Four

303 49 0
                                    

Sakura sudah jatuh terlelap dalam tidurnya sekarang. Chaeyeon memandanginya dari tempat tidurnya sendiri. Sembari duduk dan memegang kertas berisi denah yang diberikan Ahn Yujin tadi siang.

Wajah Sakura yang terlihat damai sama sekali sudah kehilangan warna gelap dari kisah menyedihkan yang diceritakannya tadi siang. Kini napas yang lembut yang keluar dari mulut yang sedikit terbuka itu mengiringi tidurnya. Chaeyeon tidak tahu apakah di dalam tidur itu masih terlintas mimpi buruk masa lalu ataukah hal itu sudah hilang sepenuhnya. Chaeyeon sendiri masih harus beberapa kali memimpikan darah dan teriakan bisu korban pertamanya hingga akhirnya itu semua berakhir.

Detak jam dinding yang sempat tidak terdengar akhirnya kini hadir lagi. Chaeyeon menatap lagi denah di tangannya. Dia harus pergi ke tempat ini. Ada apa ? Chaeyeon bertanya-tanya dalam hati. Bukankah lebih mudah jika dia mengakhiri pekerjaannya sekarang juga ? Sakura sedang tidur dan terlihat sangat rapuh. Tetapi pikirannya menangkap sesuatu yang mengganjal.

Ahn Yujin sendiri datang dan memintanya untuk bertemu. 

"Kamu tidak bisa melakukan pekerjaan seenaknya."

"Kamu bukan pembunuh bayaran satu-satunya yang ada di sini."

Bisa jadi dia adalah yang terakhir datang ke sini. Kebetulan dia datang bersama dengan Sakura. Lalu pembunuh lain sudah datang ke sini dan merencanakan sesuatu. Perkataan Ahn Yujin nampaknya serius. Chaeyeon pun merasa bahwa dirinya harus datang. Setidaknya dia harus mengetahui sesuatu.

Chaeyeon pun beranjak dari ranjangnya. Memakai jaketnya kemudian berjalan ke arah pintu. Dia memutuskan untuk membawa serta sisir yang berisi pisau miliknya. Pertemuan dengan pembunuh lain tanpa membawa senjata bukan pilihan yang bijak.

Chaeyeon melirik Sakura sebentar. Dia hanya bergerak untuk berguling ke sisi yang lainnya. Lalu diam. Chaeyeon berpikir dia masih tertidur pulas. Dia pun berjalan keluar.

~~~

Ruangan itu terletak di bagian sudut sekolah ini. Di sebelahnya adalah gudang besar tempat penyimpanan perabot cadangan atau benda-benda lain yang tempatnya adalah di gudang. Tidak ada tanda apapun di atas pintunya yang memberikan kejelasan tentang apa nama atau fungsi ruangan itu sebenarnya.

Di dalamnya sudah ada sepuluh orang gadis. Kesepuluhnya sama-sama duduk  berjauhan di kursi yang di susun melingkar yang telah disiapkan. Ruangan berukuran sedang itu menjadi lebih sepi daripada seharusnya. Sepuluh orang yang berada dalam ruangan yang sama harusnya menciptakan suasana riuh tetapi mereka sama sekali tidak tertarik melakukan hal itu.

Seorang gadis melihat jam tangannya. Lalu mendesah tak sabar. Dia menatap ke arah pintu yang masih belum juga terbuka. Gadis itu mulai kesal menunggu seseorang.

"Kenapa dia belum juga datang ?" katanya.

"Tunggu saja. Dia belum terlambat, kan." sahut gadis di sebelahnya.

"Satu menit lagi !"

"Makanya, aku bilang 'kan belum terlambat."

Saat itulah pintu akhirnya terbuka. Chaeyeon terpaku sejenak. Sepuluh orang gadis itu menatapnya bersamaan. Memberikan tekanan yang tidak biasa ia rasakan.

"Cepatlah !" gadis yang baru saja meluapkan kekesalan itu berseru. Chaeyeon menatapnya. Dia tidak terlalu suka di bentak begitu.

Chaeyeon segera menuju satu-satunya kursi yang tersisa. Dia duduk di sana sembari memperhatikan mereka satu persatu. Mereka jelas bukan siswi baru yang datang ke sekolah ini untuk menuntut ilmu. Chaeyeon merasakan tekanan dari mereka. Tatapan mata dan gerak gerik mereka terasa familiar.

TARGETWhere stories live. Discover now