Thirty Two

169 34 0
                                    

Sinar matahari menembus jendela kelas yang sedikit berdebu. Angin lembut masih menunjukkan bahwa pagi ini terasa sejuk. Satu persatu dari mereka memasuki kelas dengan perasaan macam-macam. Wonyoung lah yang pertama kali berada di dalam. Ia duduk di sebelah jendela, menatap keluar dengan pikirannya sendiri yang bekelana.

Lalu Hyewon menyusul. Sama dengan wajah datarnya yang cantik dengan rambut digerai panjang. Wonyoung menoleh ke arah Hyewon diiringi tatapan penuh arti yang sulit diartikan. Hyewon pun demikian. Ia duduk agak jauh dari Wonyoung dan langsung bersikap seperti biasanya.

Tak lama kemudian kelas itu pun mula penuh. Yena dan Yuri datang paling terakhir. Mata Yuri langsung tertuju kepada Sakura yang lagi-lagi duduk paling depan. Sayangnya Eunbi sudah duduk di belakangnya jadi Yuri pun memilih duduk agak jauh supaya ia bisa mengawasi keadaan. Yena yang masih belum terlalu paham dan yakin dengan rencana Yuri hanya mengikutinya.

Keadaan tenang sampai pelajaran akhirnya dimulai. Mereka semua terlihat memperhatikan meskipun sebenarnya perhatian mereka yang sesungguhnya tertuju kepada Yuri. Gadis itu adalah yang memegang giliran selanjutnya tapi dia sama sekali belum menunjukkan pergerakan.

Kabar sudah tersebar bahwa Yena juga telah bekerjasama dengannya. Itu artinya lawan mereka kali ini lebih kuat karena mereka berdua. Tidak seperti ketika giliran Hitomi tiba, dia hanya bergerak sendirian dan dikalahkan dengan mudah oleh jumlah.

Hingga akhirnya jam istirahat tiba pun belum ada pergerakan dari Yuri. Yena yang menjadi rekannya juga merasakan kebingungan yang sama dengan mereka semua.

"Kapan sebenarnya kamu akan memulainya ?" tanya Yena yang sudah tidak sabar dengan situasi menunggu tanpa apapun ini.

"Sebentar." jawaban singkat dari Yuri itu malah makin membuatnya kesal. Karena itu tidak menjawab apapun.

"Apa yang kamu tunggu ?"

"Sebuah kesempatan."

Saat ini mereka sedang berdiri berdua di luar kelas. Bersandar pada dinding balkon yang menghadap langsung pada taman di bawah. Yena melihat pemandangan taman yang lumayan ramai itu. Sedangkan tatapan mata Yuri terus tertuju kepada Sakura yang masih di dalam kelas dan berbincang dengan Chaeyeon.

"Katakanlah kalau kamu nanti butuh bantuan." ucap Yena. Yuri melirik sekilas dengan mata yang sinis sayangnya Yena tidak bisa melihatnya.

"Kamu tahu, aku sebenarnya belum percaya kepadamu." kata Yuri.

"Aku tahu. Tapi kita tidak punya pilihan."

"Aku pikir aku bisa melakukannya sendiri."

Yena menoleh. "Kamu lupa apa yang terjadi pada Hitomi ?"

"Itu karena dia bodoh."

"Dan kamu pikir dirimu pintar ?" Yena mendengus.

"Lihat saja nanti."

Tidak mungkin Chaeyeon tak menyadari tatapan yang lapar dari mata Yuri di luar kelas sana. Ia yakin sekali Yuri sudah menyiapkan rencana liciknya. Namun Chaeyeon belum tahu bagaimana dia akan melakukannya.

"Sakura, apa kamu menerima sesuatu pagi ini ? sebelum aku bangun maksudku." tanya Chaeyeon pada Sakura.

"Hmm ?" Sakura terlihat berpikir. Pandangan matanya menerawang ke atas dan beberapa saat kemudian ia menjawab. "Tidak ada apa-apa, sih. Memangnya kenapa ?"

