The Librarian [Ryota/Alan]

441 29 8
                                    

YOU & I © Kz
.
.
THE LIBRARIAN
[Ryota/Alan]
.
.
.

AROMA kertas lama dan debu menguar saat Alan membuka pintu perpustakaan yang terbengkalai dan jarang bahkan tidak pernah dikunjungi oleh para siswa. Jika bukan karena Tsuchida-sensei guru bahasa yang memaksanya untuk mengambil beberapa buku sastra dari perpustakaan yang terbengkalai ini, Alan tidak akan mau repot-repot berurusan dengan debu sialan yang membuatnya terbatuk-batuk saat ini.

"Tsk, kapan terakhir perpustakaan ini dibersihkan?" gumam Alan yang kini menutup hidung dan mulutnya agar debu tidak masuk.

"Sekitar tiga tahun yang lalu," suara lantang yang terdengar halus menyahut.

Terkejut, Alan memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan mencari dari mana suara itu berasal. Satu persatu rak ia intip, namun tak seorang pun ia dapati di perpustakaan itu. Hingga sampai pada rak keempat dari pintu masuk, Alan mendapati seorang pemuda jangkung mengenakan seragam yang sama dengannya tengah sibuk membaca buku di genggaman. Pemuda itu menoleh ke arah Alan dan tersenyum manis, mata besarnya menatap Alan dengan lembut membuat Alan terpana untuk beberapa saat.

"A- Selamat siang, maaf membuatmu terganggu. Apa yang kau lakukan di sini?" Alan mencoba berbasa basi untuk menetralkan keterkejutan dan ketakutannya. Ia sempat berpikir jika di gedung ini ada hantu yang tinggal di sini.

Pemuda itu mengangkat buku yang dia pegang, "Membaca buku, tentu saja." jawabnya ringan. "Kau sendiri?"

"Aku mencari... ah, sial. Aku lupa buku apa yang harus kucari di sini." Terlalu terkejut hingga ia lupa buku pesanan Tsuchida-sensei.

"Aku bisa membantumu jika kau kesulitan," tanpa terdengar suara langkah kaki, pemuda jangkung tadi sudah berada di samping Alan, dan itu cukup membuatnya terlonjak kaget, lagi.

Alan mengeluarkan ponsel pintarnya, "Ah, sebentar. Aku akan coba menanyakannya kembali pada temanku," tangannya sibuk mengetikkan sesuatu di sana. "Nah. Ini dia, apa kau tahu di mana aku bisa menemukan buku ini?" Alan menunjukkan ponselnya pada pemuda itu untuk memberi tahunya buku apa yang ia cari.

"Oh, buku itu. Aku tahu di mana tempatnya, kau bisa mengikutiku." Pemuda itu mendahuluinya, berjalan menusuri deretan rak tua dan berbelok tepat sebelum rak terakhir di ujung ruangan.

"Terima kasih, um..."

"Ryota. Katayose Ryota dari kelas 3A." Pemuda itu memperkenalkan diri, menelengkan kepalanya untuk memandang Alan yang ada di sampingnya.

"Terima kasih, Katayose-san. Aku Alan, Shirahama Alan dari kelas 3F. Wow, kita satu angkatan tapi aku tidak pernah melihatmu?" Ryota hanya tersenyum menanggapinya.

"Senang bertemu denganmu, Alan-kun." Senyum manis terpatri di wajahnya yang pucat. Ya, Alan baru menyadari bahwa wajah pemuda itu sedikit pucat. Apakah dia sakit?

"Di sini. Ini buku-buku yang kau cari." Ryota menunjuk deretan buku tebal yang telah usang. "Kenapa kau mencari buku-buku tua ini?"

Mata Alan berbinar menatap jejeran buku yang harus ia bawa ke ruang klub sastra. "Terima kasih Katayose-san! Tsuchida-sensei menyuruhku untuk mengambilnya. Ini merepotkan. Jika tidak ada kau, aku pasti kesulitan mencari buku-buku ini. Sekali lagi, terima kasih Katayose-san!"

