4

2.5K 192 2
                                    

.

.

.

Kicauan burung beberapa kali mengoceh diluar rumah minimalis Jungkook. Seolah memberitahu bahwa hari sudah siang dan pemilik rumah itu belum juga bangun. Sinar matahari pun sudah menyelinap masuk melalui celah-celah. Hingga setengah jam kemudian, ia terbangun.

"Em? Kenapa aku disini?,"ia, Taehyung, terbangun dan melihat sekelilingnya.

Baru ingat kalau dari semalam ia belum pulang, ia beralih menatap sosok di sebelahnya yang masih tidur dengan sangat nyaman. Mungkin merasa hangat karena mereka tidur berdua di kasur yang sempit. Hey, mereka bahkan baru dekat, kenapa sudah tidur satu ranjang??

Taehyung kaget saat ingat jarak hubungannya dengan Jungkook. Ia hampir saja memaki Jungkook kalau tidak menyadari wajah pucat anak itu.

Ya, Jungkook terlihat berkeringat, sedikit pucat, dengan bibir keringnya. Sebenarnya tidurnya tidak benar-benar nyenyak. Taehyung baru menyadari hal itu. Ia memberanikan diri menyentuh dahi Jungkook.

'Astaga, panas sekali. Jam berapa ini?,'Hanya membatin. Ingat, Taehyung jarang bicara, apalagi sendiri.

Jam yang menempel di dinding kamar Jungkook menunjuk pukul delapan. Taehyung bingung sebenarnya antara membangunkan Jungkook dan mengingatkannya untuk bekerja atau tidak. Itu tidak mungkin Taehyung lakukan, apalagi melihat Jungkook seperti ini.

Taehyung berpikir.

"Kook, Jungkook-ah, irona..,"suara bass khas bangun tidur milik Taehyung akhirnya keluar. Ia menggoyang bahu Jungkook.

"Emh"

"Kook-ah, bangunlah. Ini sudah pagi."

"Hem, eoh...eoh!? Hyeong! Akh!," Ya, Jungkook bangun dengan tiba-tiba karena kaget dirinya di satu kasur dengan Taehyung. Tapi tiba-tiba ia kesakitan karena seluruh tubuhnya terasa ngilu.

"Ada apa?"

"Ani, gwaenchannayo..geunyang..."

"Waegeurae? Beri tahu aku."

"Seluruh badanku sakit sekali."ucap Jungkook pelan, tapi tetap bisa ditangkap telinga Taehyung.

"Berbaring saja."

"Tapi aku harus bekerja."

"Kau masih mau bekerja dalam keadaan begini?!"

"N, ne. Aku harus bekerja."

Taehyung diam. Ia beranjak dari ranjang. Jungkook melihatnya keluar, lalu mencoba mendudukkan dirinya. Bersiap pergi bekerja. Ia meraih sweater dengan perlahan, ingin mandi tapi rasanya ia akan membeku sebelum menyentuh air. Akhirnya ia putuskan tidak mandi, hanya menggosok gigi, mencuci mukanya dan mandi parfum.

Ia keluar, ia tidak melihat Taehyung dimanapun. Dimana dia? Jungkook celingukan tapi tak melihat teman barunya itu juga. Ia berjalan menuju dapur. Mencari sereal dan menyiapkannya. Setelah berdiri satu menit dan membuat kakinya semakin lemas, ia meminum sereal itu sambil duduk di lantai dan berfikir dimana keberadaan Taehyung.

Jungkook meletakkan mangkuk kotor begitu saja, ia malas mencucinya, sungguh. Tidak mau bersentuhan lagi dengan air. Ia masih tak menemukan Taehyung, apa dia pulang? Tanpa pamit?

Jungkook berjalan pelan, bahkan sesekali berpegangan pada apa saja didekatnya. Kepalanya berat dan perutnya mual. Ia menuju pintu, melihat sekeliling. Benar saja, Coat milik Taehyung tidak ada. Ia beralih menatap lantai. Sepatunya pun tidak ada. Apa Taehyung marah karena ia ketawan memaksa pergi bekerja??

Jungkook menghela nafas panjang, ia lelah dan sadar dirinya sakit tapi ia harus bekerja. Soal Taehyung, akan ia selesaikan nanti setelah tanggung jawabnya bekerja selesai. Ia memakai sepatunya, keluar dari rumah. Mengunci pintu rumah, memakai kupluk sweaternya. Lalu berjalan menuju gerbang.

'Hahh, Tae Hyeong benar-benar marah sepertinya. Padahal aku sudah berjuang mendekati nya.'

Jungkook membuka gerbang kecil rumahnya lalu keluar dan menguncinya juga. Ia berjalan menunduk, lelah dan kecewa soal Taehyung. Ia bergerak menyebrang jalan, tanpa melihat kanan kiri lebih dulu.

Tiinn! Tiinn!

Jungkook tersentak. Dia kaget dan langsung menoleh. Seseorang keluar dari mobil itu dan mendekatinya. Ia masih terlalu kaget untuk merespon.

"Hei, hhh...kenapa keluar?aku hanya mengambil mobil."ya, itu Taehyung. Ia terlihat kelelahan dengan nafasnya yang tersengal-sengal.

"Kau mengagetkan ku..."

"Jungkook?,"Taehyung memeluk Jungkook, karena Jungkook terlalu lemas.

"Aku tidak apa-apa, hyeong."

"Ayo." Taehyung memapah Jungkook masuk ke mobilnya.

Jungkook menatap Taehyung berlari ke kursi kemudi. Setelah menutup pintu mobil, Jungkook memalingkan wajahnya ke arah pintu karena Taehyung tanpa bicara mendekat ke wajahnya, mungkin jarak wajah mereka hanya lima senti. Jangan berpikir macam-macam, Taehyung hanya meraih tali sabuk pengaman dan memasangnya untuk Jungkook.

Mobil melaju, terus meninggalkan area rumah Jungkook. Melewati taman, Jungkook menatap terus keluar. Matanya sulit terbuka, tapi ia tidak boleh tidur. Taehyung akan mengantarnya ke tempat kerja jadi ia tidak boleh mengantuk. Jungkook terus melihat keluar sampai matanya menangkap minimarket tempatnya bekerja dilalui begitu saja oleh Taehyung.

"Tidurlah kalau kau mengantuk."

"Hyeong, kenapa melewatinya?"

"Aku tidak bilang akan mengantarmu bekerja."

"Lalu kita kemana?"

"Ke rumahku."

"Untuk apa?"

"Harus ada yang menjagamu saat kau sakit."

Jungkook diam, ia hanya menatap Taehyung. Ia tidak percaya apa yang baru dikatakan Taehyung. Ia bingung. Jadi maksud nya, Taehyung mengatakan secara tidak langsung kalau ia mau menjaga Jungkook, begitu? Sampai sebuah tangan dingin mendarat di dahinya.

"Kau demam, Kook. Panasmu tinggi sekali. Istirahatlah."

Jungkook tidak menjawab. Ia hanya tidak mengerti kenapa Taehyung baik padanya. Baiklah itu bagus, sebuah kemajuan yang tidak pernah di pikirkannya. Tapi, bahkan mereka baru dekat dan Taehyung terkesan sangat perhatian. Jungkook ingin bertanya tapi nanti. Ini bukan saat yang tepat.

**MIRROR #1**

Mirror ✔Where stories live. Discover now