"Tidak ada." Chaeyeon menggeleng-geleng sambil tersenyum.

"Jika memang aku menerima sesuatu pasti akan memberitahumu, kok." kata Sakura.

"Iya, beritahu aku ya." 

Surat peringatan itu belum diberikan, pikir Chaeyeon. Dia bisa sedikit lega, tapi tidak sepenuhnya. Bisa saja Yuri memberikan surat itu nanti ketika kesempatannya tiba. Dan Chaeyeon tidak tahu kapan Yuri berpikir akan adanya kesempatan itu.

~~~

Eunbi sendiri tiba-tiba sibuk dengan pikirannya sendiri. Benaknya terpecah antara memikirkan bagaimana menghalangi Yuri dan bagaimana mencari agen itu. Sekali lagi hal itu masuk ke dalam kecemasannya. Reputasinya bisa terancam jika dia tidak bisa menemukan dan menghentikan agen tersebut.

Eunbi berada di rooftop. Mengamati dari atas sini bagaimana semua murid di bawah sana bersenang-senang tanpa mengetahui apapun yang sedang terjadi di dalam bayangan kemegahan sekolah mereka. Tapi itu adalah hal yang bagus, jika mereka tidak mengetahui apapun maka mereka akan bersikap biasa saja. Dan mereka tidak akan mengganggu pekerjaan mereka.

Eunbi kadang berpikir bagaimana jika anak-anak tidak berdosa itu tahu atau melihat sesuatu yang para pembunh ini lakukan. Haruskah para pembunuh itu membereskan mereka ? jika begitu maka hal itu akan sangat merepotkan.

"Tunggu !"

Tiba-tiba Eunbi merasakan hentakan kesadaran yang membuat bulu kuduknya berdiri. Angin yang tiba-tiba berhembus menambah sensasi itu.

"Apa Society pernah bilang jika pembunuh itu adalah salah satu dari pembunuh bayaran atau tidak ?"

Matanya menerawang jauh ke arah awan putih di atas sana. Ketika Eunbi mulai menyadarinya ia tersentak pada kebodohannya sendiri. Bagaimana mungkin ia langsung menyimpulkan jika agen itu berada di antara para pembunuh ? Bagaimana jika agen itu menyamar sebagai murid biasa karena itu ia bisa lolos dengan mudah tanpa pernah tercium keberadaannya.

Eunbi mengeratkan genggaman tangannya lalu memukulkanya kepada dinding. Tidak ada waktu untuk bergumul dengan amarahnya sendiri, pikirnya. Eunbi pun berjalan dengan tergesa ke arah pintu dan turun dari rooftop itu.

~~~

Bel pulang sudah berbunyi. Mereka semua merasa heran karena sampai saat ini pun Yuri masih belum juga melancarkan aksinya. Akhirnya kewaspadaan mereka pun mulai mengendur. Mereka berpikir mungkin Yuri akan menunggu sampai nanti malam.

Satu persatu dari mereka keluar dari kelas. Terlihat seperti gerombolan siswi-siswi biasa yang baru saja menjalani aktivitas di dalam kelas. Namun tidak ada yang menyadari gerakan Yuri yang perlahan mendekati Sakura dan memegang lengannya perlahan.

Sakura menoleh dan melihat senyum Yuri yang membuatnya bingung. Sehingga dirinya melambatkan jalannya dan menunggu apa yang akan diucapkan Yuri selanjutnya.

"Selamat tinggal." kata-kata Yuri pelan. Hanya Sakura lah yang bisa mendengarnya. Begitulah pikir Yuri. Namun sayang sekali Chaeyeon telah menyadari hilangnya Sakura dari sampingnya.

"Hm ? apa maksudmu ?" tanya Sakura dengan bingung. Yuri merasakannya ketika Sakura mengeraskan suaranya. Menyadari waktunya tidak banyak Yuri pun segera menggerakkan lengannya yang sudah terisi pisau itu ke arah perut Sakura.

~~~

>>>

Pemanis adalah si Angel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pemanis adalah si Angel.  :')

TARGETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang