四 : 𝒯𝒶𝓀 𝒮𝒶𝓁𝒶𝒽 𝒫𝒶𝒽𝒶𝓂

224 59 8
                                    

[ 𝒫𝑒𝓉𝒶 𝒜𝓃𝑔𝓀𝒶𝓈𝒶 ]







Ia terasa seperti ingin merenggut semua milikku. Siapa yang tak marah bila seperti itu. Kalau dipikir ia sudah mendapatkan semua, lalu apa yang ia mau dari kehidupanku?

"Akhtara, sudah sarapan? Ayo sarapan dulu, yuk?" ajak ibu.

"Hehehe... ibu tahu saja Akhtara belum sarapan. Insting seorang ibu memang tak bisa diragukan!" ucapnya sambil tersenyum lebar. Siapa tak luluh melihatnya.

"Ngapain ke sini?" tanyaku.

"Ayo jalan pagi!" ajaknya. Aku menatap jam yang terpasang di atas dinding. Kini jam tengah menujuk pukul sembilan.

"Yang benar saja jalan pagi jam sembilan!"

"Mau jajan saja sih di depan."

"Kalau mau jajan ngapain sarapan di sini?" tanyaku sambil mengangkat alisku sebelah.

"Ada rezeki jangan ditolak."

"Wah, ada nak Akhtara ternyata. Sore nanti ayo temani ayah main catur ya," ucap ayahku yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Sebenarnya yang anak ibu-ayah itu aku atau Akhtara? Aku selalu membatin seperti itu. Kala diri ini selalu dibandingkan. Bagaimana tidak, kalau Akhtara ada di rumah aku selalu dianak tirikan. Semua perhatian pasti tertuju untuk Akhtara.

Aku tahu, siapa yang tak ingin memiliki buah hati sepertinya.
Selalu membanggakan atas prestasinya.
Seorang anak bintang, nyali juara.
Tak dapat dibandingkan dengan diriku, seorang anak yang tak berdaya.















Tak ada yang perlu disalahkan Tak ada yang perlu dibenarkanKita tak dapat menentukan Tak dapat memastikan Hanya dapat menjalankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak ada yang perlu disalahkan
Tak ada yang perlu dibenarkan
Kita tak dapat menentukan
Tak dapat memastikan
Hanya dapat menjalankan

Lawan Kawan Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang