah. Sedangkan Jamilah kesal dengan ucapan pemuda yang ada di hadapannya. Ketua rohis putri itu melampiaskan amarahnya pada bubur ayam. Ia menyatapnya dengan sangat cepat.

"Woy! Cewek makannya pelan-pelan dong! Gimana nih, gue pegang tangan lu, ya!" ujar Fattah.

"Hih, Fattah! Jangan! Emang lo mau ngapain mau pegang tangan Jamilah," ucap Reza yang mendorong bahu Fattah.

"Yaaaaaa, gue mau tau aja gitu! Gimana rasanya megang masa depan!" celetuk Fattah dengan gombalan khasnya pada Jamilah.

Seketika para siswi yang mendengarkan ucapan Fattah pun tersenyum seolah gombalan itu untuk mereka. Cinta terlihat sinis dengan Jamilah.

Sedangkan Jamilah meneguk air dengan cepat dan segera membayar buburnya lalu pergi dari hadapan Fattah.
***

Sepulang sekolah Fattah kembali teringat tentang program hafalan yang diberikan oleh rohis pada setiap anggotanya.

"Gila... Gilaaaa! Nih program berjalan sejak kapan? Ada yang mau gitu ngehafalinnya?" ujar Fattah saat berkumpul dengan Sahid dan Reza di kamarnya.

Sekolah SMA Za-Za [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang