17.

4.1K 266 20
                                    

Warn. Bahasa yang sedikit lebih baku. Maaf kl gk nyaman.

Enjoy💫






Sudah terlewati 5 hari sejak Hera mencoba kabur. Juga sudah terlewati 5 hari Hera hanya diam menatap kosong.

Setiap malam, Hana selalu menangis diam diam melihat putrinya. Tak jauh beda dengan Kim bersaudara, Tuan Kim, dan sahabat Hera.

"Pagi Nona Hera," Dokter Park menyapa seraya tersenyum. Check up rutin setiap pagi pukul 9. Namun tak ada balasan.

Dokter Park tersenyum sendu. Ia kembali sibuk dengan pengecekan sambil sesekali mengajak ngobrol Hera walau tak mendapat balasan sedikitpun.

"Pagi ini, bukankah tuan Jimin yang menjaga? Ah, mungkin dia terlambat." Seperti biasa, bertanya sendiri menjawab sendiri.

"Nona Kim Hera?" respon pertama yang didapat adalah lirikan mata Hera. Itu cukup buat dokter Park tersenyum lega.

"Mau jalan jalan ditaman?"













Disini Hera berada. Di atas kursi roda sedang menikmati pemandangan taman yang rindang.

Tidak tidak, Hera bukannya punya masalah berjalan. Hanya saja, karena kondisinya yang masih terbilang lemah membuatnya tidak bisa berdiri lama.

Di temani perawat Shin yang sedang pergi membeli roti dan susu untuk Hera. Iya perawat Shin, dokter Park tiba tiba saja ada urusan.

Selepas di tinggal sebentar oleh perawat Shin, yang hanya Hera bisa lakukan adalah duduk seraya menatap langit. Angin yang berhembus pelan tidak membuatnya merasa dingin, justru membuatnya merasa segar.

"Nona Hera?" Suara mengintrupsi Hera untuk toleh kepala. Buat sosok pemanggil itu tersenyum akan reapon yang diberi oleh pasiennya itu.

"Lagi ngapain kamu disini sendirian, hm? Kakak denger dari dokter Park, kamu lagi disini bareng perawat Shin." Ucap Hyewoon. Dokter Psikolog yang mantau kondisi psikis Hera.

"Oh iya, mana dia?" Tentunya walau Hera lebih merespon panggilan darinya. Tidak berarti itu membuat Hera bersuara.

Hyewoon dudukkan diri dibangku sebelah Hera yang hanya termenung kembali menatap langit.

"Hera?" tidak ada balasan, namun Hyewoon tau Hera mendengarkannya.

"Mau sampai kapan kamu gini? Gak rindu keluarga mu? Sahabatmu? Temen temenmu? Kakak yakin, kamu pasti kangen mereka."

"Hey, sini liat kakak." Hera tolehkan kepalanya menghadap Hyewoon yang senyum kecil.

"Yang berlalu, biarin berlalu. Jangan buat hal hal negatif pengaruhin pikiranmu. Kamu pasti sering denger kalimat 'Manusia tidak pernah luput akan kesalahan', 'kan? Kakak yakin sering. Karena itu.. Setiap orang pasti akan ada kalanya melakukan suatu kesalahan. Baik kesalahan kecil maupun besar. Untuk apa ada kata maaf dan dimaafkan apabila tidak ada kata kesalahan? Apapun yang ada di dunia ini, tentu ada sebab-akibat nya. Minta maaf karena membuat kesalahan lalu dimaafkan, bener? Kalo kamu tau itu, kenapa enggak dilakuin? Kakak yakin kamu pasti udah cukup gede buat paham." Hyewoon akhiri dengan sebuah senyuman.

"Udah, ayo masuk. Nanti dicariin-err, Jimin ya?" Hera angguk pelan. Semakin buat senyum Hyewoon tertahan.

Kursi roda Hera didorong pelan. Mereka bertemu perawat Shin di lorong. Mereka akhirnya kembali ke ruangan Hera.

Tepat sekali, ada Jimin yang duduk resah. Ah-sepertinya pria itu tidak tau kalau adiknya ada di taman. Mungkin tidak bertemu dokter Park ataupun perawat Shin.
















"Dek? Mau apel gak? Abang potongin ya?" Jimin ambil satu buah apel yang dia bawa terus ambil pisau.

"Ini kulitnya mau di kupas gak dek?" mereka semua ngikutin intruksi dokter Hyewoon dengan baik. Mengajak Hera berbicara agar tidak keterusan melamun.

Perlahan Hera toleh ke arah Jimin yang hampir mau kupas kulit apelnya.
"Jangan." Gerakan tangan Jimin berenti.

"A-Apa dek?" Jimin coba pastikan kalau telinganya gak salah denger. Adeknya barusan ngomong sama dia?

"Jangan dikupas kulitnya, bang.." pisau di tangan Jimin jatuh gitu aja. Buat Hoseok yang baru dateng langsung teriak panik.

"Jimin!!" untungnya pisaunya gak kena kaki.

"Abang!" Hera juga ikutan teriak panik. Buat gerakan Hoseok yang lagi periksa badan Jimin berenti.

"Abang? Ada yang luka gak?" pelan, Jimin geleng kepala.

"Ga-gak ada d-dek.."

"Adek?" Hoseok buat Hera kesentak. Dia balik nunduk ngatur nafasnya.

Jimin juga Hoseok langsung bantu tenangin.
"Shutt.. Udah udah, gapapa. Abang cuman panggil doang."

"Apelnya jadi dimakan gak?" Jimin tanya, Hera angguk kepala.

"Dikupas?" Hera langsung angkat kepala.

"Jangan dikupas, jangan potong juga." Jimin senyum terus kasiin apelnya ke Hera.


Hoseok gak tahan buat kasih kabar ke keluarganya kalo Hera udah mulai mau ngomong. Senengnya bukan main.










----Tbc!

Hehe, singkat ya konfliknya? Iya, gk kuat mikirin kelanjutannya aku

Our Little Sister |BTS x BrothershipWhere stories live. Discover now