■ 09

11.4K 2.2K 149
                                    

"Maaf aku terlambat," ucap Sara sesampainya ia di cafe. Setelah meletakkan tasnya di loker, Sara bergegas mengganti pakaiannya untuk bertukar shift dengan Gaeun.

Sebelum Sara sampai disini, ia sempat menenangkan dirinya terlebih dahulu di taman belakang apartemen. Menstabilkan emosinya sehingga ia bisa kembali berpikir dengan baik, sekaligus mencari jalan keluar untuk masalahnya dengan Seungmin.

"Aku pikir kamu nggak dateng. Dari mana aja memangnya kamu?" Tanya Gaeun sambil melepas apron yang dikenakannya.

Disaat yang bersamaan, Gaeun melihat bahwa ada sesuatu yang berbeda dari Sara. Wajah perempuan itu terlihat sembab, apalagi pada bagian matanya. Sangat ketara kalau Sara baru saja menangis.

"Kamu habis nangis?" Tanya Gaeun to-the-point.

Sekeras apapun Sara menutupinya, Gaeun tetap akan tau. Kalau sudah sekali Sara menangis, perempuan itu takkan sanggup berhenti. Wajahnya akan sangat memerah bersamaan dengan kelopak mata yang terlihat membengkak.

Siapa yang membuatnya menangis? Begitu kira-kira yang dipikirkan Gaeun.

Namun Sara memilih tak menjawab, ia hanya tersenyum parau menanggapi pertanyaan Gaeun. Barulah setelah itu Sara pergi menuju meja kasir untuk melayani pelanggan yang baru saja tiba dan akan memesan.

00

Mungkin yang dilakukan Sara adalah hal paling gila selama dua puluh dua tahun masa hidupnya.

Bagaimana tidak? Setelah menutup cafe satu jam lebih cepat, Sara langsung pergi menuju pembuangan limbah pusat yang ada dikotanya demi mencari plastik berisikan potongan maket milik Seungmin.

Karena sudah larut malam, ia terpaksa menggunakan taksi yang harganya jauh lebih mahal daripada transportasi umum lainnya. Sesampainya Sara di tempat tersebut, ia langsung meminta petugas disana untuk menunjukan sampah yang diangkut dari apartemennya siang tadi.

"Ah sampah Apartemen Sakura, gedung 2A ya. Sebentar saya cek." Kata sang petugas sambil melihat kembali catatan mengenai kedatangan sampah miliknya.

"Ah, untunglah masih belum dihancurkan. Ada dibagian belakang setelah pager kawat warna merah itu, Mba." Ucapnya sambil menunjuk pagar yang dimaksudnya.

Sara mengikuti arah telunjuk sang petugas, namun ia tak yakin pagar mana yang dimaksudnya. Ada dua pagar berwarna merah disana. Merah bata dan merah tua.

"Apa Bapak mau mengantar saya?" Tanya Sara pada akhirnya.

Petugas tersebut tak menolak, ia bersedia mengantar Sara ke tempat yang dimaksudnya. Namun petugas tersebut menyayangkan kalau seluruh sampah yang ada di apartemen Sara sudah digabung dengan sampah lainnya. Sehingga kemungkinan Sara untuk mencari plastik hitam itu sangat kecil, atau bahkan mustahil.

"Banyak banget yang kesini Mba, apalagi tim penyelidik gitu. Polisi juga banyak yang kesini buat nyari barang bukti, tapi hampir ga ketemu." Ucap sang petugas. Ia tak bermaksud membuat Sara menyerah begitu saja, tapi pada faktanya memang seperti itu.

Namun bukan Sara kalau dia menyerah sebelum bertempur. Dia masih punya waktu tiga hari—ah tidak, hari ini sudah berakhir, berarti dua hari lagi sebelum Seungmin mengumpulkan maketnya.

Hanya dengan mengandalkan bantuan cahaya minim dari ponselnya, Sara terus mencari plastik hitam itu. Logikanya memang mengatakan, bagaimana bisa ia menemukan plastik hitam diantara ratusan atau ribuan plastik hitam lainnya? Namun hatinya terus mendorongnya untuk tetap mencari.

Satu, dua, tiga jam beralalu, bahkan sampai sinar matahari menyapa dan fajar menerangi dunia, Sara masih pada tugasnya. Hingga kemudian Sara menemukan sesuatu yang hampir membuat hidup Seungmin berakhir, tenggelam diantara tumpukan sampah lainnya.

the days • seungminWhere stories live. Discover now