24

1.9K 133 1
                                    

.

.

.

Belum sampai pukul sembilan pagi, rumah sakit milik keluarga Jimin disibukkan kedatangan dua brankar yang digiring masuk dari lobi menuju unit gawat darurat. Beberapa suster dan dokter langsung bergerak.

Yoongi berada di brankar pertama bersama Taehyung. Tidak mau ambil resiko lebih lagi, Yoongi mengkoordinasi tim nya untuk membawa Taehyung langsung ke ruang operasi. Tidak peduli pada jadwal operasi pasien lain yang lebih dulu menunggu. Baginya, pasien gawat harus diutamakan. Apalagi Taehyung adalah keluarga Jimin.

Jimin menyibukkan dirinya dengan Jungkook yang juga tidak bisa di katakan baik. Tapi Jungkook sedikit lebih baik dari Taehyung. Tangan Jimin bergerak cepat, memonitor kondisi fisik Jungkook dan mengecek kakinya. Melakukan apa saja tanpa mau di bantu suster. Sebenarnya suster sudah berada di sampingnya sejak tadi, tapi Jimin terlihat sibuk sendiri. Ia terlalu kuatir melihat keluarganya terluka.

"Uisa."

Jimin tidak peduli.

"Uisanim."

Jimin masih sibuk sendiri. Tangannya gemetar saat ingin menusukkan jarum suntik ke punggung tangan Jungkook.

"Park uisanim!,"pergerakan Jimin berhenti tapi matanya tak beralih dari tangan Jungkook.

"Biar aku bantu, sebaiknya anda duduk dulu."

Jimin mendengar arahan suster yang membimbingnya ke kursi dekat ranjang Jungkook. Ia membanting tubuhnya dikursi. Tubuhnya terasa lemas. Ya, dokter juga manusia. Ia bisa panik dan hilang akal.

Jimin hanya melihat suster memasang infus dengan cepat. Keadaan Jungkook baik-baik saja. Justru keadaan Jimin yang perlu dipertanyakan. Pikirannya sedang tidak menentu. Jimin ingat ada yang di lupakannya. Ia melihat Jungkook sesaat sebelum kemudian beranjak pergi.

"Bagaimana Jungkook?,"tuan Park langsung bangun dari kursi tunggu saat melihat Jimin keluar dari ruang gawat darurat. Perasaannya tidak enak melihat wajah suram Jimin. Apa terjadi sesuatu dengan Jungkook?

"Dia... baik-baik saja, paman."

"Syukurlah. Lalu kenapa wajahmu begitu? Apa ada yang mengkuatirkan?"

"Taehyung."

"Ada apa dengan Taehyung?"

"Yoongi hyeong sedang di ruang operasi bersamanya."

Tuan Park mengusap kasar wajahnya, belum selesai kekacauan yang ada. Ia bahkan belum tahu bagaimana keadaan Jihoon. Ia  kembali duduk di ruang tunggu, tapi kemudian bangun lagi.

"Apa aku sudah bisa bertemu Jungkook?"

"Ne. Paman bisa menemuinya di ruang rawat nanti."

"Geurae. Kau sudah bekerja keras."tuan Park menepuk-nepuk bahu Jimin.

Ingin rasanya Jimin menangis dipelukan pamannya itu kalau ingat Taehyung. Ia belum tahu bagaimana keadaan Taehyung sekarang. Yoongi tidak akan mengijinkannya masuk ke ruang operasi jika dalam keadaan seperti sekarang. Ia masih mau hidup dengan tidak membuat Yoongi marah.

"Lepaskan aku! Kenapa kalian mengikat aku? Aku tidak gila!"

Jihoon berteriak-teriak di ruang rawatnya. Ini rumah sakit umum, ngomong-ngomong. Tapi Jihoon seolah tidak peduli dengan itu. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Saat ia sadar dari pingsannya karena pukulan Yoongi, ia langsung kalap. Beruntung dokter Choi yang sudah di beritahu kejadian sebelumnya, langsung dapat mengendalikan suasana.

Mirror ✔Where stories live. Discover now