Chapter 21

289 184 8
                                    

Jam sembilan pagi semua siswa-siswi di kelas XI-IPS 1 berkumpul di lapangan. Bergantian melakukan pelajaran olahraga dengan kelas XII- MIPA 2.

Matahari begitu terik membakar mereka yang berbaris di tengah lapangan dengan tidak bersemangat. Sangat berbeda dengan guru olahraga mereka yang masih terlihat energik setelah mengajar kelas XII-MIPA 2.

"Selamat pagi anak-anak!" serunya keras.

"Pagi Pak!" Seru mereka serentak.

Pak Agus kemudian membuka kegiatan dengan dengan membaca doa lalu menyuruh mereka untuk lari keliling lapangan tiga kali sebelum melakukan pemanasan.

"Pak!" Panggil Yanti mengangkat tangannya.

"Ada apa?"

"Susan sakit, Pak!"  Yanti menunjuk Susan yang menutup wajahnya dari terik matahari. Mukanya terlihat pucat.

"Sakit apa?"

"Katanya mulas dan pusing, Pak!"

"Ya sudah bawa ke UKS."

Yanti terlihat senang. Dia kemudian memapah Susan meninggalkan barisan.

"Eh! Kamu mau kemana?" seru Pak Agus menghentikan Yanti.

Yanti menatap gurunya bingung. "Ke UKS, Pak."

"Saya nggak suruh kamu."

"Lalu?"

Pak Agus memanggil Vana yang sedari tadi duduk di pinggir karidor dekat lapangan. Dia tak ikut berbaris di lapangan.

"Hei kamu! Bawa temanmu ke UKS!"

Vana berdiri dan menghampiri Susan. Yanti mengerang saat kedua temannya menjauh. Pak Agus melotot padanya.

"Jangan pikir bisa kabur dari pelajaran saya. Semuanya! Mulai berlari!" teriaknya sambil meniup peluit.

Mereka mulai berlari malas keliling lapangan. Vana memapah Susan meninggalkan lapangan.

"Saya tambah lima jika malas-malasan!"

Teriakan Pak Agus di belakangnya makin jauh saat Vana sudah agak jauh dari lapangan. Begitu sampai dia membuka ruang UKS lalu membaringkan Susan di salah satu ranjang. Tak ada pengawas di ruang UKS itu.

"Makasih," ucap Susan saat dia berbaring di ranjang UKS.

Baru saja dia hendak menutup matanya, tiba-tiba perutnya seperti diaduk-aduk. Susan bangun dan berlari menuju kamar mandi di ruang UKS.

Huekkk

Dia berjongkok memuntahkan isi perutnya. Semua makanan yang dia makan tadi pagi dimuntahkan.

Vana berdiri di belakangnya dengan kening berkerut. "Lo nggak papa, San?"

Susan menggeleng, lalu memuntahkan isi perutnya sekali lagi hingga menyisakan cairan asam yang keluar dari mulutnya.

Vana meninggalkannya untuk mengambil air minum.

Wajah Susan pucat sekali saat dia duduk kembali di kasur. Vana memberinya segelas air minum. Susan menerimanya sambil mengucapkan terima kasih.

Vanaria (Terbit)Where stories live. Discover now