CHAPTER 16 - FIRST SWEET KISS

64 6 3
                                    


Dengan hati-hati, Vincent meletakkan satu bagian terakhir dari mock-up yang hampir selesai disusun. Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Sementara Sam sibuk mengutak-atik rincian mock-up di laptop ke dalam sebuah proposal yang akan menjadi bahan tambahan ujian presentasi besok pagi.

"Kurasa sudah siap," ucap Vincent mengusap dahinya sambil menghela napas lega. Sam memekik dengan girang mendengarnya lalu beranjak untuk mengamati hasil kerja Vincent.

Mulutnya berdecak kagum saat mengitari susunan mock-up yang berukuran nyaris setengah dari ukuran ranjangnya, "Wow. Ini sempurna. Ya Tuhan, kau sangat mahir melakukannya."

Vincent bersandar pada tepian ranjang sambil meluruskan kedua kakinya. Sudah hampir tiga jam dia membantu Sam menyelesaikan susunan mock-up rancang ruang untuk ujian akhir semester esok pagi.

"Kuharap tidak ada yang salah. Kau cek saja segala sesuatunya, barangkali ada yang masih perlu diperbaiki." Vincent mengingatkan. "Aku tidak bisa membayangkan jika aku harus bergelut dengan benda-benda itu sepanjang tahun perkuliahanku," keluhnya saat tengah melemaskan kedua tangannya.

Sam tergelak mendengar ucapan Vincent, "Kelihatannya mock-up ini sudah siap. Ini sudah sempurna. Aku hanya tinggal menyelesaikan proposalnya saja." Sam ikut duduk di samping Vincent sambil memandangi mock-up hasil karya Vincent. "Gara-gara Claire yang seenaknya meninggalkanku di menit-menit terakhir aku terpaksa meminta tolong padamu karena aku tidak tahu harus meminta bantuan siapa lagi. Maaf jika aku merepotkanmu, aku sangat menghargai bantuan darimu, Vince. Jika tidak ada kau, mungkin aku tidak akan tidur semalaman. Thanks," digenggamnya tangan Vincent yang sedikit berkeringat dan penuh dengan serbuk kertas yang dipakai sebagai bahan utama tiap elemen dari diorama mock-up yang telah Sam rancang.

Diusap-usapnya telapak tangan Vincent perlahan-lahan. Membersihkannya dari serbuk kertas yang menempel di kulitnya. "Kau mau makan?" tanya Sam. "Aku harus memberimu sesuatu kan karena kau telah membantuku dengan susah payah."

"Bukannya kau yang selalu menginginkan makan malam kedua?" Vincent meledek.

Tawa Sam pecah seketika sambil dipukulnya bahu Vincent perlahan karena Sam tahu, Vincent mengenalnya sebagai gadis yang hobi dengan makanan.

Vincent menggeleng dan tersenyum, "Tidak perlu. Aku senang bisa membantumu."

"Tugas akhir semester ini hampir membuatku kehilangan selera makan. Pikiranku benar-benar habis untuk fokus memikirkan ini semua."

"Tenanglah, kau pasti bisa melaluinya. Jangan cemas." Vincent mengangkat jemarinya sambil mengusap lembut pipi Sam lalu mencubit hidungnya pelan. "Lebih baik kau segera beristirahat. Kau butuh stamina dan pikiran jernih untuk ujian esok pagi. Aku juga harus segera kembali ke asrama untuk tidur, aku tidak mau kesiangan untuk persiapan ujian presentasi besok."

"Kenapa kau selalu terburu-buru?" tanya Sam sembari menarik tangan Vincent agar tidak beranjak dari sisinya.

Vincent terhenyak dengan pertanyaan Sam, "Kupikir kau harus segera beristirahat." Vincent kembali menyandarkan punggungnya pada tepi ranjang karena Sam seolah menahannya agar tidak beranjak pergi. "Ada apa?"

"Terakhir pertemuan kita di rumah Karen juga berakhir seperti ini kan?" ungkap Sam. "Aku hanya ingin tahu kenapa kau seolah menghindar dariku?" tanya Sam penasaran.

Vincent menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Ya Tuhan, ini tidak mungkin terjadi--kau sudah mulai kecanduan."

"Apa? Kecanduan bagaimana maksudmu, Vince?" Sam bingung dengan pernyataan Vincent.

THE IRREPLACEABLE ONE : Book 1 - VINCENT & SAMWhere stories live. Discover now