III - Bayi Kembar

323 5 0
                                    

Memilikinya adalah suatu anugrah terindah dalam hidupku, wanita yang tak pernah bosan aku ciumi, bibirnya yang hangat terus membekas dalam ingat ku, sehingga terus di mabuk asmara.

Kami berdua memutuskan untuk tak memiliki momongan dulu, karena ingin menyelesaikan kuliah, tapi papa dan mama kami melarangnya dengan keras.

Jangan begitu dong nak, biar mama yang uruss nanti, bikin cucu mama yang banyak yah.

Emangnya kacang goreng, asal bikin banyak, kayak adonan.

Heisa hanya melirikku manja dengan mengedipkan matanya. Itu membuatku ingin sekali menerkamnya.

Ok..ok fine. Kita bikin yang banyak "seru ku menarik tangan heisa menjauh dari mama papa.

Mau kemana kalian ? papa belum selesai bicara ini.

Mau bikin anak " jawab ku tertawa puas"

Ok baiklah, bikin yang ganteng dan cakep yah "usul papa lagi tak mau kalah.

Hmmmmmm "gumamku menjauh dan membawa heisa masuk ke dalam kamar".

Di tiga bulan pertama pernikahan kami heisa langsung hamil, semua orang bahagia, kecuali heisa. Dia terlihat kecewa.

Kenapa sayang, kok mukanya di tekuk gitu ?

Nggak apa-apa mam.

Rey...tolong bawa istrimu istirahat.

Ok mam...

Sayang...kenapa sih cemberut gitu ?

Aku kan masih kuliah, gimana dong klo aku hamil ? kamu sih minta main terus "protes heisa"

Kan papa dan mama yang suruh bikin cucu, yah aku turutin.

Tapi kan aku nih yang sengsara, tubuhku semakin membengkak nggak karuan. Lihat nih "seru heisa berdiri di depan kaca besar"

Aku jatuh cinta sama kamu bagaimana pun bentuknya, nggak usah kwatir yah.

Janji ?

Ia..sayang....aku janji.

Setidaknya sejak saat itu mood heisa tak lagi buruk. Dia menikmati kehamilannya, ditambah dengan kehebohan mama dan papa yang sudah belanja sangat banyak untuk calon cucu.

Mam, pa, kok sudah pada beli sih ? jenis kelaminnya saja belum ketahuan ?

Nggak apa-apa, siapa tau kembar, makanya papa dan mama beli semuanya serba dua, siapa tau mereka kembar.

Heisa memandang ku untuk tak terus menyangkal mama.

Ok mam, baiklah, terimakasih calon opa dan oma.

Mama nggak mau di panggil oma, papa juga nggak mau dipanggil opa. Itu ketuaan. Emang papa sudah tua seru mama, yeeee...mama juga sudah tua. Pokoknya mama mau di panggil memo, papa juga mau di panggil pepo.

Mam, pa...ia..ia...

Dan benar saja, bayi yang di dalam kandungan heisa kembar, laki-laki dan perempuan. Itu semakin membuat heboh.

Tapi heisa tetap saja tak mau rehat kuliahnya, bahkan sampai melahirkan pun, dia tak ingin menambah waktu dengan percuma.

Setelah bayi kembar lahir, heisa dan rey kembali pacaran. Si baby full di urus oleh pepo dan memonya beserta para baby sitternya. Mereka hanya sebenta-sebentar ketemu anak kembar mereka.

Tidak ada yang salah dengan pernikahan dini, karena pernikahan yang sehat tidak tergantung pada usia, tapi tergantung kepada manusianya, asal kita komitmen tetap dalam cinta dan saling mencintai, usia tidaklah tolak ukur. 

Pernikahan DiniWhere stories live. Discover now