Extra chapt; Hera's Secret

3K 192 7
                                    












Orang mana yang mau di sebut, 'Jalang'? Gak ada. Bahkan Jalang sesungguhnya pun gak mau di sebut Jalang.

Begitu juga Hera.

Di sebut Jalang, 2 kali sudah. Pertama oleh Yoongi dan yang kedua oleh Hyura. Yang sangat amat berefek besar itu adalah kata kata dari Yoongi dan Seokjin. Kata kata Jungkook? Dia hanya cukup kesal.

Pria itu bisa dikatakan bodoh dan menyebalkan. Ah sangat. Sangat sangat bodoh dan menyebalkan.

Setidaknya, efeknya tidak separah kalimat Yoongi dan Seokjin berikan.

Yah..































Nafas Hera memburu. Dia masuk tergesa dan langsung menutup juga mengunci pintu kamarnya. Ia jatuh merosot terduduk di lantai.

'Lo ngapain di club hah?! Ngejalang lo?!'

'Gue nyesel, dulu ngebet ketemu lo. Untung gak lebih dari orang lain.'

Dulu siapa yang selalu mengatakan,

'Hera adek abang yang terbaik! Gue sayang banget sama lo Ra.'

'Ra, gak ada batesan jarak buat kita. Kita ini sudah jadi saudara. Jangan anggep kita ini berbeda. Kita bukan lagi orang asing yang gak ada hubungan sama sekali.'

Siapa yang mengatakan itu semua dulu? MIN YOONGI.

Dia yang mengatakannya. Namun, mendapati pria itu mengatakan hal kebalikan hari ini. Sungguh, membuat Hera tidak dapat berpikiran jernih.

Sungguh. Terlalu sesak.

Bahkan Hera sudah memukul mukul dadanya agar sesak yang dirasa berkurang. Tapi tidak. Itu tidak membantu sama sekali. Malah membuat dadanya semakin terasa sesak.

Ia menangis. Dengan di iringi isakan kecil putus putus.

Kalimat yang benar benar menghancurkan dirinya.

Tidak tanggung tanggung dia juga membenturkan kepalanya berulang kali di dinding agar kalimat menyakitkan itu berhenti terngiang di kepalanya.

Untung saja kamarnya termasuk kedap suara. Hingga tidak ada yang mendengar suaranya.

Lama kelamaan, dia lelah. Dia terbaring dilantai menatap kosong. Memejamkan matanya mencoba menenangkan dirinya.

Yah untuk saat ini, dia harap, dia bisa menahannya.




























Dan ternyata tidak.

Kejadian ini terulang. Bahkan lebih parah. Akibat perkataan Seokjin.

'Gak guna banget sih lo tuh! Buat orang repot doang.'

Itu menghantam pemikiran masa lalunya. Dimana ia di benci oleh sang mama. Di caci dan di hina oleh orang orang dan di jauhi temannya.

Perih, sakit, sesak, pusing, rasa bersalah, ketidak bergunaannya, takut. Rasa yang kembali mendominasi diri dan isi kepala Hera.

Nafasnya tersenggal, matanya begetar panik menatap sekitarnya, tangannya begetar dan terasa dingin, kepalanya pusing dan sakit tak karuan, buliran keringat menguar membasahi tubuhnya.

Hingga otaknya hilang kendali. Ia hilang kendali.

Membenturkan kepalanya berulang kali ke dinding. Ia mengedarman pandangannya, mencari cari benda yang ia letakan di kamarnya ini. Temannya.

"Hihihi.."

Ia tersenyum dan terkikik begitu benda tajam itu menggores di sepanjang tangannya. Tapi ia kesal. Kulitnya terasa sulit sekali untuk dilukai. Sehingga dia menekannya agar goresan itu menjadi sedikit lebih dalam dan terlihat jelas bekasnya. Itu dia. Itu yang dia inginkan.

Ada rasa puas terselip di antara rasa sakit yang mendominasi. Yah, walaupun dia terkesan biasa saja dengan sakit dikepala akibat benturan benturan tadi juga perih disepanjang lengannya, dia juga tetal meringis sakit. Sungguh, rasanya tetap sakit.

Hanya saja, ia suka saat melihat keadaan hancur sepeti ini, apalagi ada luka sayatan diseoanjang lengannya. Seperti, ada rasa bahagia yang membuncah. Dan aku tau, itu terdengar gila.

Tak lama, cutter di tangannya terlepas dan terjatuh begitu saja. Dia yang menjatuhkannya.

Akal sehatnya kembali. Matanya bergetar panik melihat darah yang mulai merembes dari luka luka sayatan yang ia buat sendiri.

"Maaf, maaf, maaf, maaf, maafkan aku, maafkan aku. Aku mohon maafkan aku, maaf, maaf, maaf." ia ucapkan berulang karena merasa bersalah.

Ia langsung menutupnya dengan kain apa saja yang dia temukan. Perih dan sakit, karena ia menekan luka itu sedikit kasar dan kuat.

Ini. Ini yang Hera takutkan. Ia akan kehilangan akal sehatnya dan kembali seperti orang gila.

Tangannya terkulai di antara sisi tubuhnya. Lelah.

Ia menoleh, mendapati bayangan dirinya dari cermin yang ada di sana.

Ia hanya menatap datar pantulan yang memperlihatkan bagaimana keadaannya saat ini. Rambut yang tidak karuan, wajah yang basar akan air mata dan keringat, lengannya yang memerah dan masih mengeluarkan sedikit demi sedikit darah, dan tatapan kosongnya.


Ia berjalan ke arah nakas sampong tepat tidurnya. Membuka laci di bawah sekali dan menemukan sesuatu yang ia cari. Satu satunya yang bisa membantunya saat ini.

Obat penenang dan obat tidur. Ia meminumnya tanpa bantuan air. Lalu merebahkan diri di kasur.

Yah, harapannya kali ini satu. Ia bisa tidur tenang untuk beberapa waktu kedepan.




























Semua itu.
Yang tidak ada satupun mengetahuinya kecuali dirinya sendiri dan Tuhan.


















End of chapter

Hey?

Hehe.

I know, ini bakalan gaje. Hanya saja, Ra sedang bosan dan gabut.

So, I make this. Hanya ingin berbagi. Dan ceritakan kelamnya Hera. Yah, walau sebagian semua di atas itu, ada di Ra sendiri:v

Like a crazy human. That's me.

But, kalau bisa jangan ditiru ya semuanya. Itu enggak baik. Dilarang oleh agama dan Tuhan tidak akan suka.
/Ra juga merasa berdosa sekali:')

Ah, I wish you guys would like this. And, enjoy it.
Thanks a lot;)

Ra

Our Little Sister |BTS x BrothershipWhere stories live. Discover now