CHAPTER 13 - FAMS DINNER

60 6 4
                                    


Vincent memeriksa kemeja flanel dengan motif tartan yang dia kenakan malam itu tidak terlihat kusut. Dibukanya seluruh kancing kemejanya yang membalut kaus putih polos di dalamnya, agar tidak terkesan terlalu formal. Bisa saja pestanya bertema santai, semacam garden party atau casual dinner.

"Hei, Vince, kau mau kemana Nak?" sapa Kakek Bill yang sedikit membuka pintu kamarnya menyapa.

"Ada undangan, Kek." Vincent sibuk memilih-milih sneakers di rak sepatu dalam kamarnya. Koleksinya tak seberapa, hanya empat pasang tetapi ada dua pasang yang jarang dia gunakan untuk kesehariannya. Dia merasa sayang jika sepatu terbaik dan termahalnya itu sampai rusak karena Vincent jelas akan membutuhkan uang lagi untuk membeli yang baru.

"Siapa? Seorang gadis?" perlahan Kakek masuk ke kamar Vincent dan duduk di atas ranjang yang penuh dengan beberapa kemeja yang berserakan karena sebelum memutuskan memakai kemeja tartan warna merah itu, Vincent menjajal semua koleksi kemeja yang ada di lemarinya. Baginya, undangan dari Sam malam ini sangat penting. Vincent tak mau terlihat kumal di hadapan keluarga Sam.

"Ya. Kami baru saja dekat, Kek. Dia teman sekampus. Malam ini sepupunya mengadakan pesta dan aku diundang."

"Kenapa kau tidak bilang pada Kakek? Koleksi kemeja Kakek masih banyak yang bagus dan terlihat mewah. Maksud Kakek daripada kau memakai kemejamu yang terlihat usang itu."

Vincent tersenyum sedikit tersipu. "Tak masalah. Kurasa kemeja ini sudah lumayan. Aku tidak mau terlalu mencolok. Hanya sebuah pesta perayaan yang biasa."

"Well, jika itu maumu. Ini, pakailah mobilku." Kakek Bill merogoh kunci mobil dari dalam saku celananya lalu menyerahkannya kepada Vincent. "Buatlah kesan pertama dengan baik."

"Kek, tidak perlu. Aku bisa memakai motorku." Vincent menolak dengan halus.

"Apa kau serius? Biasanya setahu Kakek, seorang anak muda sepertimu akan berlomba untuk terlihat keren di depan keluarga kekasihnya untuk pertama kalinya." Kakek Bill mencoba meyakinkan cucunya.

Vincent meraih parfum di mejanya lalu sedikit menyemprotkan nya di kerah bajunya. Hanya sedikit. "Gadis ini berbeda, Kek. Mungkin suatu saat jika Kakek mengenalnya, Kakek akan kagum padanya. Aku harap begitu," jawab Vincent sembari melangkah keluar dari kamarnya. 

"Kau yakin? Dan apa maksudmu dengan harapan itu? Memangnya kau belum yakin dengannya?" Kakek Bill mengikuti langkah Vincent turun ke lantai bawah.

"Kau tahu, Kek, kadang ada beberapa hal yang membuatku berpikir, apa mungkin gadis seperti dia mau bersamaku? Dia cantik, populer, dan dia termasuk salah satu mahasiswi berprestasi di kampus. Kupikir, apa aku pantas bersamanya? Tapi, jika melihat sikapnya, membuatku sedikit banyak berharap dan yang penting aku merasa--"

"Kau bahagia ketika bersamanya, bukan?" Kakek memotong kalimat yang akan Vincent selesaikan.

Vincent tertawa pelan, "Darimana Kakek tahu aku akan bicara seperti itu?" Kadang, Kakeknya seperti selalu tahu isi hatinya.

"Bukankah itu yang kau rasakan saat bersamanya? Kau bahagia. Itu yang terpenting. Mungkin itu juga yang dia rasakan saat menghabiskan waktu bersamamu."

Vincent manggut-manggut ketika telah sampai di pintu depan. "Ya, Kakek benar. Baiklah, Kek, aku harus berangkat sekarang."

"Ini, bawalah mobilku. Kakek memaksa! Kau tidak mau parfum yang kau kenakan berganti dengan aroma jalanan karena memakai motor." Kakek bersikukuh meminta Vincent menggunakan mobilnya.

"Tidak perlu, Kek, aku tidak mau berbohong hanya untuk membuat gadis yang aku sukai merasa terkesan padaku."

"Memberi kesan yang baik bukan berarti dengan berbohong. Kau bisa bilang, kau pakai mobil Kakek karena motormu sedang di bengkel. Tak ada salahnya memberi kesan yang baik pada pertemuan pertama dengan keluarganya bukan? "

THE IRREPLACEABLE ONE : Book 1 - VINCENT & SAMWhere stories live. Discover now