BAGIAN 28 - DIMENSI TAKDIR YANG BERBEDA

2.4K 213 1
                                    

Setiap orang punya dimensi takdir yang berbeda-beda. Tak perlu menjadi orang lain untuk membahagiakan orang. Kita hanya perlu menjadi diri sendiri dan bisa lebih baik dari sebelumnya.

-Amira Azzahra-

🥀🥀🥀

"Al, Amira mana? Cepetan kamu suruh dia turun, ini sarapannya sudah siap, lho!" ucap Bunda Tia yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan. Ya, setelah resepsi yang digelar kemarin, Ali dan Amira tidur di rumah orang tua Ali. 

"Dia sedang gendong Aira di taman belakang, katanya dia menyusul." jawabnya singkat tanpa ekspresi dan masih terfokus dengan ponsel yang digenggamnya.

"Assalamualaikum," ucap Amira menghampiri Ayah, Bunda, Ali, dan Nabila yang sedang bersiap untuk sarapan dan sudah duduk di kursi masing-masing.

Bunda Tia menoleh ke arah sumber suara, "Eh cantik, sini makan dulu!" ucap Bunda Tia sembari mengisyaratkan Amira duduk di samping Ali.

"Terima kasih Bun," Amira tersenyum simpul ke arah Bunda Tia. Ia mendorong Aira yang ada di troli bayi dan berjalan ke arah kursi samping Ali. Di samping itu, Aira masih tertidur di troll bayi dengan tenang. Bayi yang mungil dan pintar, bayi yang berusia hampir akan genap satu tahun itu tidak rewel saat dekat dengan Amira.

"Kalian nggak mau bulan madu gitu?" tiba-tiba Sang Bunda bertanya ke arah Amira dan Ali. Sontak Ali sedikit tersedak saat Sang Bunda menanyakan mengenai bulan madu.

Ali berdehem pelan, "Eum... besok Ali harus kembali kerja Bun, jadi nanti sore Ali akan membawa Aira sama Amira balik ke Jakarta."

"Nanti sore? kok mendadak sekali Al? Bukankah di kantor kamu cuti menikah bisa 5-7 hari?" ucap ayahnya yang masih heran mendengar tutur kata anaknya yang tidak masuk akal.

Amira hanya bungkam menyimak orang-orang berbicara di depannya. Ia tidak berani berbicara satu katapun. Alih-alih takut salah bicara, Amira juga takut membantah. Lebih baik ia diam dan tidak mengubah keputusan suaminya.

"Ada proyek besar yang harus Ali urus di kantor pusat. Jadi Ali tidak mau membuang-buang waktu dengan mengambil cuti yang lama." Ali masih kekeh dengan keputusannya bagaimanapun itu. 

"Tapi ya nggak gitu caranya dong Al, kamu juga perlu liburan bareng istri layaknya pengantin baru seperti biasanya." bantah sang Bunda.

"Iya ih Mas Ali, lagian baru aja kemarin menikah besok udah kerja aja," sahut Sang Adik.

"Nggak papa Ayah, Bunda, Amira sama mas Ali sudah membicarakan ini sebelumnya jadi Amira setuju keputusan Mas Ali." Amira beralibi agar Ayah dan Bunda Ali menyetujui keputusan Ali. Ali melirik Amira sekilas. Dan kemudian matanya beralih memandang piring hidangan di depannya.

💞💞💞

Pukul 11.00 di kamar Ali, Ali sedang berkutat di depan laptop menyelesaikan beberapa deadline pekerjaannya. Amira yang melihatnya tampak kasihan, Amira tahu kalau suaminya sangat lelah akhir-akhir ini. Bahkan 24/7 waktunya habis untuk pekerjaannya. Dan semoga secangkir teh yang ada di tangan Amira bisa mengurangi rasa lelah Sang Suami. 

"Ini Mas, Amira buatkan teh," ucap Amira menghampiri Ali yang berkutat di meja kerjanya sembari tangannya menari-nari di atas keyboard laptopnya. Amira kasihan melihat Ali disela-sela waktu luangnya selalu menyempatkan mengerjakan deadline kerjaannya. Betapa lelahnya, Ali juga harus menyetir mobil perjalanan Malang-Jakarta nanti sore.

Ali tak menjawab, ia masih sibuk mencoret-coret beberapa berkas yang ada dihadapannya. Amira tak beranjak. Ia masih mengamati Ali yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kaki Amira masih terpaku dan tak beranjak sedikitpun hingga Sang Suami meresponnya. Namun,  Ali sedikit risih saat Amira memperhatikannya. Ia merasa tidak konsen dalam menyelesaikan deadline pekerjaannya.

AMIRA AZZAHRA  [RE-PUBLISH]Where stories live. Discover now