TIGA BELAS

6.2K 348 13
                                    


"Bener nih, Bar? Gapapa kalau gue tinggal sementara di rumah lu?" tanya Stefan lagi, memastikan bahwa tawaran Bara tadi benar-benar tidak akan merepotkannya.

"Lu kebanyakan nanya deh, Fan, dari tadi" jawab Bara.

"Soalnya gue gak enak lah, Bar"

"Jangan pake gak enakan. Gue aja tulus kok berniat baik" jawab Bara.

Stefan lagi-lagi dibuat Bara tersenyum. "Ciyee tulus"

Bara pun turut tersenyum. Dan senyumannya pun begitu manis. Matanya semakin terlihat kecil ketika dia tertawa. Dan Stefan pun menyadari betapa tampannya lelaki satu ini. Kemudian Bara pun menarik tangan Stefan untuk berdiri. "Yaudah yuk, keburu sore"

Stefan terdiam sejenak, ketika merasa betapa kuatnya genggaman tangan Bara padanya. Dan menghangatkan. Stefan masih terdiam beku sembari menoleh pada Bara.

Bara pun terengah, "Kenapa Fan?" tanyanya. Namun belum sempat Stefan menjawab, Bara terengah kalau dia sedang menggenggam tangan kiri Stefan. "Oh, sorry, Fan! Gue..." Bara melepaskan genggamannya dari tangan Stefan dan mendadak salah tingkah. Dia menyengir meminta maklum. Gigi-gigi kecilnya terlihat begitu rapih dan imut.

Stefan tersenyum, "Gapapa, Bar. Lagi seneng ya?" ledek Stefan.

Bara semakin malu dan salah tingkah, "Apaan sih lu ah"

"Gak biasanya aja, gue liat lu seseneng ini"

"Bacot deh mulai..."

Stefan menyengir. Namun cengirannya berubah ketika seseorang menghampirinya dengan tergesa-gesa.

"Stefan... thank God! Kamu disini?! Saya dari tadi cari-cari kamu di sekolah" ujar Devon.

Stefan hanya diam sambil menatap bingung pada Devon.

"Ini siapa, Fan?" bisik Bara pada Stefan.

Stefan berujar datar, "Om gue"

"Ooh..." Hanya itu yang bisa Bara cetuskan. Dia tidak berhak untuk apapun di situasi ini.

"Stefan, denger!" Devon memegang kedua bahu Stefan, "Saya minta maaf. Saya akui saya salah. And please... kembali lagi ke rumah. Tempat kamu disana, bersama saya"

Mendengar pamannya berkata seperti itu, serta menatap raut wajahnya yang begitu meratap, membuat Stefan mendadak beku. Entah kenapa rasa amarahnya mulai menyurut.

"Ayo Stefan, pulang sama saya. Kamu tanggung jawab saya. Saya minta maaf" ujar Devon penuh penyesalan.

Stefan melirik ke arah Bara yang berusaha menghargai apapun keputusan Stefan nanti. Lalu Stefan mendengus napasnya, "Ini om Devon di suruh sama Papah ya?"

"Enggak" Devon langsung cepat menjawab, "Memang niat saya tadi mau jemput kamu, tapi kamu gak ada di sekolah"

"Ooohh"

"Ayo Stefan, kita pulang. Saya kan sudah minta maaf"

"Janji gak ngulangin lagi"

"Iya. Janji. Saya juga akan lebih memperhatikan kamu. Cuma kamu yang saya punya di hidup saya. Dan saatnya kamu gak ada, bikin hidup saya kosong, Fan"

Stefan mulai sadar, tidak ada salahnya memberikan kesempatan kedua pada pamannya ini. Jika diingat-ingat lagi, memang dasar tujuan utama Stefan untuk tinggal dengan Devon adalah untuk lebih dekat dengannya. "Oke. Aku mau pulang sama Om Devon"

"Thank God. Oke. Mana sini tas kamu, saya aja yang bawa"

Stefan pun memberikan tasnya pada Devon. Lalu dia melirik ke arah Bara, "Bara, makasih ya atas tawarannya tadi"

MISTAKES (END 21+)Where stories live. Discover now