Chapter 8

11.4K 539 11
                                    

Author pov

Susan sedang menunggu temannya di sebuah cafe, bahkan, Susan ingin sekali pergi dari cafe itu, karena temannya belum juga datang. Saat akan beranjak dari tempat duduk, akhirnya yang ditunggu datang.

"Sorry, gue tadi ada sedikit urusan." ujarnya, dan duduk dihadapan Susan.

"Lama banget sih, hampir lumutan gue nungguin lo." ujar Susan dengan kesal.

"Iya maaf," ujarnya.

"Eh, itu benar kan, yang lo bilang kemarin, tentang investasi uang?" tanya Susan.

"Iya benar lah, kalau gak, mana mungkin gue kasih tau sama lo," jawab Jessy, dengan terkekeh kecil.

"Betul juga lo Jes." ujar Susan.

"Jadi, bagaimana, lo mau investasi berapa?" tanya Jessy dengan penasaran.

"Gue mau investasi satu juta dulu," jawab Susan, "Kalau investasi itu beneran, gue bakal nambah lagi." ujar Susan, dan Jessy hanya menganggukan kepalanya.

'Untung saja, kemarin Mas Bagas sudah transfer ke rekening aku yang baru, ya, walaupun harus berbohong soal sewa butik.' batin Susan.

Susan membuka tasnya, dan mengeluarkan, uang satu juta tersebut, dan memberikannya kepada Jessy. Jessy menerima uang itu dengan senyumannya.

"Tenang aja, gue jamin, akan nambah berlipat-lipat." ujar Jessy, yang membuat Susan tersenyum.

Setelah itu, mereka membicarakan tentang, rumah tangga, bisnis, dan juga yang lainnya.

"Hebat juga lo Sus, bisa bangun butik, yang sekarang sudah ada cabangnya dimana-mana." ujar Jessy, sambil meminum kopinya.

"Ya, namanya juga usaha Jes, pasti akan berhasil, lo kapan punya usaha sendiri Jes, jangan cuma mengandalkan orang lain." ujar Susan, yang membuat Jessy terdiam. Entah kenapa, Susan seperti merendahkan dirinya.

"Ya gak papa sih Sus, asal tidak penjilat," ujar Jessy.

'Bangga banget sih lo Sus, lo bisa jadi seperti ini juga karena lo nikah sama Bagas, andai dulu gue gak ngenalin lo sama Bagas, pasti kehidupan lo gak akan seperti sekarang ini. Sepertinya, Bagas terlalu baik buat lo yang seperti ini Sus.' batin Jessy.

"Ya sudah Jes, gue duluan ya, soalnya masih ada urusan," ujar Susan dan Jessy hanya menganggukan kepalanya.

Setelah Susan pergi, Jessy menghela nafas panjang. Soal dirinya yang memperkenalkan Bagas dan Susan, itu memang benar.

"Semoga saja lo bahagia hidup sama Susan," ujar Jessy. Jessy itu termasuk sahabat paling dekat Bagas, bahkan mereka terlihat seperti saudara kandung.

"Sudah selesai sayang?" tanya pria yang duduk disamping Jessy, yang membuat Jessy tersadar dari lamunannya.

"Sudah Kak, tinggal ngasih uangnya ke Bu Hera," jawab Jessy dengan senyumannya.

"Ya sudah, ayo." ujar Panji, dan Jessy hanya menganggukan kepalanya.

***

Sore ini sekitar pukul lima, Rizal, Mbok Inem, dan juga Sri sedang memasak makan malam yang banyak. Karena, keluarga Saga akan datang nanti malam.

"Eh Zal, itu ayamnya sudah matang belum?" tanya Sri, sambil menumis bumbu halus.

"Bentar lagi Sri." jawab Rizal, dan Sri hanya menganggukan kepalanya.

Rizal menutup wajan, dan mengecilkan api kompor. Rizal berjalan kearah Mbok Inem, yang sedang mengaduk sayur lodeh.

"Sini Mbok, biar Rizal saja yang ngaduk." ujar Rizal, dan Mbok Inem menyerahkan centong sayur dengan senyumannya.

Maafkan Aku Mencintai Suamimu [ END ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora