Chapter 32

201 104 1
                                    

Seorang pemuda berseragam putih abu-abu terlihat serius memandang deretan ponsel di dalam kaca etalase konter.

Karyaawan toko di depannya menjelaskan kualitas ponsel yang baru diimport dari luar negeri. Rehan mendengarnya hampir setengah jam. Namun dia masih belum membeli.

"Lo gila ya, ngajak gue keluar kelas hanya untuk beli pulsa?"

Rehan menoleh mendengar suara yang tak asing di telinganya. Dia melihat dua orang gadis berseragam sekolah tengah berdebat. Mereka berdua tidak menyadari keberadaan Rehan.

Di sebelah Vana, gadis berambut pendek terlihat cuek. "Sekali-kali melanggar aturan, kek! Lagian kita udah nunggu setengah jam, tapi Bu Niah belum masuk. Syukur-syukur Bu Niah diare parah, jadi bebas deh dari pelajaran matematika. "

Vana menjitak Biyah.

"Lo nyumpahin Bu Niah tau nggak!"

"Bodo amat, gue benci dengan matematika. "

Suara mereka menjauh menuju ke sisi lain, jauh dari Rehan. Mereka masih tak menyadari keberadaan Rehan karena sibuk berdebat.

"Mau beli yang mana, Mas? " tanya karyawan toko yang melayani Rehan.

Rehan mengalihkan pandangannya dari Vana. Dia berdeham, lalu menunjuk ponsel merek VIVO yang label harganya empat juta.

Awalnya karyawan toko itu ragu kalau remaja di depannya tak bisa membayar, namun pikirannya segera ditepis saat Rehan tanpa banyak kata mengeluarkan golden credit.

Benar-benar anak orang kaya.

Rehan tak beranjak dari tempat duduknya setelah menerima paper bag berukuran kecil yang berisi ponsel yang baru dibelinya.

Dia menunggu dua gadis itu selesai dengan urusan mereka, lalu meninggalkan konter mengikuti kedua gadis itu kembali ke sekolah.

Rehan berjalan santai di karidor kelas yang sepi dengan kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celananya. Dia mengikuti Vana dan Biyah yang mengendap-endap dan berjalan cepat melewati kelas-kelas berisi guru yang sedang mengajar.

Kedua gadis itu cekikikan saat masuk ke dalam kelas mereka. Rehan menyusul di belakang mereka berdua.

"Rehan kok lo bisa datang bareng dua cewek ini! " pekik Vivin yang berdiri di depan papan tulis.

Dua gadis di depan Rehan segera berbalik.

"Pantesan gue dari tadi ngerasa sedang diikutin, gue kira Pak John, eh ternyata Lo. Lo nguntit kita, ya?" tuduh Biyah dengan mata memincing.

Vivin menatap gadis bermata sipit itu tak terima dengan tuduhannya. Sementara Rehan menatap Vana yang membuang muka.

"Kurang kerjaan aja."

Singkat, padat dan jelas.

Tipikal Rehan, batin Vana menggerutu saat Rehan melewatinya. Dia masih dendam pada Rehan karena masalah  hp-nya yang rusak, ditambah cowok itu tak pernah minta maaf padanya.


***

Semua siswa-siswi dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas bersorak girang saat Bel tanda istirahat berbunyi.

Vanaria (Terbit)Where stories live. Discover now