28. pesan singkat

4.8K 167 7
                                    

Selepas kumpul bersama teman-temannya, Bella menjadi lebih diam lantaran dimarahi oleh Gavin. Bukan tanpa alasan Gavin memarahi Bella, bahkan hampir menampar gadis itu. Salahkan saja Bella yang tidak memberi kabar pada Gavin, sampai orang rumah sibuk mencari gadis itu.

Sekarang mereka sedang siap-siap untuk kembali ke apartemen, awalnya Bella menolak, tapi ucapan ketus dari Gavin membuat Bella menurut.

Saat hendak menaruh koper kebagasi, Zeline memanggil Bella, degup jantung Bella cukup cepat begitu dipanggil. Memang Zeline tidak memarahi Bella, tapi wanita paruh baya itu hanya diam.

"Kenapa Ma?" tanya Bella.

Zeline menghela napasnya, "lain kali kalau mau keluar sama temen bilang sama Gavin ya." ujarnya.

"Iya, maaf Ma."

"Gak papa, yaudah hati-hati." Bella mengangguk.

Dilihatnya Gavin sedang memasukan koper Bella ke dalam bagasi, setelah itu Gavin membukakan pintu penumpang untuk Bella.

Zeline terus memperhatikan, sampai mobil yang dikendarai oleh Gavin keluar gerbang. Dirinya hanya bisa berdoa agar rumah tangga anaknya selalu baik.
.
.
.

Seorang gadis menatap dua orang dewasa didepannya, pikirannya terus bermain. Bagaimana mungkin kedua orang dewasa ini bisa ada disini, padahal mereka sudah lama tak berjumpa, terutama pada pria paruh baya yang terus menatapnya.

"Apa mau Papa?" tanya gadis ini.

Pria paruh baya itu menghela napasnya kasar. "Papa akan jual rumah ini, jadi kamu tinggal sama Papa."

Sang gadis berdecih. "Gak akan, rumah ini udah jadi milik aku. Jadi Papa gak bisa seenaknya buat jual rumah ini." ucapnya.

Amber, gadis ini menatap wanita paruh baya yang duduk disamping papanya, wanita itu terus menatap Amber lekat. Bahkah sesekali wanita yang sekarang jadi ibu tirinya itu berdecih pelan.

"Apa susahnya sih nurut?" lama terdiam wanita paruh baya itu angkat bicara.

"Tante mending diam. Gak usah ikut campur. Aku tau Tante nikahin Papa cuma karena harta kan?!"

"Amber!" teriakan Reno tak membuat Amber takut, justru gadis itu merasa sangat puas karena ibu tirinya diam.

"Gak papa Mas, mungkin dia gak suka sama aku." ucap wanita itu.

Amber tersenyum sinis. "Bukan mungkin, tapi emang gak suka." ucapnya.

"Sudah cukup Amber. Papa mau kamu harus berlaku baik sama mama kamu." ujar Reno.

"Dia bukan Mama aku Pa, jadi untuk apa aku berlaku baik sama dia? Dan, terserah Papa mau bilang apa, aku gak peduli. Aku akan tetap tinggal dirumah ini." ucap Amber lalu melenggang pergi.

"Maafkan Amber, dia memang seperti itu." ucap Reno yang diangguki istrinya.
.
.
.

Keadaan canggung menyelimuti antara Gavin dan Bella, keduanya hanya diam ketika sampai di apartement. Sedari tadi Bella menatap Gavin, seperti ingin berkata sesuatu. Namun sepertinya gadis itu terus menahan agar tidak berbicara.

Hingga beberapa saat, Bella menghela napasnya pelan. Diam tak akan menyelesaikan masalah bukan?

"Vin? Kamu marah?" tanya Bella akhirnya.

Sebentar Gavin melirik Bella tapi setelah itu fokus nya kembali pada ponsel. Sepertinya pria itu sangat marah, salahkan saja Gavin yang tidak memberitau maksud kedatagan Amber.

Sudah tau Bella sangat penasaran, tapi tidak ada yang memberi tau. Jadilah Bella pergi dari rumah, padahal cuma kumpul bersama temannya, bukan kabur. Tapi kenapa harus semarah ini?

Married In Seventeen [Finish]Where stories live. Discover now