39. PENEMUAN

15.5K 2.1K 2.1K
                                    

"Dasar setan!"


Juan tampak tersinggung karena gue memaki tepat ketika memandangnya.

"Si Setya nggak ngangkat teleponnya. Nomor HP, WhatsApp, LINE bahkan Messenger. Semuanya no respon. Padahal dia sempat online," keluh gue seraya memelototi HP dengan gregetan.

Si Bangsat pun menyerah dengan HP-nya. "Vano juga."

Nah, kan. Udah bermenit-menit kami coba menghubungi, tapi Setya dan si bule kambing Vano itu seakan-akan sengaja banget berniat menghindar. Awas aja. Gak akan gue biarin. Bakalan gue tuntut penjelasan dari mereka bahkan meski harus ke ujung alun-alun sekali pun. Hadeuh.

"Should we go to their house?"

Ini cowok kalo ngasih saran suka sembrono, deh. "Ngapain? Yang ada malah nambah keributan. Enaknya tuh kita ketemuan di satu tempat sepi, supaya bisa ngobrol leluasa."

Tiba-tiba dia menatap gue takjub. "Elo ngerti gue ngomong apaan tadi?"

YA KALI GUE NGGAK NGERTI SEGALA KATA BAHASA INGGRIS! BULE SIALAN.

Kupingnya gue sentil pelan. "Elo pikir gue sebego apa sampe arti go sama house aja nggak tau? Bahasa model begitu mah masih bisalah gue pahami," ujar gue dan mendecak.

Juan menggosok-gosok kupingnya sambil nyengir jahil. "Wow. That's really awesome. Should I say something more difficult? Like, how we should give them punishment cause they've been lying to us for a long time."

ANJIR. GUE MANA PAHAM ARTI KALIMAT SEBANYAK ITU, BAMBANG.

"Minnions elo gantian kena sentil baru tau rasa."

Refleks aja dia mundur dibarengi tawa mendengar ancaman gue. "Sorry. Kita balik aja kalo gitu."

Mata gue melotot melihatnya melangkah menuju mobil. "Balik? Terus--"

"Maksud gue, kita cari mereka ke suatu tempat," potong si Bangsat, bersiap membuka pintu mobil. "Just follow me, okay?"

Gue mengernyit, berpikir mengenai ajakannya.

"Elo ngerti nggak gue ngomong apa?"

Anjing. Ini cowok selalu aja ngeremehin gue. "Ngertilah, Bangsat!" balas gue lantas masuk mendahuluinya ke mobil. "Kita mau cari mereka ke mana?" tanya gue begitu Juan duduk di kursi kemudi.

Bahunya diangkat dengan enteng. "Anywhere they will be. Meski gue punya satu tempat yang gue curigai dijadiin Vano lokasi bersembunyi."

"Ya udah, ayo buruan ke sana!" kata gue penuh semangat. Lebih cepat kan lebih baik.

Bukannya segera menyalakan mesin, pacar gue ini malah kayak yang mikir. "But, I'm not sure. Soalnya tempat ini bukan miliknya."

Hee? "Lah, terus? Punya siapa itu tempat?"

"Kak Armet."

.

"Saga!"

Sesuai dugaan, Kak Armetta menyambut kedatangan kami ke bungalownya dengan penuh suka cita. Sesudah melepaskan Juan, dia gantian memeluk gue dengan gemas.

"Feryan juga. Welcome." Dia tersenyum ceria. "Tumben datang kemari nggak bareng Ervan dan Dyas. Ayo, masuk! Pas banget, hari ini kakak lagi ngambil cuti," ungkapnya berseri-seri.

Aura kakak cantik ini seenggaknya berhasil bikin perasaan runyam gue sedikit memudar. Mantul emang.

Juan menahan tangan Kak Armetta yang bersiap membawa gue ke bagian dalam rumah. "No. I mean, kedatangan Saga dan Ryan kemari bukan untuk mampir. Melainkan untuk nyari Vano."

Si Bego Kesayangan Bangsat (SBKB#1) [BL Story] ✔️Where stories live. Discover now