4. OSN

1.1K 154 36
                                    

Sehari setelah pemilihan Ketua OSIS semua kegiatan di sekolah berjalan seperti biasanya, seluruh siswa SMA Sabilul Huda belajar sesuai jadwal kelasnya masing-masing. Seminggu setelahnya, Fattah semakin merasa senang berada di sekolah tersebut. Ia merasa lingkungan dan teman barunya membuatnya nyaman.

Dalam satu minggu, selalu ada saja guru mata pelajaran yang tidak bisa masuk untuk mengajar atau sekadar memberi tugas. Akibatnya, para siswa pun memilih menyibukkan diri dengan bermain gim atau bercerita dengan teman-teman yang menimbulkan kebisingan bagi kelas lain. Suasana kelas XI-IPA-3 selalu ramai jika tak ada guru yang masuk.

Namun, suasana bising kelas tersebut seketika berubah menjadi hening setiap kali ada pengumuman oleh guru atau hal penting lainnya yang akan disampaikan sesama siswa. Salah satu guru di luar mata pelajaran memberikan pengumuman bahwa akan ada Olimpiade Sains Nasional dan seluru siswa-siswi kelas XI diberikan informasi untuk mengikuti seleksi.

"Bagi kalian yang berminat untuk mengikuti OSN, silakan isi formulir ini dan lingkari bidang yang kalian minati. Jika tidak ingin mengikuti, kalian tetap isi dan lingkari ‘Tidak Minat’ serta beri alasannya." Guru tersebut membagikan selembaran formulis pada setiap siswa. "Silakan, di isi dulu, ya. Ibu akan kembali lagi ke sini lagi setelah sepuluh menit," ungkap salah satu guru dan beralalu untuk memberi informasi di kelas lain.

Setelah guru itu tak terlihat, pemuda yang duduk bersebelHan dengan Fattah pun berbicara, "Kenapa, Olimpiade Sains Nasional itu nggak ada mata pelajaran agama islamnya? Padahal, kalau ada, aku pasti ikut!"

"Dasar, Boloho! Namanya juga sains, SAINS! Ngerti nggak, sains? Ilmu tentang pengetahuan alam. Kalau tentang agama, mah, Festival Anak Saleh namanya," ujar Reza.

"Mana ada festival begitu!" Sahid menyangkal.

"Pan maneh teh budak Rohis! Masa teu nyaho! Sok weh atuh, cari di google! Pasti ada."

Fattah tak menghiraukan kedua temannya yang sedang memperdebatkan hal tidak penting. Anak pemilik yayasan itu tetap fokus mengisi formulir seleksi peserta Olimpiade.

Sahid terus memperhatikan teman sebangkunya, ia tertarik untuk melihat kertas yang sedang diisi oleh Fattah.

"Wuiih!! Kamu teh mau ikut seleksi?" Sahid mendekatkan pandangannya pada kolom minat pelajaran untuk OSN. "Gusti nu aguuung! Maneh teh mau ikut Olimpiade Fisika?" tanya Sahid heran.

Selesai mengisi formulir, kertas yang ada di depan Fattah seketika ditarik oleh pemuda yang duduk di hadapan Sahid. Ia penasaran ingin melihat apa yang dikatakan sahabatnya.

Reza merasa tergelitik dan terkekeh. "Lha, elo beneran mau ikut seleksi Olimpiade Fisika?" tanya Reza.

Fattah terdiam pundaknya bergerak naik, ia menarik alisnya ke atas dan bibirnya sedikit ke samping, seperti tersenyum tapi tak ikhlas, memberi tanda bahwa dirinya mengiyakan perkataan Reza.

"Katanya kamu itu pindah ke sini karena nakal, berantem terus, kenapa sekarang mau ikut Olimpiade?" tanya Sahid.

"Ah, palingan juga buat lucu-lucuan aja! Iya, kan?" ujar Reza.

"Gue cuma nakal, bukan bodoh!" celetuk Fattah.

Seketika Reza dan Sahid terdiam mendengar ucapan Fattah yang sangat menusuk telingah mereka.
***

Di kelas XI-IPA-1 Jamilah pun sibuk mengisi formulir seleksi OSN, ia sangat menantikan olimpiade ini. Ia menghubungi Alvani lewat whatsapp.

Jamilah: Van, kamu jadi ikut OSN?

Tak lama kemudian, Jamilah menerima pesan dari Alvani.

Alvani: Nggak tahu, Jamilah. Aku bingung, takut nanti nggak mampu.

Sekolah SMA Za-Za [END]Where stories live. Discover now