XXX

537 28 0
                                    

Jomae, 24 Januari 2020

Hujan menyelimuti malam ketika Sasuke dan rekannya sampai di permukiman berbahaya. Di bawah komando Yahiko Pein dan wakilnya, Naruto Uzumaki, mereka bertujuh menyelinap masuk melalui pintu belakang tempat pembuangan sampah dan merangkak naik melalui cerobong asap untuk sampai ke ruang komando.

Ruangan yang sempit hanya cukup untuk satu kaki menahan bobot tubuh agar sampai di atas. Diantara rekan setimnya, Yahiko memiliki proporsi tubuh paling besar. Seharusnya itu membuatnya bergerak lamban, tapi tentu saja. Seorang Yahiko tidak akan mengalami nya.

Mereka punya tugas masing-masing yang harus dilakukan. Sasuke berjaga di pintu masuk sementara Lee meretas sistem keamanan mereka, di bawah komando Yahiko, semua pekerjaan menjadi mudah. Naruto memandang nya dengan seringai menyebalkan.

'Berani bertaruh berapa yang kau jatuhkan?'

Sasuke memandangnya dengan alis terangkat.

'Jelas lebih banyak dari pada kau.'

Sasuke dan harga dirinya.

Yahiko menepuk bahu mereka berdua dan menggerakkan jarinya sebagai bahasa isyarat.

'Yang kalah akan mencucikan pakaian dalam pemenang selama seminggu dan menyuapi makan. Dan memakai lipstick.'

Naruto nyaris mengerang.

'Kau gila.'

Yahiko hanya angkat bahu sambil mengongkang Glock A-16 miliknya.

'berarti kalian tidak boleh kalah.'

Terlambat bagi mereka untuk bernegosiasi dengan Yahiko ketika segerombolan orang masuk gedung dengan macam-macam senjata.

Yahiko menyeringai lebar sebelum berteriak.

"It's show time!"

Serunya sebelum melesat ke medan tempur. Sasuke dan harga dirinya menyelamatkannya dari keterlambatan refleks nya. Bergerak kemudian setelah Yahiko, sedangkan Naruto mendengus keras-keras.

"Kalian benar-benar bodoh!" Namun tak urung melesat menyusul mereka juga.

Yahiko dengan gaya bertarung yang kokoh, kejam, tanpa ampun menggilas siapapun yang ada di depan hidungnya. Sasuke lebih elegan lagi. Meski tingkat keakuratannya tinggi, juga dengan gerakannya yang indah tapi dia masih belum ada apa-apanya di banding Yahiko.

" ... 67, 68 ...."

Suara Yahiko yang menghitung dengan jelas setiap buruannya bagaikan melodi kematian, semua lawannya berkerut takut meski memaksakan diri mengayunkan apa saja yang mereka punya. Bahkan dengan tangan kosong, Yahiko dengan senang hati mematahkan rusuk siapapun yang menghalanginya.

Sasuke lebih tenang lagi, dia hanya bergumam seperti dengungan lebah yang akan menyengat siapapun dalam radius yang dapat di jangkaunya. Mendesis seperti ular yang siap mematuk dengan bisa mematikan. Gerakannya dinamis dan pertarungan disekitarnya begitu hening mencekam dada. Meski sesekali bunyi gesekan pedang dan letusan pistol berperedam menggema, tapi aura yang di keluarkan terlalu menyengat. Mau tidak mau mereka merasakan bagaimana berhadapan dengan dewa kematian.

" ... 57, 58 ...."

Lain Sasuke lain Naruto. Pria itu berteriak dengan suara cemprengnya. Menggonggong dengan keras dan menyalak juga sama kerasnya. Seolah-olah jika ekornya terinjak dia akan menggigit siapapun. Gerakannya tidak terduga, terkadang ceroboh dan mengincar hal tidak terlalu perlu sebenarnya. Meski begitu tetap dari segi stamina dia cukup unggul.

Lagi pula siapa yang peduli dengan daun telinga yang terpotong.

" ... 61, 62 ...."

Lee mengalihkan tatapannya dari layar komputer ke pembantaian di depannya. Menagkupkan kedua telapak tangannya di depan dada dia berdoa dengan tulus.

"Semoga kalian mati dengan tenang."

"Ameen."

Deidara menatap kotak peralatannya dengan sedih, setelah mengamini pernyataan Lee, dia duduk dan mengelus tas hitamnya.

"Tidak ada ledakan hari ini sayang."

Memangnya apa yang dia harapkan. Setiap mereka bertiga bersatu dia tidak akan mendapat jatah apapun untuk meledakkan sesuatu. Karena mereka bertiga sudah lebih dari cukup untuk menjadi bom yang menakutkan. Dia menatap ke tiga rekannya yang lain. Lee masih duduk sambil terkantuk-kantuk, Genma yang mulai menyalakan rokoknya dan Sai yang tersenyum dengan tenang sebelum terkikik seolah melihat drama komedi. Ada apa sebenarnya dengan tim Alpha bravo satu?

Mengembalikan pandangannya ke depan. Melihat Sasuke dan Naruto berdebat tentang siapa yang paling banyak dan berebut untuk siapa yang akan menghabisi pria yang gemetar di pojokan. Tampaknya skor mereka sama dan tikus kecil itu akan menjadi penentu siapa pemenang dan siapa pecundang.

Itu sebelum bunyi tulang patah yang memecah keheningan. Tikus itu tamat. Di tangan Yahiko.

"Kalian lambat." Ujarnya sambil tertawa meninggalkan TKP. Sementara mau tidak mau Deidara juga ikut belakangnya.

TBC .

RapunzelWhere stories live. Discover now