PROLOG

89 31 12
                                    

Dibawah selimut kabut, aku kembali membuka jurnal lusuh berwarna hitam. Halaman-halamannya hampir sobek karena terlalu sering dibuka. Tulisan-tulisan di dalamnya hampir pudar karena saking lamanya ia dilukiskan. Cerita-cerita di atasnya mampu menyihir semua yang membaca.

Jurnal ini tentang kisah hidupku, Rintik Kaladuka, bersama seorang laki-laki istimewa bernama Esok Kelabu, dan seorang sahabatku yang sempurna bernama Bunga Semimentari.

Kamu, yang mungkin sedang bertikai dengan rindu. Di sini kamu akan tahu, bahwa rindu itu tak selamanya kelabu. Jika kamu bisa menikmati setiap detiknya, kamu akan melihat bahwa rindu itu berwarna merah jambu.

Kamu, yang mungkin sedang meratapinya yang menghilang secara tiba-tiba. Di sini, kamu akan tahu, bahwa tidak hanya kamu yang begitu. Yang harus kamu lakukan adalah sabar, menunggu, dan siapkan upaya terbaikmu jika suatu hari ia kembali ke dekapmu.

Esok Kelabu, nama yang unik dan tentu saja cocok dengan seorang laki-laki istimewa yang mengisi hatiku sekarang, atau bahkan selamanya. Namanya sama seperti hari-hari esok saat ia tiba-tiba menghilang, kelabu.

Rintik Kaladuka, nama anehku yang dulu selalu menjadi olokkan teman SD-ku. Namaku sama seperti sekabut duka yang betah mengisi jiwa kala ia yang istimewa menghilang begitu saja.

Bunga Semimentari, sahabatku yang sempurna sama seperti bunga-bunga yang bermekaran saat musim semi. Namanya sama seperti harapanku, yang selalu menginginkan mentari datang, bersama bunga-bunga yang bermekaran, lalu dia melangkahkan kakinya, berjalan mendekatiku. Lalu aku dekap dia, dan tak akan kubiarkan dia hilang lagi.

Sayangnya, ini kehidupan. Kamu bisa berharap akhirnya indah seperti dongeng-dongeng. Tapi semesta tetaplah semesta. Dengan keegosiannya, ia memutar-balikkan harapan. Dengan kekuatannya, ia menghancurkan kehidupan. Dan dengan segudang kesakitan yang ia berikan, ia tak lupa memberi setetes makna. Bahwa di dunia ini tidak hanya ada dia seorang. Tapi, aku tetaplah aku. Dengan berbekal harapan tak berdasar, aku tetap teguh mencintai orang yang sama. Seakan-akan hanya dia yang tersisa di dunia. Walaupun sebenarnya aku tahu, aku tidak akan menang melawan semesta dengan segenap keajaibannya.

Kepada Esok, kamu tidak perlu membacanya. Aku akan menceritakannya sendiri padamu saat kamu pulang. Dari aku, Rintik yang selalu menanti Esok. Semoga kamu tidak tersesat dan masih ingat jalan pulang.

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang