28. Curhat

679 82 10
                                    

Waktu terus melesat cepat bagai anak panah, hari kian berganti, tetapi Fattah masih berbaring di rumah sakit tanpa pernah membuka matanya sekali saja. Sudah tiga bulan terhitung sejak kejadian penculikan Jamilah, anak pemilik yayasan Za-Za Sodiiqun Hamiimun itu masih koma.

Sedangkan, siswa-siswi SMA Sabilul Huda sudah mulai melaksanakan ujian akhir semester ganjil. Jamilah yang setiap harinya terganggu oleh godaan-godaan Fattah, tiga bulan terakhir ini berhasil terhindar dari hal tersebut.

Namun, bukannya senang dan bahagia, justru berhentinya Fattah menggoda dirinya membuat Jamilah sedih. Karena pemuda yang mencintainya dengan gila masih terkulai di rumah sakit.

Sejak peristiwa Fattah menyelamatkan Jamilah dari tragedi penculikan, gadis berkerudung panjang ini tak jarang memikirkan Fattah dan menanyakan keadaan pemuda yang menyukainya pada Sahid dan Reza. Ia selalu menyalahkan dirinya atas musibah yang menimpa Fattah.

Pelaksanaan ujian semester hari terakhir ini sudah berjalan lebih dari satu jam, saat pikiran Jamilah mengerjakan soal-soal ujian, hatinya selalu ingin tahu bagaimana keadaan Fattah.

"Sepuluh menit lagi! Bagi yang sudah mengerjakan boleh dikumpulkan sekarang," ujar guru pengawas ujian.

Jamilah terkejut mendengar infromasi tersebut, lembar soal ujian di tangannya belum setengah yang berhasil ia dikerjakan.

'Asraghfirullah! Jangan melamun Jamilah!' pikir Jamilah dan segera fokus mengerjakan soal ujian.
***

Sabtu malam ini Jamilah merasa resah dan gelisah memikirkan pemuda yang menyukainya, ia berkali-kali bangun dan kembali bersujud dihadapan Sang Pencipta, berdoa agar Fattah segera sadar dari koma.

Jamilah yang selalu mencurahkan isi hatinya pada sang umi, kali ini ia membungkam. Jamilah malu jika harus menceritakan perasaan yang sebenarnya tentang Fattah.

Dinginnya malam tidak hanya menemani Jamilah, hujan deras yang tak kunjung reda sejak sore itu pun masih mengguyur Bandung malam ini. Jamilah terkejut saat Zakiyah membuka pintu kamar tanpa mengucap salam dan mengetuknya terlebihdahulu.

"Astaghfirullah!" ucap Jamilah.

"Eh, maaf, Jah. Kaget ya," tanya Zakiyah sembari mendekati Jamilah.

"Hehe iya, Umi. Ada apa, Mi?" balas Jamilah.

"Umi masak bubur ayam tuh, hujan nggak berhenti-berhenti. Ayok dimakan dulu buburnya mumpung masih hangat," tutur Zakiyah.

"Nanti Jah makan, Mi," ujar Jamilah.

"Kapan? Biasanya gerak cepat kalau Umi masak bubur ayam," ucap Zakiyah.

Jamilah tak bisa menyembunyikan lagi perasaannya. Gadis itu perlahan membuka suaranya.

"Umi, Jamilah mau cerita. Tapi Umi jangan marah," ungkap Jamilah.

"Cerita aja, Sayang. Ada masalah apa lagi?" tanya Zakiyah.

"Umi, Jah nggak tahu ini sayang atau bukan. Jah keingat Fattah terus, Jah nggak mau Fattah kenapa-napa," ungkap Jamilah. "Jah takut jatuh cinta sama Fattah, maafin Jah karena memikirkan laki-laki selain calon suami Jah," imbuhnya.

Zakiyah tersenyum menenangkan Jamilah, tangannya mengusap lembut kepala putrinya yang terbalut kerudung putih.

"Nak, perasaan itu tak pernah salah. Kita nggak tahu dan nggak pernah minta untuk didatangkan marah, sedih, senang, suka, sayang atau cinta. Menyayangi atau mencintai itu tidak salah, yang salah itu, kita sayang tapi menyalurkannya dengan cara yang haram. Seperti pacaran, atau berdua-duaan. Selama ini apakah Jah berdua-duaan dengan Fattah? Atau pacaran?" tanya Zakiyah.

Jamilah menggeleng. "Enggak Umi. Jamilah baru ngerasain hal ini sejak tahu Fattah koma gara-gara dipukuli waktu nolong Jamilah. Jah menyaksikan langsung bagiamana balok-balok kayu itu dihantamkan pada kepala Fattah, " ungkap Jamilah.

"Yah sudah, Jamilah nggak usah takut salah. Berdoa aja sama Allah, banyak-banyak beristighfar supaya dosa kita diampuni. Perihal Fattah, nanti kalau sehat dan sudah sadar, Jamilah beri jawaban yang pasti, Jamilah harus jujur dengan perasaan Jamilah. Katakan, bahwa Jamilah tidak bisa menyalurkan rasa sayang ini dengan cara yang salah," tutur Zakiyah.

"Jah nggak mau bicara langsung Umi, Jah takut dan malu," ungkap Jamilah.

"Jah bisa tuliskan semua isi hati pada selembar kertas. Sekarang, kita makan dulu yuk, nanti buburnya dingin," ujar Zakiyah.
***

Minggu pertama setelah ujian akhir semester ganjil terselesaikan, Jamilah hanya berdiam diri di kamar menunggu kabar dari Alvani tentang keadaan Fattah. Gadis itu hanya ingin memastikan bahwa pemuda yang telah menyelamatkan dirinya baik-baik saja.

Jamilah yang sedang berbaring membaca buku, ia bangun, berjalan meunuju kursi belajar dan menulis dengan bolpoin merah muda di atas selembar kertas putih bersih.

Assalamu'alaikum Fattah...
...
...

Sore ini Jamilah menuliskan sebuah surat yang sengaja ia buat untuk Fattah. Gadis itu berniat memberikannya setelah pemuda yang mencintainya sadar dari koma. Di tengah-tengah penulisan, ponsel Jamilah berbunyi.

Terlihat ada pesan masuk dari Alvani.

Alvani:
Jah, kata Sahid, Fattah udah sadar dari kemarin. Insya Allah besok Sahid sama Reza mau ke Fattah. Mau ikut jenguk?

Mendapat kabar baik tentang keadaan Fattah, Jamilah merasa lebih legah dan tenang. Ia lebih semangat lagi saat menulis surat. Tak lupa Jamilah pun memberi kabar pada Zanwar dan Zakiyah tentang keadaan Fattah yang sudah sadar dari koma.

.
.
.
.
.
Sekali lagi maafkan yah. Penulis benar-benar sedang dihadapkan masalah yang lumayan berat. Minta doanya agar bisa cepat keluar dari maslaah ini.
Semoga masih suka sama Za-Za yah 😍😘

Sekolah SMA Za-Za [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang