Bab 1

2.3K 183 48
                                    

Halo Atsi!

Mungkin sebelumnya kalian pernah membaca cerita ini.

Cerita yang aku tulis di tahun 2020 dan baru aku publish ulang di tahun 2024.

Untuk pengikut lamaku mungkin tahu. Namun, pasti kalian sudah lupa tentang alur ceritanya karena sudah empat tahun.

How Long? Akan dijadikan Ebook. Beberapa bab diupload di Wattpad sebagai spoiler atau gambaran mengenai ceritanya.

Untuk info mengenai PO ebook kalian bisa cek di Instagram @atsiuniverse

Oke Atsi ;)

Selamat membaca!

.

.

"Hei! Nam Sohyun, berhenti mengurung diri di kamar. Apa kau akan menghabiskan hari-harimu di ranjang, hah?!"

Pekikan melengking milik seorang Ibu rumah tangga itu, terdengar menggema di dalam bangunan bersusun yang menjadi tempat tinggal mereka sejak beberapa tahun lalu.

Sementara itu, di dalam kamar sana. Seorang wanita muda berusia 21 tahun tampak menyumpal telinganya menggunakan tisu untuk menghalau pekikan melengking Ibunya yang terasa memekakkan telinga.

Hampir dua tahun dia mendapatkan omelan yang sama setiap hari. Tak hanya Ibunya saja, sang Kakak pun juga ikut-ikutan.

Bagi Sohyun, Ibu serta saudara laki-lakinya itu sama. Sampai-sampai Sohyun merasa kalau dirinya tidak disayang lagi.

Jika saja hidup mereka berkecukupan, mungkin Sohyun akan melanjutkan sekolahnya ke universitas negeri. Agar suara teriakan milik sang Ibu dan juga Kakaknya tidak terdengar lagi.

Kampus yang menjadi incaran Sohyun sudah menyiapkan asrama sendiri, mereka hanya perlu membayar biaya sewa setiap bulan dengan harga murah sesuai dengan kelas masing-masing.

Namun, sayang sekali kepergian sang Ayah yang mendadak karena kecelakaan maut membuat keluarga Nam itu sedikit kesulitan, Nyonya Ha Eun hanyalah seorang pedagang, sedangkan Namjoon bekerja sebagai seorang buruh serabutan.

Jangan tanyakan apa yang dilakukan Sohyun. Pastinya wanita muda itu hanya mengandalkan keberuntungan dari bermain judi bersama sahabatnya Nara atau tidur sepanjang hari.

Untuk kesekian kalinya Namjoon mengetuk pintu kamar Sohyun, berharap adiknya itu mau membukanya.

Meskipun usia mereka terpaut jauh, Namjoon tahu betul sifat Sohyun. Adiknya itu takkan membukakan pintu jika mereka terus berteriak. Malah dia akan semakin membuat emosi Ibunya meledak-ledak.

"Sohyun-ah, keluarlah. Ini sudah pukul sembilan," ujar Namjoon selembut mungkin. "Bersiaplah, Kakak akan mengajakmu ke suatu tempat. Kita akan bertemu dengan seseorang di sana."

Jiyeon menggeleng dari arah dapur.  "Percuma saja, wanita pemalas sepertinya takkan mau mendengar apa yang kau dan aku katakan." Entahlah, wanita baya itu benar-benar kesal karena Sohyun memiliki sifat mudanya dulu.

Kadang Ha Eun ingin sekali protes lebih. Namun, saat mengingat masa mudanya dulu yang sama persis seperti Sohyun membuatnya memilih diam. Terkecuali Sohyun sudah melewati batas.

"Pergi saja sendiri Joon, jangan harap adikmu mau keluar. Ibu sudah berteriak sejak tadi, tapi dia tidak mau membukakan pintu."

Namjoon menoleh sebentar ke arah Ha Eun, sebelum mengetuk kembali pintu kamar sang adik. Beberapa saat kemudian pria itu mengulas senyum ketika Sohyun muncul dari balik pintu dengan wajah mencebik.

HOW LONG? [Ebook Project]Where stories live. Discover now