Chapter 5

759 100 5
                                    

"Ali!" Aku memanggil Alifian yang tengah berkumpul dengan Melvin dan Riftan.

Aku mendekatinya. "Kamu Ali kan?" Tanyaku pura-pura memastikan biar tidak terlalu terlihat kalo aku mengetahui namanya haha...

Ku lihat Alifian menoleh dengan sedikit kaget. "Eh iya teh, teteh tau nama saya?" Tanyanya.

Sudah kuduga dia akan menanyakan ini jadi aku sudah menyiapkan jawaban untuknya. "Kamu yang waktu itu jadi salah satu calon wakil ketua OSIS kan? Ya pastilah saya tau, kan saya ikut waktu pemilihan." Dia mengangguk dengan pandangan yang sedikit menyiratkan kekecewaan. Kenapa?

"Saya kira teteh emang tau nama saya." Katanya pelan, ah bergumam lebih tepatnya.

"Apa?" Tanyaku memastikan.

Alifian segera menggeleng. "Enggak! Gapapa!" Katanya dengan seulas senyum tipis. Ah kenapa senyumnya manis sekali?

"Oh iya, teteh ada apa ya panggil saya?" Tanyanya. Stupid! Hampir saja aku lupa dengan tujuanku menemuinya!

"Ah iya... Ehm... Itu soal jaket kamu yang kemarin, maaf belum bisa dikembalikan hari ini soalnya baru saya cuci dan belum kering." Kataku menjelaskan.

Alifian mengangguk. "Oh itu, gapapa teh! Santai aja, ga dikembalikan juga gapapa biar teteh ingat terus sama saya."

"Hah?" Apa aku tak salah dengar?

"Maksudnya... Maksudnya nanti aja teteh kembalikannya, saya juga masih ada jaket yang lain kok." Katanya dengan sedikit... gelagapan?

"Gas terus Li... Jangan kasih kendor!" Jika saja Riftan tidak mengatakan itu mungkin aku sudah lupa dengan kehadirannya dan Melvin.

"Apaan sih lo?" Kata Alifian dengan wajah kesal.

"Marah kan? Lo sih ganggu orang mau pdkt aja!" Kata Melvin seraya memukul lengan Riftan.

"Pdkt?" Kenapa dari tadi mereka membicarakan hal yang tidak jelas sih? Memang siapa yang sedang melakukan pendekatan? Alifian? Tapi pada siapa?

"Ga usah di dengar teh, mereka emang suka asal kalo ngomong." Alifian menjelaskan. Aku mengangguk saja kemudian pamit untuk menemui Ilmi yang sudah menungguku di tempat duduknya dengan senyum menggoda. Pasti dia akan meledekku! Huh dasar Ilmi!

"Ga usah senyum-senyum ya!" Aku memperingati Ilmi seraya duduk di sampingnya.

Ilmi mencolek daguku. "Sensi banget sih yang lagi bahagia." Katanya. Tuh kan dia mengejekku!

"B aja tuh!" Kataku mencoba terlihat biasa saja di hadapan Ilmi.

"Ah masa?" Kata Ilmi menyenggol bahuku.

"Udah deh Mi jangan pancing gue buat senyum!" Kataku sebal saat Ilmi tak berhenti menyenggol bahuku.

"Cerita dong tadi lo ngobrol apa aja sama doi!" Ilmi mendesakku. Mulai kumat deh penyakit keponya!

"Biasa aja sih, cuma bahas masalah jaket dia yang kemarin." Kataku. Ilmi mengangguk kemudian mulai membuka bukunya yang sedari tadi ia abaikan.

"Eh, tapi Mi gue heran deh!" Kataku yang langsung saja membuat Ilmi kembali menutup bukunya yang ku yakini belum ia baca sedikit pun.

"Heran kenapa? Cepat cerita gue kepo!" Katanya. Huh dasar tidak sabaran!

"Masa ya tadi si Melvin bilang gini 'jangan ganggu orang pdkt' emang siapa yang lagi pdkt coba? Ali? Tapi sama siapa?" Ku lihat Ilmi terdiam setelah mendengar ceritaku. Melamun eh?

"Mi!" Aku menepuk bahunya pelan. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Tuh kan melamun! Kenapa sih?

"Lo kenapa sih Mi? Ada yang salah sama cerita gue?" Tanyaku heran.

Loving You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang