LIMA PULUH (Selesai)

4.1K 198 104
                                    

"Kak Randai!!!" Bara keluar dari mobilnya lalu menghampiri mobil Randai.

"Bar... jangan berisik!" Randai menempelkan jari telunjuknya ke arah bibirnya.

"Oke oke. Terus Stefan gimana, kak?" tanya Bara.

"Stefan di bawa ke dalam gedung itu. Kayaknya, Jeff punya senjata. Semacam pistol gitu. Aku sempet liat tadi" ujar Randai.

"Pistol?" ulang Bara, "Astaga! Jangan-jangan itu pistol papaku, lagi?"

Randai terdiam, lebih tepatnya berpikir. "Terus kak Dave mana?"

"Om Devon udah masuk ke ruang operasi, untuk pemindahan hatinya. Itu yang tadi aku liat, kak" jelas Bara.

"Astaghfirullah al-adzim... Gimana sama Stefan di dalem??" Randai bergumam kebingungan.

"Kita harus telpon polisi, kak!" ujar Bara, "Kita gak bisa lawan dia, kalau dia bersenjata"

Randai diam sejenak, tak mau gegabah.

~

Sementara di dalam gedung itu, Stefan sudah merasa di ujung nyawanya. Dia kehilangan gairahnya lagi. Stefan benar-benar sudah kehilangan daya tahan tubuhnya.

Jeff memperhatikan Stefan sejenak. Lalu dia mengernyitkan keningnya ketika Stefan sama sekali sudah tak memperlihatkan gerakan kecil apapun. "Stefan..." panggil Jeff.

Stefan sama sekali tidak memberikan reaksi apapun. Matanya terpejam. Hidungnya sudah becek dengan darah.

Kemudian Jeff mengenakan celananya kembali, lalu ia mengambil pistol yang ada di saku belakang celananya. Jeff menodongkan pistol itu ke arah kepala Stefan yang tak sadarkan diri. "Heh, Fan! Lu mau ngerjain gue, hah??? Lu mau bikin gue untuk ngelepasin lu? Hhh, jangan mimpi lu! Cukup sekali aja gue kehilangan lu! Ngerti!!!" Jeff menoyor kepala Stefan yang tak bergerak dengan ujung pistolnya.

"Lepasin Stefan, Jeff!!!" teriak Randai yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu.

Jeff terkesiap seketika, kemudian dia tertawa. "Randai! Punya nyali juga lu ikutin gue kesini!"

"Lepasin Stefan, Jeff! Dia harus di operasi hari ini juga!" jelas Randai.

"Gue gak peduli! Kalau perlu biarin aja dia mati!!! Supaya gak ada lagi yang bisa milikin dia!" lantang Jeff, "Itu jadi bagus buat lu juga kan? Lu jadi bisa leluasa untuk dapetin Devon lu balik!"

"Ada cara yang benar, dan ada juga cara yang salah tapi menurut kita itu benar! Saya gak mau kamu gegabah hanya karena ini, Jeff!!!"

"LO BISA NGERASAIN GAK SIH JADI GUE??? MENCINTAI ORANG YANG GAK MENCINTAI LU BALIK???!!!" teriak Jeff sambil menangis dan mengarahkan pistolnya ke arah Randai.

Randai menatap saksama pada Jeff. Dia mencoba untuk meluluhkan hati orang yang tengah di ambang kegilaannya tersebut. "Percaya atau enggak, saya bisa rasain itu, Jeff! Kita itu sama-sama orang yang cuma bisa mencintai aja"

"Siapa bilang??? Lo masih beruntung, Randai!!! Devon suka sama lo! Dia sayang sama lo!!!" jelas Jeff.

"Tapi Stefan enggak!!!" timpal Randai.

Jeff mengernyitkan keningnya. Dia gelagapan. "Ap-apa??? Stefan??? Jadi maksudnya... lo juga suka sama Epan??"

"Iya! Iya, Jeff!!! IYA!!! Saya sayang dan cinta sama Epan! Tapi saya gak mau ngebiarin Epan sampai tau!" jelas Randai.

"Kenapa???" tanya Jeff.

"Karena saya tulus sayang sama Stefan! Gak mentingin dia balik sayang sama saya atau enggak. Saya gak peduli jika dia harus tau perasaan saya ke dia. Saya tulus sayang sama Stefan! Karena itu yang harus kita lakukan, kalau kita benar-benar sayang dengan seseorang, Jeff!!! Mencintai tanpa pamrih. Senyum... dan sabar!" terang Randai.

MISTAKES (END 21+)Where stories live. Discover now