Memories # 62

1.7K 235 169
                                    




“The Ballerina”
📸









Lee Jina masih belum berhenti berceloteh tentang bagaimana ia membantu Mina-ssaem merapikan selimut dan peralatan melukis tadi di sekolahnya, saat Jaemin memakirkan mobil di pekarangan rumah.




Dengan cekatan, ia membuka seat-belt putrinya, lalu membantunya turun dari mobil.




Secepat kilat, Jina langsung berlari dan menunggu Jaemin untuk membukakan pintu dengan tidak sabar.




“Jayne! Jayne! Jayne!” serunya sembari melompat kecil.




Setelah pintu terbuka, si kecil Jina langsung mencopot sepatu dan menyeret tas ranselnya, berjalan setengah berlari menuju ruang tengah —tempat dimana biasanya Jane bermalas-malasan.




“Huh??”




Jaemin —yang mendengar gumaman putrinya dari hyeongwan, sudah bersiap kalau saja...




“Appaaaaa! Jayne dimanaaaaa?”




Ya, kalau Jina akan menanyakan tentang dimana keberadaan samoyed kesayangannya itu berada.




Senyum tipis terpoles di bibir Jaemin, ia pun bergegas menghampiri putrinya yang sudah tampak kebingungan mencari Jane di ruang tengah.




Sesampainya disana, ia mendapati Jina tengah berjongkok, mencoba mengintip di bawah meja, mungkin sedang mencari Jane.




“Adek...” panggilnya pelan.




Yang dipanggil menoleh dengan ekspresi merengut.




“Jayne dimana, Appaaaa~” tanyanya dengan bibir sudah mengerucut sedih.




“Sini.” panggil Jaemin lagi sembari menepuk sofa disisinya.




Jina menghampiri, namun ia berdiri tepat di depan Jaemin, tetap sembari cemberut.




“Jane pulang ke rumah Halmeoni, Adek.” Jaemin memperhatikan bagaimana reaksi yang diberikan oleh putrinya. Sedikit was-was kalau—




“Appa!!!! Nappeun!!!”




—ya, dia memekik marah sembari menghentakkan kedua kakinya di lantai. Tak lupa, tangan kecilnya sudah mengepal kesal disisi tubuhnya.




“Heee, kok marah?” Jaemin mengangkat tubuh putrinya, membuatnya duduk dipangkuan, “Halmeoni kangen sama Jane, katanya. Adek tidak sayang sama Halmeoni?”




Tidak merespon, tapi Jina melayangkan cubitan-cubitan gemas bercampur sedikit kesal di pipi Jaemin.




“Pipi Appa sakit, Adek. Kok Adek begini sih?”




“Jayne suru pulang kesini, Appaaaaaaaa~” rengekan manja mulai terdengar.




Helaan nafas panjang berhembus dari bibir Jaemin. Ia terdiam sejenak sebelum akhirnya ia membawa putrinya ke dapur.




“Mau pudding atau tetap marah?” tanya Jaemin sembari memegang pintu lemari es.




Yang ditanya terdiam, terlihat berpikir keras.




“Ayo jawab.”




“Pudding...”




Jaemin menahan tawanya setengah mati, bagaimana ia melihat Jina yang mengatakan jawabannya sambil tersipu malu.




MEMORIES OF TOMORROW || NOMIN || MEMORIES SAGAWhere stories live. Discover now