Start Here

2.4K 138 5
                                    

Neil berjalan mondar – mandir dengan tangan terlipat di depan dada. Wajahnya memerah, menahan amarah yang sebentar lagi akan meledak. Matanya tak pernah terlepas dari layar lebar yang menunjukkan deretan angka yang terus bertambah setiap detiknya. Seharusnya itu adalah kabar baik, angka di layar kaca itu menunjukkan jumlah transaksi dalam event flash sale yang sedang mereka adakan. Namun tidak kali ini, angka itu adalah kesalahan yang tak becus diselesaikan oleh tim IT perusahaannya.

"BISA KERJA GAK KALIAN!!!!" Neil menggebrak meja, membuat beberapa orang di depan layar komputer terlonjat kaget. Sampai sekarang mereka nampaknya masih menjadi tim IT yang tak becus meski telah berusaha mati-matian memulihkan system mereka. Belum lagi tekanan dari Neil yang makin membuat keringat mereka bercucuran.

Neil menatap jam tangan yang melingkar di tangannya, sudah 10 menit berlalu saat sistem mereka diretas, angka di layar pun kian terus bertambah hingga hampir menyentuh angka satu juta transaksi. Emosinya makin tak terbendung melihat pergerakan angka itu makin cepat, terlebih lagi karena ketidak becusan karyawannya. Bagaimana bisa sistem mereka diretas dalam waktu seperti ini? bagaimana bisa orang-orang yang katanya kompeten bisa sepayah seperti sekarang ini?

"Barry, Bagaimana sekarang?" tanyanya dengan nada suara yang masih belum berubah.

"maaf pak, kami masih sulit mengurai enkripsinya." Jawab Barry, kepala divisi IT yang nampaknya nyawanya sudah di ujung tanduk.

"Tutup saja jaringannya kalo gitu!" pintahnya, meski iapun sadar apa konsekuensi saat mereka menutup sistem mereka.

Barry menggelengkan kepala, ia tak bisa mematikan sistem mereka, seakan itu telah terlockm satu-satunya pilihan adalah....

"matikan servernya sekarang!" pintah Neil.

"ta...tapi pak..." sanggahnya dengan sedikit keberanian yang ia punya. Ia tahu konsekuensi jika mereka mematikan server. Bukan hanya kegagalannya sebagai seorang IT tetapi akan menjadi kegagalan perusahaan juga.

"terus..... apa kamu punya solusi lain?" nampak Neil sudah frustasi, apalagi saat tak ada jawaban dari Barry.

"C'Mon, C'mon berfikir! Apa kalian gak punya kenalan yang lebih jago dari kalian?" lanjut Neil memberi semangat yang terasa pressure bagi para team IT itu.

Kenalan yang lebih jago dari kalian? Barry kemudian mengingat sahabatnya yang tentu saja lebih kompeten dari dirinya.

"tunggu pak." Ucapnya kemudian menelpon teman yang ada dipikirannya.

"Halo Gar.

.......

Gar, bantuin gue Gar.

......."

Setelah berbicara di sambungan telepon, temannya tadi langsung mengambil alih kerjaannya dan sepertinya temannya itu sangat bisa diandalkan. Hanya dalam hitungan belasan menit, sistem telah normal kembali. Semua nampak bernafas lega saat angka di layar depan mereka berhenti, lebih dari satu juta transaksi. Angka yang fantastis, namun tak sefantastis wajah Neil yang walau sistem telah pulih, namun amarah diwajahnya belum mereda.

"Barry, ke ruangan aku!" ucapnya menunjuk lelaki itu lalu kembali ke ruang kerjanya,

Barry yang baru saja bernafas lega harus berdebar kembali, ini akan menjadi lebih horror daripada sistem mereka yang teretas tadi. sepertinya kariernya akan berakhir setelah ini.

Barry berusaha menerima apapun keputusan Neil nantinya, sebagai kepala divisi IT, ini telah menjadi tanggung jawabnya. Ketidak becusan mereka mengantisipasi sistem teretas di kala event penting seperti ini, belum lagi karena ketidak becusan mereka memulihkan sistem. Tentu saja ada kerugian besar perusahaan karena ketidak becusan mereka ini. Flash sale yang seharusnya hanya memberikan diskon up to 25%, tiba-tiba berubah menjadi 75% all item di menit ke 10. Sebuah potongan harga gila yang telah membuat kepala Neil pening memikirkannya.

Why me?Where stories live. Discover now