"Tentu. Kau bisa mengandalkanku." Kembali Ryota tersenyum sambil memandangi Alan yang sibuk menarik keluar buku-buku tebal itu dari rak dan memeluknya.

"Ano, apakah kau petugas perpustakaan ini?" tanya Alan berbasa-basi, berjalan beriringan dengan Ryota entah mengapa membuatnya gugup. Pemuda itu tak henti-hentinya melempar senyum ke arahnya, dan Alan akui senyum Ryota sangat tampan.

"Yeah, aku hanya pengunjung perpustakaan. Ah, tapi kau bisa menyebutku begitu, karena hanya aku yang mengerti seluk beluk perpustakaan ini. Dan kau tahu, tidak ada yang mau mengunjungi perpustakaan ini sejak tiga tahun yang lalu, dan pada akhirnya perpustakaan ini menjadi tempat menyimpan buku-buku lama yang tidak terpakai." Ryota bercerita tanpa diminta, dan Alan tidak keberatan mendengarnya. Setidaknya pembicaraan mereka tak berhenti setelah Alan mendapat apa yang ia cari.

"Maaf, tapi kenapa tidak ada yang mau mengunjungi perpustakaan ini?" Seharusnya Alan tidak perlu bertanya mengapa, karena sekali lihat pun ia tahu gedung ini tidak terawat. Siapa yang mau mengunjungi gedung tua tak terawat dan berdebu seperti ini?! Tapi jawaban yang diberikan Ryota sungguh di luar dugaannya.

"Tiga tahun lalu, ada seorang siswa yang bunuh diri di sini karena perundungan." Jawab Ryota dengan tatapan menerawang, kemudian ia tersenyum getir. "Siswa itu dirundung karena orientasi seksual yang menyimpang. Ya, siswa itu seorang gay dan menjalin hubungan terlarang dengan seorang guru."

"Be-benarkah? Aku tidak pernah tahu cerita tentang itu." bulu kuduk Alan meremang, hawa di sekitarnya tiba-tiba terasa dingin seperti diterpa angin musim gugur. Padahal ini adalah musim panas!

Ryota terdiam dan hanya tersenyum tipis. Setelah itu tidak ada yang mereka bicarakan sampai Alan keluar dari gedung tua itu.

"Sekali lagi terima kasih, Katayose-san. Maaf merepotkanmu," Alan membungkuk dengan kesulitan karena buku-buku tebal itu masih di pelukannya.

"Mhm bukan masalah, kau bisa mengandalkanku. Datanglah jika kau butuh sesuatu, aku pasti akan membantumu."

Alan kembali ke gedung di mana ruang klub sastra berada. Selama perjalanan kembali ia memikirkan cerita singkat yang diceritakan oleh Ryota, dan itu sangat membuatnya penasaran. Dengan langkah lebar Alan mempercepat langkahnya, ia ingin mendengar kebernaran cerita itu dari Tsuchida-sensei secepatnya.

"Dari mana kau tahu cerita itu?" pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Tsuchida-sensei setelah mendengar Alan bercerita.

"Siswa 3A, Katayose Ryota. Tadi aku bertemu dengannya di perpustakaan tua itu, dan dia juga yang membantuku mencari buku yang kau minta." jelas Alan merinci.

Tsuchida-sensei tersentak, matanya membulat tak percaya saat nama Ryota disebut. Alan yakin ada yang tidak beres di sini.

"Kau, bertemu dengannya?" dengan nada tidak yakin, Tsuchida-sensei bertanya.

"Ya. Sudah, sekarang ceritakan padaku kejelasannya." jawab Alan tak sabaran.

Tsuchida-sensei tampak ragu, matanya bergerak-gerak melirik sekitar sebelum akhirnya ia menelan ludah dan menjawab pertanyaan Alan. "Cerita yang kau dengar itu benar. Dan Katayose yang kau temui itu adalah nama siswa yang bunuh diri di sana tiga tahun yang lalu."

Mata Alan membelalak tak percaya, kembali ia merasakan bulu kuduknya meremang. Pemuda ramah yang membantunya tadi... bukan manusia?!

YOU & IWhere stories live. Discover now