ENAM

7.6K 370 3
                                    

"Ngapain pake masuk bagasi mobil segala, sih?" tanya Devon, suaranya terdengar sangat besar dan tegas, mampu membuat Stefan ketakutan. "Ngapaiiiin??? Mau mati kamu, hah?"

Stefan hanya terdiam sembari mengatur napasnya yang memburu. Dia sungguh bingung di situasi seperti ini.

"Von Von Von, weslah, kasian dia kalau kamu bentak-bentak ko ngono ee!" tutur Sugeng.

"Hei Tono! Coba kau ambilkan dulu air di mobil!" suruh Amran pada Tono.

Tono sedikit bingung, "Air minum?"

"Ya air minum!!! Masa air aki???"

"Oh iya siap siap!" Tono bergegas ke mobil untuk mengambil air minum.

"Hey Stefan... kenapa kau nekat masuk ke bagasi mobilku, Stefan??? Kalau kau mati disitu kehabisa oksigen, cemana pula nasibku dengan kawan-kawanku nanti?" tanya Amran.

Kemudian Tono datang membawa air minum, lalu Amran menyuruhnya untuk memberikan air itu pada Stefan.

"Minum dulu Stefan, biar kamu tenang dulu" kata Sugeng.

Stefan pun meminum air mineral tersebut. Sampai kemudian ia merasa tenang, namun apabila melirik ke arah pamannya, dia tetap merasa takut.

"Kamu ngapain Stefan, tolong jawaaab" ujar Devon, "Kamu kenapa pergi dari kegiatan sekolah kamu, hah? Nanti kalau..." Devon kehabisan kalimat. Dia memegang kepalanya yang pening. "Cckk! Ah!"

"Aku mau ikut Om Devon!" ujar Stefan tiba-tiba.

Semua orang disitu dibuat bingung dengan kalimat Stefan barusan. Terlebih Devon yang geram.

"Aku mau ikut sama Om Devon" ujar Stefan sekali lagi.

"Kemanaaaa????" tanya Devon, tak tau lagi harus bilang apa.

"Ya kemanapun Om Devon pergi. Aku ikut" bantah Stefan.

"Jangan macem-macem, Stefan!"

"Aku serius Om!"

Devon mendekati Stefan dengan cepat lalu memegang kedua bahu Stefan dengan keras. "Kamu gak usah cari-cari sesuatu yang bikin runyam ya, Fan! Saya bisa terlibat masalah besar nanti, tau kamu!!!"

Stefan tak juga gentar, "Walaupun aku ikut atau enggak sama Om Devon, masalah apapun pasti akan datang dengan sendirinya kok, Om. Yang penting kita jangan lari dari masalah itu!"

Devon memang bisa mengambil sisi benarnya pada keponakannya itu, tapi dia tetap saja tidak mau berurusan dengan satu hal yang nantinya akan merembet kemana-mana hanya karena menuruti keinginan Stefan.

Sampai kemudian Stefan bertanya, "Emangnya aku ini beban ya buat Om Devon?"

Devon menatap Stefan dengan lamat. Dari sorot matanya, Devon dapat melihat sisi dirinya yang ada pada Stefan, yaitu keras kepala. Bahkan ia pun tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, karena dia merasa bahwa darah "keras kepala" di keluarganya mengalir dari dirinya dan menurun ke Stefan.

"Apa kita antar dia pulang saja ya, Von?" tanya Amran pada Devon.

"Jangan!" jawab Devon tiba-tiba, membuat semuanya terdiam. Lalu dia melanjutkan, "Saya gak mau bertemu lagi dengan anggota keluarganya, apalagi kalau sampai keluarga besar saya tahu"

Dari jawaban itu, Stefan membatin penuh yakin. Pasti ada hubungannya dengan Opa dan cita-cita Om Devon.

"Kenapa, Von?" tanya Sugeng.

Devon menggeleng. "Pokoknya gak usah"

"Yaudah kalau gitu kita anter lagi aja dia ke puncak!" ujar Tono.

MISTAKES (END 21+)Where stories live. Discover now