03. First Love

877 149 205
                                    

"Because your first love will always master your memory, so you don't need to delete it because it's useless"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Because your first love will always master your memory, so you don't need to delete it because it's useless"

.
.
.


Matahari terik menyinari permukaan bumi. Hangat dan bersahabat. Musim semi yang indah, bunga-bunga bermekaran seakan menyanyi riang di bawah naungannya. Burung-burung mencicit bahagia di atas ranting pohon yang rimbun. Hari ini adalah hari yang cerah, sangat sayang jika hanya di lewatkan dengan diam menggerutu di dalam kamar.

Seperti gadis ini misalnya, hari begitu cerah dan indah. Seakan mengajaknya untuk keluar dan menari di halaman rumah. Jika saja punya teman, mungkin ia kini sedang berjalan-jalan di taman. Atau mungkin hanya sekedar bergosip ria di halaman belakang rumah dengan secangkir teh stroberi. Tapi, itu muatahil baginya. Gadis itu menghela nafas, tak terhitung sudah berapa kali ia melakukkan hal itu sepanjang hari.

Sunyi, rumahnya terasa seperti rumah hantu di deretan film-film horor bioskop. Entah sejak kapan ia menyadari hal itu, tapi ia tak takut dengan kesunyian ini. Kedua maniknya menatap langit-langit kamar yang polos. Ia segera beranjak dari ranjangnya dan berlari kecil ke arah lemari baju. Sayang sekali jika hari seindah ini harus ia lewatkan. 'Pokoknya harus keluar rumah' pikirnya.

Duryu Park Daegu, adalah tujuan utamanya. Ia bisa membayangkan betapa indahnya bunga-bunga bermerakan di taman itu. Pasti sangat cantik dan berwarna-warni. Itulah alasan mengapa membawa kameranya bersamanya. Sekedar mengisi memori kameranya yang kosong sebenarnya. Ya, hitung-hitung juga untuk mengusir rasa kehampaan dalam lubuk hatinya.

Tungkainya bergerak lincah kesana-kemari menghampiri taman dengan bunga-bunga indah di sekelilingnya. Begitu mempesona dan sangat sayang jika hanya di abadikan lewat memori otak saja.

Tak sengaja saat ia memfokuskan lensa kameranya ke arah danau, ia menangkap sosok seorang laki-laki di sana. Duduk dengan tenang di kursi taman. Kaki kanannya di letakkan diatas kaki kiri sebagai tumpuannya. Tatapan matanya begitu fokus dan lembut. Bersamaan dengan cahaya lembayung emas yang bersinar indah. Lantas membuatnya tergerak untuk memotret siulet itu.

Ia mendapatkan satu gambar hasil jepretan siulet itu. Senyuman tipis pun terukir tanpa ia sadari. Kembali ia memfokuskan lensa kameranya itu dengan pelan-pelan, mencoba mencari pencahayaan yang pas. Namun bersamaan dengan ia menekan tombol kameranya laki-laki menoleh ke arahnya dan tersenyum. Lantas gadis itu terlonjak dan buru-buru pergi dari sana. Namun, kameranya berhasil menangkap semua itu.

Rupanya cuca tak sepenuhnya mendukungnya kali ini. Nyatanya senja manis berlatarkan langit jingga dan awan merah jambu tak hadir. Yang ada malah kumulus bersama dengan tangisnya. Ia menghela nafas frustasi. Terjebak di halte bus dalam keadaan hujan bukanlah hal yang menyenangkan. Sungguh.

LAST WINTER ROMANCE [Hiatus]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora