Memories # 50

1.4K 254 44
                                    




“Separated”
📸









Hari berlalu dengan cepat, tak dirasa malam sudah kembali menjemput senja. Tetapi keadaan di kediaman Lee masih tetap sama.




Dan sekarang, bertambah lagi satu orang yang menjadi frustasi karena Jina yang hilang dan belum ditemukan.




“Kenapa bisa hilang?”




Itu yang terus dipertanyakan si sulung Lee sedari tadi —setelah ia selesai mendengarkan apa yang sedang terjadi pada adik kesayangannya selama dua hari ini.




“Apa Dad sudah mencarinya dengan benar?” tanyanya lagi, kali ini dengan raut wajah yang semakin cemas.




Jaemin membelai surai legam putranya itu dengan lembut, “Oppa percaya sama Daddy, tidak?”




Anggukan ragu diterima Jaemin.




“Oppa sekarang makan terus istirahat ya,” pinta Jaemin sembari menarik lengan putranya, “Adek pasti pulang.”




Jisung terdiam, namun ia serta merta memeluk pinggang Jaemin dengan sangat erat.




Membuat hati Jaemin sedikit teriris —dan semakin perih saat ia merasakan kemeja yang dipakainya mulai menghangat dan basah.




Putranya menangis dalam diam ternyata.




“Oppaa...” ucapnya dengan sapuan halus disisi wajah putranya.




Jisung menggeleng pelan, “Ndut pasti belum makan... dan Ndut pasti tidak bisa tidur, Appa...”




Tuturan Jisung yang terdengar parau, hanya memperparah kepedihan yang sedang Jaemin tahan sedari tadi.




“Ndut makan apa? Ndut tidur dimana? Apa dia sendirian? Pasti dia ketakutan, Appa...”




Jaemin menghela nafas panjang, “Appa juga memikirkan itu semua, Oppa.” ia menarik wajah Jisung yang menempel di perutnya, lalu menangkupkannya dikedua telapak tangan, “Kalau Oppa sedih, Adek nanti ikut merasa sedih bagaimana?” lanjut Jaemin sembari mengusap aliran airmata di pipi Jisung dengan ibu jari.




Jisung mengerjap lambat, kemudian ditatapnya kedua mata Appa-nya yang terlihat merah dan sangat bengkak, “Appa juga jangan menangis lagi.” katanya dengan tangan terulur, meraih wajah Jaemin dan mengusap pipinya lembut.




“Besok kita cari sama-sama, ya Appa...”




“Iya... Kita cari sama-sama ya...”




Dengan ini, keduanya berpelukan dengan sangat erat.




Di bawah sinar rembulan yang menerobos masuk dari jendela dapur, keduanya saling menguatkan hati. Saling memberi dan saling berbagi keyakinan dan keteguhan hati.




“Dad kapan pulang?” tanya Jisung teredam dalam pelukan.




“Dad akan pulang sebentar lagi. Oppa mau menunggu Dad?”




“Iya,” Jisung menjeda, mengurai dekapan dan menghapus airmata di wajahnya,




“Oppa ingin memberikan Daddy pelukan juga, Appa...”









📸









Keesokan harinya,




MEMORIES OF TOMORROW || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang