Radhimas Akhtara. Menurutku dia serupa dengan sang bintang di atas sana. Entah mengapa bisa membuat orang-orang merasa senang melihatnya. Dan begitu kesepian bila ia tak ada.
Sama dengan bintang yang jumlahnya tak terkira, tingkahnya pun begitu. Sama dengan bintang yang tak dapat dihitung jumlahnya, tingkahnya pun tak dapat diprediksi.
Serupa dengan bintang ia pun memiliki dua warna biru dan merah. Kawan dan lawan.
Seperti bintang biru yang dipikir dingin padahal ia sangat panas tak beda dengannya, ia kawan namun tak dapat dipungkiri sebenarnya ia lawan yang kuat.
Lalu seperti bintang merah yang dipikir panas padahal ia sangat dingin tak beda dengannya, walaupun aku menganggapnya lawan namun aku tak bisa menganggapnya mutlak. Dia pun kawanku.
Memiliki kawan yang sekaligus lawan itu lebih sulit dari pada memiliki sepuluh lawan yang mutlaknya seorang lawan.
Aku merasa senang dan nyaman dengannya namun bersamaan dengan itu aku juga merasa kacau dan gusar.
Tertekan karenanya. Terkadang tak pernah menemukan titik temu dengannya. Tak ingin lagi bersamanya. Bahkan ada perasaan menyesal bisa mengenalnya dan berkawan dengannya.
Namun sejalan dengan itu sang hati kecil bisa merasa hal yang lain pula.
Terbantu olehnya. Walau tak sejalan namun terkadang dapat membuat itu menjadi pelajaran bagiku dan dirinya. Selalu ingin bersamanya. Bahkan ada rasa syukur bisa mengenalnya dan menjadi kawannya.
Perasaan itu berjalan beriringan. Tak berat sebelah hanya terasa tumpang tindih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak ada yang perlu disalahkan Tak ada yang perlu dibenarkan Kita tak dapat menentukan Tak dapat memastikan Hanya dapat menjalankan
