7

2.1K 163 2
                                    

.

.

.

PRAAANNGG!!!

Taehyung menoleh, ia segera berlari masuk kedalam. Mendekati pintu dapurnya, menatap suasana dapur yang tidak bisa dikatakan rapi karena kini dapur itu seperti kapal pecah.

Alat masak berserakan di mana-mana, bahkan ada beberapa sendok dan garpu dibawah. Taehyung melihat isi dari botol saus, mayonaise, dan minyak juga tercecer di mana-mana. Ada apa ini?

Ia melangkahkan kakinya mencari sumber perang lokal itu. Siapa penyebab dapur menjadi seperti habis kena bom nuklir ini? Taehyung melangkah menuju toilet tak jauh dari dapur, ia membuka pintu, mengamati seisi ruang dan tak ada siapapun. Saat ia keluar, ia mendengar seseorang menggigil kedinginan. Taehyung tahu siapa itu, tapi dimana dia?

"Jihoon-ah! Ji..,"baru mau berteriak lagi, matanya menangkap sosok pria mungil nampak meringkuk kedinginan di samping lemari pendingin. Taehyung berlari mendekat.

"Jihoon-ah, waegeurae?! Neo gwaenchanna? Neo appo? Yak! Katakan sesuatu! Jihoon-ah."Taehyung melihat mata sayu adiknya itu, ia melipat kedua tangan memeluk lutut.

"Kim Taehyung!"

Sebuah bentakan terdengar di belakang mereka. Taehyung menoleh, begitupun Jihoon yang dapat merespon suara lantang itu.

"Eo..Eomma,"suara lirih Jihoon mengambil perhatian Taehyung lagi.

Taehyung menatap Jihoon, mencari tahu apa yang terjadi dengan adiknya itu. Tapi adiknya bahkan tak menatapnya, ia hanya fokus pada ibunya. Taehyung ingin tahu, tapi ia bahkan tidak bisa bertanya lebih.

"Kau apakan Jihoon, Kim Taehyung??,"Taehyung kembali menatap sosok ibu yang kini berdiri di depannya. Ia menggeleng.

"A, Aku tidak..."

"Apa yang kau lakukan pada Jihoon hingga dia seperti ini?!,"Taehyung bahkan belum menjawab, tapi sebuah tamparan mendarat di pipinya.

"Apa pantas kau melakukan hal ini pada Park Jihoon adikmu? Apa kau tidak bisa menganggapnya adik?lihat! Kau membuatnya ketakutan! Sudah berapa kali kau membuatnya begini?! Kalau kau tidak suka padanya, lebih baik kau keluar dari rumah ini!"

Ini bahkan lebih sakit dari tamparan yang baru saja di terimanya. Kali ini hatinya yang sakit. Bagaimana tidak, dari ibunya datang, ia selalu memanggil Taehyung dengan marga ayah Taehyung. Mereka tak bermaksud mengganti nama Taehyung dengan marga ayah barunya.

Ya, ibunya menikah dua kali. Ayah kandungnya bermarga Kim dan ayah tirinya Park. Jihoon adalah buah cinta mereka. Ayah Taehyung meninggal sejak ia kecil. Ia pun tak tau penyebabnya. Tak lama setelah itu, ibunya menikah dengan pria bermarga Park dan melahirkan Jihoon.

Sejak kehadiran Jihoon, Taehyung seperti dibuang secara tidak langsung. Dari dulu selalu orang tua mereka pilih kasih. Taehyung tidak mempermasalahkan itu. Dulu Jihoon pun dekat dengannya dan ia baik-baik saja. Tapi setahun belakangan ini Jihoon sering begitu, seperti orang depresi, seperti pecandu obat, tapi Jihoon bukan pecandu dan depresi, Taehyung tidak tahu soal itu.

Masalahnya sejak Jihoon begitu, Taehyung yang paling disalahkan oleh orang tuanya. Alasannya karena mereka sering meninggalkan Taehyung berdua dengan Jihoon dan berarti Taehyung lah yang bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi pada Jihoon. Tapi hari ini, ia tidak menyangka, ibunya sendiri akan berkata seperti itu. Ibunya sendiri mengusirnya.

Taehyung sudah menahan sakit itu sejak lama, ia sudah terbiasa sendiri sejak lama. Pengusiran ini hanya peneguhan baginya bahwa sudah saatnya ia keluar dari rumah itu. Taehyung masih berharap ada yang menahannya, jika bukan orang tua, setidaknya, Jihoon akan melakukannya. Tapi tidak. Bahkan sampai Taehyung menutup pintu depan rumah mereka dengan koper berisi semua barang-barangnya, mereka tidak merasa kehilangan.

Mirror ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang